Title : Sepotong Kalimat Cinta
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 12 January 2010, 10.28 AM
Cast :
Park Shin Hye
Jung Yong Hwa
Yoon Eun Hye
Song Hye Gyo
Seharusnya Kau Tahu
Created By Sweety Qliquers
Aku tahu aku bodoh telah mengharapkannya. Bukankah itu adalah mimpi yang paling konyol? Aku jadi teringat kemarin, saat Yoon Eun Hye meneleponku sore-sore.
"Halo, Park Shin Hye, ya?"
"Yap." Aku menyahut cepat. "Betul sekali."
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Sedang menerima telepon."
"Sudah tahu, Non!" Suara Yoon Eun Hye terdengar jengkel. "Bagaimana kalau kita bergosip saja. Di rumahku sedang tidak ada orang, juga tidak ada kerjaan. Jadi daripada bengong, kan?"
Ups, itulah enaknya jadi orang kaya. Tak perlu memikirkan biaya pulsa yang membengkak.
"Tapi mau bergosip apa?"
"Bukan bergosip apa, tapi bergosip siapa?" Yoon Eun Hye meralat. "Eh, menurutmu Jung Yong Hwa itu bagaimana?"
Ups! Hatiku berdebar tiba-tiba. Sudah tentu, karena hanya dia yang selama ini merusak semangat makanku, semangat tidurku, juga semangat belajarku. Memangnya ada pria lain yang lebih keren?
"Bagaimana?" desak Yoon Eun Hye lagi.
"Eh... lumayan." Aku buru-buru menyahut.
"L-u-m-a-y-a-n?" Suara Yoon Eun Hye jelas betul tidak terima. "Hanya itu?"
"Yap."
"Apa hanya itu? Yang benar saja!"
"Memangnya menurutmu bagaimana?" pancingku mencoba tetap cuek.
"Menurutku...." Yoon Eun Hye berhenti sejenak. "Keren. Cakep. Fantastis. Manis. Ganteng!"
Aku mau tak mau tertawa juga.
"Apa kau tidak tertarik sama sekali?" Yoon Eun Hye kedengarannya penasaran. "Teman-teman sekelas kita banyak yang menaruh hati padanya."
"Termasuk dirimu."
"Tentu! Kau...."
"Ya, kalau sekedar suka sih...."
Sampai di situ lamunanku terhenti. Di pandangan Yoon Eun Hye, juga teman-teman lain — bahkan mungkin termasuk Jung Yong Hwa sendiri — aku tampak begitu acuh tak acuh terhadap pria itu. Padahal sebenarnya, berpapasan dengan Jung Yong Hwa saja dapat membuat hatiku menari dengan begitu gembiranya. Hanya, aku memang bukanlah Yoon Eun Hye, Go Ah Ra, Kim So Eun, atau siapa saja yang berani mengungkapkan perasaan dengan terus-terang. Aku lebih suka memendam rapat-rapat perasaanku.
Aku kemudian terdiam. Lama.
Aku jadi gelisah oleh kesadaran yang baru timbul. Kalau dari teman sekelas saja yang menyukainya sudah begitu banyak, bagaimana kalau jumlah yang sudah banyak itu masih harus ditambah oleh teman-teman dari kelas lain, juga adik-adik kelas? Tak tertutup kemungkinan, kan? Juga dari teman-temannya yang lain, tetangganya atau teman adiknya barangkali.
Segala harapanku memang mustahil! Seharusnya aku tahu itu. Aku terlalu jauh bermimpi. Punya keinginan sih, sah saja sebetulnya, tapi rasanya kali ini aku kelewat jauh.
***
Hup. Kuletakkan tumpukan buku tentang serangga yang kucari susah-payah di rak-rak. Heran, Guru Biologi kok mau-maunya baca satu per satu paper anak-anak tentang makhluk menakutkan itu. Atau barangkali di rumah beliau bahkan memelihara ya? Ups, aku menegur diriku sendiri. Kalau sampai kedengaran... bisa-bisa aku tinggal kelas!
"Hai, Park Shin Hye, kau sedang mencari apa?"
Aku menoleh. Itu Song Hye Gyo, anak kelas sebelah. Gawat, semoga dia ingat ini perpustakaan. Sama seperti Yoon Eun Hye, Song Hye Gyo menyenangkan tapi agak cerewet.
"Tugas Bio," sahutku singkat.
"Kurasa minggu depan giliran kelasku," keluhnya. "Pasti paper lagi, ya?"
"Yap." Aku mengangguk. Kulirik Song Hye Gyo duduk di sampingku yang memang ada kursi kosong.
"Eh, Jung Yong Hwa sudah membuatnya belum ya? Kau sekelas dengannya, kan?"
"Yap. Tapi aku tidak tahu dia sudah membuatnya apa belum." Aku menjawab dengan sedikit perhatian. Tuh kan, anak kelas sebelah juga menaruh perhatian pada Jung Yong Hwa. Song Hye Gyo juga. Pria tampan kenapa selalu gampang ketahuan? Lebih hebat lagi, kenapa pria tampan bisa membuat para wanita menjadi aktif?
Barangkali zaman memang sudah berubah ya, dan aku saja yang masih ketinggalan. Lebih suka pura-pura cuek, padahal....
"Darimana kau tahu di kelasku ada pria tampan?" gumamku pelan.
"Apa?" Song Hye Gyo mendekat. "Kau tadi bilang apa?"
"Tidak!" Aku menyahut cepat ketika menyadari aku kelepasan bicara. Ups, hampir saja!
"Eh, Jung Yong Hwa itu tampan, ya?" Song Hye Gyo berkata nyaris menyerupai bisikan.
"Yap. Semua bilang begitu," kataku sambil tetap menekuni buku-buku di hadapanku.
"Juga pintar."
"Yap."
"Tinggi dan tegap."
"Yap."
"Berwibawa. Ketua kelas, kan?"
"Yap."
"Jago basket... sudah punya pacar belum?"
"Yap. Eh, mana aku tahu?" Aku mengangkat bahu. Lagi-lagi, pura-pura cuek saja.
"Eh, itu dia!" Suara Song Hye Gyo berubah penuh semangat. Di sudut ruang, dari balik komputernya kulihat Bu Im Ye Jin - petugas perpustakaan di sini mengacungkan telunjuknya sambil membelalakkan mata ke arah kami. (Kurasa aku berhak protes. Yang membuat keributan kan Song Hye Gyo!)
"Dia kemari!"
"Sstt...." Kali ini aku yang memperingatkan Song Hye Gyo. (Biar Jung Yong Hwa tidak curiga kalau aku sebenarnya juga ikutan histeris.)
"Park Shin Hye, paper biologimu sudah selesai belum?"
Ups. Kurasa jantungku berdetak dua kali lebih keras. Aku menggeleng. "Belum."
"Itu bahan-bahan referensi, ya?" Jung Yong Hwa menunjuk beberapa buku di atas meja di depanku.
“Ya." Song Hye Gyo yang menjawabkan untukku.
"Kalau sudah selesai boleh pinjam?"
"Eh?" Aku menaikkan kedua alisku. Kulihat Jung Yong Hwa menatapku dengan sepasang matanya yang berbinar dan bagus.
"Papernya."
"Oh." Aku mengangguk, kikuk. "Tentu."
***
Besok paper Biologi ini dikumpulkan. Tadi siang di sekolah Jung Yong Hwa mengembalikannya. Tugasku ini — seperti biasa — selesai lebih cepat. Aku memang bukan siswi yang suka menunda pekerjaan, dan kali ini kurasakan betul manfaatnya.
Aku membuka paperku dengan berjuta perasaan. Ah, kira-kira apa ya pendapat Jung Yong Hwa tentang pekerjaanku ini? Ge-er sedikit boleh kan kalau Jung Yong Hwa yang cukup pintar itu sampai meminjam punyaku?
Aku mengerutkan kening tiba-tiba. Heran, biasanya dia jujur. Tidak suka mencontek, baik ulangan atau pe-er. Tapi kali ini kenapa meminjam paper orang lain, ya? Aku bertanya-tanya sendiri.
Aku menutup paperku dengan gerakan lambat, benakku masih dipenuhi sosoknya yang menarik itu. Eh! Aku mengerutkan kening lagi. Ada selembar kertas yang jatuh.
Aku memungut kertas itu. Ada tulisan tangan di sana.
Boleh kah aku menyukaimu?
Jung Yong Hwa.
Astaga!
Berulangkali kubaca sebait kalimat yang ditulis dengan teramat rapi itu. Aku hampir tak dapat mempercayainya. Jadi untuk itu Jung Yong Hwa meminjam paperku?
Untuk menyelipkan pernyataan cintanya? S-u-k-a? Jung Yong Hwa suka padaku?! Aku bertanya-tanya sendiri. Tapi, kenapa?
Beberapa saat kemudian baru aku menyadari kebodohanku. Tentu saja! Kalau aku bisa menyukainya, kenapa tak dapat terjadi sebaliknya? Apakah memang cinta perlu dipertanyakan?
Aku tersenyum manis dengan hati penuh asa berlimpah. Semua yang terjadi, bagiku bagaikan sebuah mimpi saja. Tapi seandainya memang benar hanya mimpi, sungguh, inilah mimpi paling indah yang pernah kualami.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar