Kang Gun Woo junior menyiapkan tempat unuk latihan teman-temannya. Dia mendapatkan sebuah gudang bekas kandang ternak. Di pinggiran kota. Mereka menggunakannya sebagai tempat latihan orkestra baru yang baru mereka bentuk. Tempatnya koor dan bau ternak. api Gun Woo ingin semuanya dimulai bersama dari nol.
Maestro Kang setelah bertemu Du Rumi di Morning Pavilion tidak berselang lama, langsung turun bukit dan pulang. Maestro Kang berkata maksudnya ke sana untuk menanyakan cara membuat kopi ekspresso yang biasa Rumi berikan untuknya (boong kali)
Du Rumi yang sedang gembira saat itu membujuk Maestro Kang untuk tinggal lama sejenak dan mencari makan siang di sana. Tapi Maestro Kang berkata bahwa mereka harus segera berlatih. Rumi heran.
"Kamu sering sekali meneleponku, tapi benar tidak tahu apa yang terjadi?", maestro Kang pun heran.
Rumi belum tahu bahwa pemain cadangan diberhentikan tapi akan diterima kembali jika berhasil di festival.
Mereka lalu sampai di stasiun terdekat. Dia lalu meresa menyesal gara-gara tertipu sejumlah uang, banyak pihak yang harus berkorban.
Maestro Kang minta Du Rumi berlatih, saat itu juga di tem pat itu juga.
"Kamu bukankah sudah beberapa hari tidak latihan?! Kamu malu latihan di sini? Bagaimana kamu mau tampil di muka umum?!"
Rumi lalu mengeluarkan biolanya dan berlatih sambil menunggu kereta datang. Maestro Kang mengawasinya dan tak segan sedikit-sedikit mengkoreksi dan memarahi Rumi.
(Rumi...rumi mau juga kencan sama laki-laki berumur yang galak banget ngeri kyk gitu).
Mereka berdua naik kereta pulang, Rumi tampak lelah dan terkantuk-kantuk. Dia sempat tak sengaja terantuk bahu maestro Kang dan minta maaf lalu tidur ke sisi jendela.
"Ayo bersandar!", kata Maestro Kang menyuruh Rumi (baru denger aku co nyuruh cewe nyender tapi kayak orang marah)
Rumi ragu.
"Apa karena jendela itu lebih kuat dari padaku?!"
Rumi lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Kang Ma Eh dengan ragu.
Gun Woo sudah menyiapkan makan malam. Dia menunggu maestro Kang yang belum juga datang padahal jam makan sudah lewat. Dia lalu menelepon Kang Ma Eh. Maestro Kang dia sedang keluar dan akan segera pulang.
Gun Woo mencoba membayangkan menjadi konduktor, dia menata mobil-mobilannya dan membayangkan mereka semua pemain musiknya. Dia lalu menyetel musik klasik dan mencoba menghayati lagu itu penuh perasaan sambil pura-pura melakukan kondukting.
Namun Maestro Kang kebetulan masuk kamarnya. Dia heran dan menegur cara konduktingnya yang aneh dan seperti orang menari
"Aku hanya aingin merasakan musiknya", kilah Gun Woo
Maestro Kang menyruhnya ke bawah dan belajar kondukting sesuai arahannya.
Maestro Kang lalu berbicara pada Gun Woo tentang Rumi
"Aku tadi bertemu Rumi. Aku tanya tentang takaran kopi yang biasa dia buat. Dia akan bergabung di orkestramu mulai besok"
Gn Woo tidak memperlihatkan kecemburuannya .
"Kau tak komentar apa-apa? menurutmu aku ke sana hanya sekedar kopi?", maestro Kang heran
"Banyak wanita di dunia ini, dan juga banyak banyak pria dunia ini. juga banyak guru tapi guru sejai itu hanya ada sedikit. dibanding Du Rumi saya lebih peduli pada Anda, saya juga belum lama jalan dengan Rumi"
"Oh begitu , kamu tidak apa-apa?", maestro Kang masih tak percaya
"Jangan khawatir saya tidak akan goyah gara-gara ini. saya tetap tenang. Bukankah saya melalui ini dengan baik?"
"ya ..iya..baik bahkan terlalu baik", maestro Kang manggut-manggut
"OK saya akan terus begini sampai festival nanti", kata gUn Woo sambil menjetiknya tangannya.
Gun woo lalu berjalan ke kamarnya, begitu masuk dia menutup pinu dan bersandar di pintu dengan lemas.
Dia bisa berbohong pada Kang Ma Eh tapi tidak pada dirinya sendiri.
Keesokan harinya, latihan orkestra Gun Woo berlangsung kembali di gudan ternak itu. Rumi datang bergabung pagi itu. Bibi Jung Hee yun memandang Rumi dengan perasaan kecewa. Suasana RUmi dengan Gun Woo pun jadi terlihat kaku.
Keulitan awal mulai muncul, Park Hyuk Kwon menyampaikan kabar buruk bahwa pendaftaran grup mereka untuk festival ditolak panitia. Gun Woo dan senior Park langsung pergi ke tempat penyelenggara.
"Grup kamu memang namanya apa?", tanya panitia
Gun Woo berpikir dia belum pernah memberi nama grup mereka. Dia melihatmouse komputer dan tiba -tiba menjawab "Mouse Orkestra" (ga keren banget namanya tikus hihi..ntar dikejar kucing bernama Maestro Kang dong hehe)
"kapan dibentuknya?"
"minggu lalu"
Panitian itu heran. Dia lalu bertanya lagi "kapan pernah tampil dimuka umum?"
"Baru nanti pada saat festival"
Panitia tak sabar lagi, dia mengatakan bahwa peserta yang sudah mendaftar tidak main-main, mereka sudah mapan bertahun-tahun. Senior park mencoba menyebut nama maestro Kang. Tapi Gun Woo tidak mau. GUn Woo memohon agar diijinkan dan bisa masuk dengan cara lain seperti audisi atau dengan demo rekaman kaset.
Gun Woo pusing dan bingung, di rumah dia membicarakan hal ini dengan Maestro Kang. Mastro Kang menegur dan mendorong Gun Woo untuk tidak menyerah dan terus punya semangat dan ambisi yang kuat.
Maestro Kang lalu menanyakan lagu yang akan dibawakan Gun Woo beserta orkestranya.
"Tchaikovsky's 1812 overture", kata Gun Woo.
Namun maestro Kang tak setuju. Maesro Kang lalu bertanya lagu lainnya. Namun dia jua tak seuju. Menurutnya lagunya terlalu sulit dan kontemporer.
"Mozart (yang jenius) saja berlatih dari kecil dan melewati tahapan kursus. Kamu masih jadi polisi umur 25 tahun dan baru beberapa bulan belajar kondukting"
Maestro Kang lalu menyuruh mulai dari dasar musik klasik dan menyuruhnya membawakan Beethoven's, Piano Concerto no. 5, "Emperor".
"Tapi aku khan tidak punya pianis?", Gun Woo heran
"Justru karena itu aku memberimu ini, kamu harus menambah kekuatan timmu dengan solo yang bagus"
Gun Woo mengatakan dia akan mempelajari partitur itu dan nanti akan mendiskusikannya dengan maestro Kang.
"Tidak perlu, aku sudah menuliskan semua yang perlu di sana", kata Maestro Kang seperti menyetir GUn Woo
Buku itu sudah dipenuhi coretan pinsil arahan untuk Gun Woo membawakan komposisi itu. Gun Woo terlihat tidak begitu menyukainya.
Maestro Kang lalu memberikan kartu kreditnya (atau atm? ga jelas deh) untuk dipake Gun Woo. Namun Gun Woo menolaknya.
"Bukankah kau menyuruhku bersusah payah merintis dari bawah?"
"Tapi kamu mana bisa mendaki dengan perut lapar. Kamu membutuhkan banyak uang untuk persiapan!"
"Jika Anda adalah saya, apa Anda juga mau kehilangan harga diri karena lapar?" balik Gun Woo
Di tempat latihan, para anggota terbiasa saling iuran dan berbagi untuk urusan konsumsi. Hari itu mereka sedang mencari pianis dan sempat menyebarkan berita di internet. Ha Yi Deun juga membawa teman-temannya pianis terbaik di sekolah mereka. Walau mereka semua pianis handal dan membawakan sesuai partitur tapi tidak ada yang rasanya "pas dan sejiwa" bagi Gun Woo. Saat mereka bingung, datanglah seorang ibu yang memakai tongkat , berjalan sedikit pincang dengan penampilan sederhana yang bermaksud ikut audisi untuk solo pianis. Namanya ibu Seo dia mengaku seorang guru piano di kota kecil. Gun Woo mempersilakan ibu Soe mencobanya. Setelah melakukan pemanasan sederhana, ibu itu memainkan pianonya. Bukan hanya tepat dan handal tapi mengagumkan penuh dengan kekuaan dan membawa jiwa dan emosi lagu itu. (wow banget pokonya, adam juga kusuruh nonton hehe).
Gun Woo, dan beberapa temannya yang ikut menilai audisi ini sampai tercengang dibuatnya. Yi Deun sadar bahwa jiwa seperti ini yang mungkin dicari Gun Woo.
Ibu itu sepertinya puas memainkan audisinya, Gun Woo dkk masih tercengang
"Apa aku lolos?", tanyanya.
Mereka lalu bertepuk tangan. Gun Woo mengangguk bahwa ibu Seo lolos.
Park Hyuk Kwon meresa wajahnya itu mirip pianis kenamaan korea.
"Memang sering yang melihatku bagitu", jawabnya sopan.
"tapi Anda memang mirip".
"Hush orang seperi beliau mana mungkin datang ke tempat seperti ini", tegur Gun Woo.
Gun Woo lalu meminta agar Ibu Seo membawakan komposisi Beethoven no. 5 itu dengan gaya romantik walau berasal dari jaman musik klasik (emang udah keliatan Gun Woo yang anak muda seleranya agak beda sama maestro Kang)
Suatu waktu maestro Kang berjanji bertemu dengan seorang ibu di depan danau. Wajahnya mirip dengan ibu Seo hanya penampilannya elegan. Dia di depan Maestro Kang memuji laki-laki muda Kang Gun Woo yang baru-baru ini ia temui. Dia ternyata pianis terkenal itu.
"Namun jangan sampai dia tahu bahwa aku yang merekomendasikan. Anak itu harga dirinya lumayan tinggi", kata maestro Kang
Suatu hari seusai latihan, Karena orkestra mereka ini kekurangan dana, Rumi diajak teman-temannya sesama pemain biola untuk ikut bekerja paruh waktu. Rumi menyanggupi tetapi tidak bisa untuk hari ini karena dia sudah ada janji.
"Jadi mulai besok kau bisa ikut ya!"
Rumi mengangguk, dia lalu permisi pulang.
Rumi ternyata ada janji bertemu maestro Kang. Mereka bertemu di perpustakaan (janjian di perpus teringat masa kul dulu wkwkwkw). Rumi membawakan buku-buku titipan maestro Kang. Maestro Kang terlihat serius sekali.
Rumi cuma bisa memandanginya (hehe ini salah satu kisah cinta unik lainnya, kebalikan dari aku yg suka berondong wkwkwkwk)
"Guru, kita khan hanya seminggu sekali bertemu, masa kita hanya baca di sini"
"Kamu khan tahu kita sibuk, lagi pula aku juga sebenernya sibuk sekarang", kata maestro Kang jaim.
"Halaman bukumu sudah beberapa saat juga tidak dibalik-balik", goda Du Rumi (pura 2 sibuk nih maestro kang)
Rumi lalu membujuk Maestro Kang keluar, karena dia yakin bisa membuat Maestro Kang lebih nyaman. Dia mengajak maestro Kang jalan-jalan ke taman dan membeli minuman. Namun saat Rumi menggandeng lengan maestro Kang,
maestro Kang tidak suka karena tangan Rumi juga lengket kena minuman dan mengotori jasnya (duh ada nih orang kyk gini pengen ngegetok hehe)
Rumi masih ingin berjalan-jalan lagi tapi maestro Kang ingin kembali karena harus mempelajari lagu. Rumi lamlu berjalan-jalan sendirian. Ternyata maestro Kang mengikutinya, Rumi tersenyum geli.
Gun Woo dan para pemain stringnya (alat musik gesek) akan bermain di restoran kenalan Bae Yong Gi. Gun Woo minta maaf karena untuk string kuartet kurang pemain. Namun bae Yong Gi menyuruhnya diam karena pemiliknya sebenarnya tak tahu apapun tentang musik klasik dan orkestra (mumpung ga tahu mo ditipu-tipu dikit hehe).
Rumi dan Maestro Kang ternyata akhirnya berkencan sampai malam. Malamnya masing-masing harus berlatih dengan orkestranya masing-masing. Rumi mensupiri maesro Kang (repot juga kencan ma konduktor, cewe yg jadi supir, maestro kang di belakang). Maestro kang berkata sekertaris walikota sudah memesankan tempat untuknya di suatu restoran, dia mengajak Rumi juga makan malam. Maestro Kang masuk lebih dahulu. Di a mendengar ada live musik string di sana. Dan kaget bahwa anak-anak asuhan Gun Woo bermain di sana.
Gun Woo dan bae yong Gi juga kaget begitu juga para pemainnya yang langsung gugup melihat maestro Kang.
Rumi akhirnya muncul, gantian Gun Woo dan teman-temannya yang kaget melihat Rumi bersama maestro Kang.
"Ada apa mereka di sini?!" seru maestro Kang
Rumi merasa tidak enak pada teman-temannya dan mengajak maestro Kang pergi.
"Tidak, aku akan lihat seberapa bagus permainannya mereka!"
Maestro Kang pun duduk, Rumi juga duduk.
Bibi Jung Hee yun mulai curiga dan berbisik-bisik
"Ngapain Du Rumi itu, apa dia mengencani Maestro Kang?!", bisiknya sebal
Suasana jadi kaku apalagi Gun Woo yang pasti paling terpukul (poor Gun Woo, udah sama anak-anak RF aja pasti ngantri)
Ternyata Maestro Kang tidak puas dengan penampilan kuartet itu. Dia lalu maju ke depan panggung dengan kesal. Selain permainan mereka yang tidak bagus menurut Maestro Kang, dia juga marah karena asal memainkan "String Quartet"
"Mengapa violanya tidak ada malah digantikan double bass?!" protesnya.
Maestro Kang juga memarahi Gun Woo, bukannya menerima uang darinya malah menjadikan anggotanya untuk penghasil uang untuk orkestra. Dia lalu melemparkan beberapa chek ke udara dengan kesal.
Rumi mengantarkan Maestro Kang ke gedung kesenian. Dia berusaha menenangkan Maestro Kang agar idak salah berpikir tentang Gun Woo.
"Dia sangat baik, dialah yang bahkan berkata bahwa sebenarnya Anda menyukai saya dan memintaku untuk mengurus Anda", kata Rumi
Maestro Kang akhirnya sadar di sinilah letak permasalahannya, mengapa Gun Woo terlihat patuh tapi di belakangnya menentangnya. Bagaimana pun dia adalah seorang pria (yang cemburu).
Suasana di tempat latihan Gun Woo jadi serba tidak enak. Senior Park protes mengapa Gun Woo tidak menerima saja bantuan dana dari Maestro Kang. Dan di pemain lainnya gosip tentang Rumi berkencan dengan Maestro Kang tersebar cepat. Ketika Rumi datang, Rumi pun merasa kikuk. Ha Yi deun yang suka berkata erus terang, terang-terangan bertanya di depan banyak orang.
Maestro Kang juga sedang berlatih dengan grupnya di gedung kesenian. Dia lalu heran karena melihat Kakek Kim di sana. Kakek Kim mulai terserang penyakit pikunnya lagi. dia malah datang ke gedung kesenian bukan ke gudang latihan Gun Woo.
Ingatannya pun kembali ke jaman dahulu. Maestro Kang tidak mengkoreksi, dia membiarkan kakek Kim apa adanya.Dia ditemani sekertaris walikota mengantarnya ke tempat latihan Gun Woo. Yi Deun tak terima kakek melupakan mereka. Yi deun ingin memaksa kakek ingat, tapi Gun Woo mencegahnya
"Mungkin kakek Kim lebih bahagia dengan ingatannya yang ini", kata GUn Woo
Yi Deun, sekertaris dan Bae Yong Gi lalu mengantar Kakek Kim pulang ke rumah. mereka mencari info mengenai keluarga Kakek yang lain.
Maestro Kang tidak pulang dia ingin menyaksikan mereka latihan. Walau banyak yang kesal tapi mereka tidak bisa mengusirnya.
Sedikit demi sedikit Maestro Kang mulai iku t campur dan mengkritik lagi. Dia lalu maju dan melihat sendiri coretan yang telah dia buat unuk Gun Woo di partitur itu. Alangkah kagetnya karena coretannya sudah diganti oleh Gun Woo dengan persepsi Gun Woo sendiri. Maestro menyurh Gun Woo menghapus semua pikirannya dan ikuti arahannya. Tapi dengan tegas Gun Woo menolak.
Mereka lalu ribut di luar.
"Di balik itu semua amu berusaha menang dari ku khan?!", desak Maestro Kang.
Maestro Kang menyuruh lebih baik Gun Woo keluar dan ledakkankan saja semua emosi dan amarahnya sekalian.
"Ok saya akan bertarung. Mulai sekarang jangan datang ke sini lagi. Janganjuga ikut campur"
"Bukankah kamu ingin ikut fesival?!"
"Ini orkestraku. aku konduktornya!", kata Gun Woo tegas
Maestro Kang setelah bertemu Du Rumi di Morning Pavilion tidak berselang lama, langsung turun bukit dan pulang. Maestro Kang berkata maksudnya ke sana untuk menanyakan cara membuat kopi ekspresso yang biasa Rumi berikan untuknya (boong kali)
Du Rumi yang sedang gembira saat itu membujuk Maestro Kang untuk tinggal lama sejenak dan mencari makan siang di sana. Tapi Maestro Kang berkata bahwa mereka harus segera berlatih. Rumi heran.
"Kamu sering sekali meneleponku, tapi benar tidak tahu apa yang terjadi?", maestro Kang pun heran.
Rumi belum tahu bahwa pemain cadangan diberhentikan tapi akan diterima kembali jika berhasil di festival.
Mereka lalu sampai di stasiun terdekat. Dia lalu meresa menyesal gara-gara tertipu sejumlah uang, banyak pihak yang harus berkorban.
Maestro Kang minta Du Rumi berlatih, saat itu juga di tem pat itu juga.
"Kamu bukankah sudah beberapa hari tidak latihan?! Kamu malu latihan di sini? Bagaimana kamu mau tampil di muka umum?!"
Rumi lalu mengeluarkan biolanya dan berlatih sambil menunggu kereta datang. Maestro Kang mengawasinya dan tak segan sedikit-sedikit mengkoreksi dan memarahi Rumi.
(Rumi...rumi mau juga kencan sama laki-laki berumur yang galak banget ngeri kyk gitu).
Mereka berdua naik kereta pulang, Rumi tampak lelah dan terkantuk-kantuk. Dia sempat tak sengaja terantuk bahu maestro Kang dan minta maaf lalu tidur ke sisi jendela.
"Ayo bersandar!", kata Maestro Kang menyuruh Rumi (baru denger aku co nyuruh cewe nyender tapi kayak orang marah)
Rumi ragu.
"Apa karena jendela itu lebih kuat dari padaku?!"
Rumi lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Kang Ma Eh dengan ragu.
Gun Woo sudah menyiapkan makan malam. Dia menunggu maestro Kang yang belum juga datang padahal jam makan sudah lewat. Dia lalu menelepon Kang Ma Eh. Maestro Kang dia sedang keluar dan akan segera pulang.
Gun Woo mencoba membayangkan menjadi konduktor, dia menata mobil-mobilannya dan membayangkan mereka semua pemain musiknya. Dia lalu menyetel musik klasik dan mencoba menghayati lagu itu penuh perasaan sambil pura-pura melakukan kondukting.
Namun Maestro Kang kebetulan masuk kamarnya. Dia heran dan menegur cara konduktingnya yang aneh dan seperti orang menari
"Aku hanya aingin merasakan musiknya", kilah Gun Woo
Maestro Kang menyruhnya ke bawah dan belajar kondukting sesuai arahannya.
Maestro Kang lalu berbicara pada Gun Woo tentang Rumi
"Aku tadi bertemu Rumi. Aku tanya tentang takaran kopi yang biasa dia buat. Dia akan bergabung di orkestramu mulai besok"
Gn Woo tidak memperlihatkan kecemburuannya .
"Kau tak komentar apa-apa? menurutmu aku ke sana hanya sekedar kopi?", maestro Kang heran
"Banyak wanita di dunia ini, dan juga banyak banyak pria dunia ini. juga banyak guru tapi guru sejai itu hanya ada sedikit. dibanding Du Rumi saya lebih peduli pada Anda, saya juga belum lama jalan dengan Rumi"
"Oh begitu , kamu tidak apa-apa?", maestro Kang masih tak percaya
"Jangan khawatir saya tidak akan goyah gara-gara ini. saya tetap tenang. Bukankah saya melalui ini dengan baik?"
"ya ..iya..baik bahkan terlalu baik", maestro Kang manggut-manggut
"OK saya akan terus begini sampai festival nanti", kata gUn Woo sambil menjetiknya tangannya.
Gun woo lalu berjalan ke kamarnya, begitu masuk dia menutup pinu dan bersandar di pintu dengan lemas.
Dia bisa berbohong pada Kang Ma Eh tapi tidak pada dirinya sendiri.
Keesokan harinya, latihan orkestra Gun Woo berlangsung kembali di gudan ternak itu. Rumi datang bergabung pagi itu. Bibi Jung Hee yun memandang Rumi dengan perasaan kecewa. Suasana RUmi dengan Gun Woo pun jadi terlihat kaku.
Keulitan awal mulai muncul, Park Hyuk Kwon menyampaikan kabar buruk bahwa pendaftaran grup mereka untuk festival ditolak panitia. Gun Woo dan senior Park langsung pergi ke tempat penyelenggara.
"Grup kamu memang namanya apa?", tanya panitia
Gun Woo berpikir dia belum pernah memberi nama grup mereka. Dia melihatmouse komputer dan tiba -tiba menjawab "Mouse Orkestra" (ga keren banget namanya tikus hihi..ntar dikejar kucing bernama Maestro Kang dong hehe)
"kapan dibentuknya?"
"minggu lalu"
Panitian itu heran. Dia lalu bertanya lagi "kapan pernah tampil dimuka umum?"
"Baru nanti pada saat festival"
Panitia tak sabar lagi, dia mengatakan bahwa peserta yang sudah mendaftar tidak main-main, mereka sudah mapan bertahun-tahun. Senior park mencoba menyebut nama maestro Kang. Tapi Gun Woo tidak mau. GUn Woo memohon agar diijinkan dan bisa masuk dengan cara lain seperti audisi atau dengan demo rekaman kaset.
Gun Woo pusing dan bingung, di rumah dia membicarakan hal ini dengan Maestro Kang. Mastro Kang menegur dan mendorong Gun Woo untuk tidak menyerah dan terus punya semangat dan ambisi yang kuat.
Maestro Kang lalu menanyakan lagu yang akan dibawakan Gun Woo beserta orkestranya.
"Tchaikovsky's 1812 overture", kata Gun Woo.
Namun maestro Kang tak setuju. Maesro Kang lalu bertanya lagu lainnya. Namun dia jua tak seuju. Menurutnya lagunya terlalu sulit dan kontemporer.
"Mozart (yang jenius) saja berlatih dari kecil dan melewati tahapan kursus. Kamu masih jadi polisi umur 25 tahun dan baru beberapa bulan belajar kondukting"
Maestro Kang lalu menyuruh mulai dari dasar musik klasik dan menyuruhnya membawakan Beethoven's, Piano Concerto no. 5, "Emperor".
"Tapi aku khan tidak punya pianis?", Gun Woo heran
"Justru karena itu aku memberimu ini, kamu harus menambah kekuatan timmu dengan solo yang bagus"
Gun Woo mengatakan dia akan mempelajari partitur itu dan nanti akan mendiskusikannya dengan maestro Kang.
"Tidak perlu, aku sudah menuliskan semua yang perlu di sana", kata Maestro Kang seperti menyetir GUn Woo
Buku itu sudah dipenuhi coretan pinsil arahan untuk Gun Woo membawakan komposisi itu. Gun Woo terlihat tidak begitu menyukainya.
Maestro Kang lalu memberikan kartu kreditnya (atau atm? ga jelas deh) untuk dipake Gun Woo. Namun Gun Woo menolaknya.
"Bukankah kau menyuruhku bersusah payah merintis dari bawah?"
"Tapi kamu mana bisa mendaki dengan perut lapar. Kamu membutuhkan banyak uang untuk persiapan!"
"Jika Anda adalah saya, apa Anda juga mau kehilangan harga diri karena lapar?" balik Gun Woo
Di tempat latihan, para anggota terbiasa saling iuran dan berbagi untuk urusan konsumsi. Hari itu mereka sedang mencari pianis dan sempat menyebarkan berita di internet. Ha Yi Deun juga membawa teman-temannya pianis terbaik di sekolah mereka. Walau mereka semua pianis handal dan membawakan sesuai partitur tapi tidak ada yang rasanya "pas dan sejiwa" bagi Gun Woo. Saat mereka bingung, datanglah seorang ibu yang memakai tongkat , berjalan sedikit pincang dengan penampilan sederhana yang bermaksud ikut audisi untuk solo pianis. Namanya ibu Seo dia mengaku seorang guru piano di kota kecil. Gun Woo mempersilakan ibu Soe mencobanya. Setelah melakukan pemanasan sederhana, ibu itu memainkan pianonya. Bukan hanya tepat dan handal tapi mengagumkan penuh dengan kekuaan dan membawa jiwa dan emosi lagu itu. (wow banget pokonya, adam juga kusuruh nonton hehe).
Gun Woo, dan beberapa temannya yang ikut menilai audisi ini sampai tercengang dibuatnya. Yi Deun sadar bahwa jiwa seperti ini yang mungkin dicari Gun Woo.
Ibu itu sepertinya puas memainkan audisinya, Gun Woo dkk masih tercengang
"Apa aku lolos?", tanyanya.
Mereka lalu bertepuk tangan. Gun Woo mengangguk bahwa ibu Seo lolos.
Park Hyuk Kwon meresa wajahnya itu mirip pianis kenamaan korea.
"Memang sering yang melihatku bagitu", jawabnya sopan.
"tapi Anda memang mirip".
"Hush orang seperi beliau mana mungkin datang ke tempat seperti ini", tegur Gun Woo.
Gun Woo lalu meminta agar Ibu Seo membawakan komposisi Beethoven no. 5 itu dengan gaya romantik walau berasal dari jaman musik klasik (emang udah keliatan Gun Woo yang anak muda seleranya agak beda sama maestro Kang)
Suatu waktu maestro Kang berjanji bertemu dengan seorang ibu di depan danau. Wajahnya mirip dengan ibu Seo hanya penampilannya elegan. Dia di depan Maestro Kang memuji laki-laki muda Kang Gun Woo yang baru-baru ini ia temui. Dia ternyata pianis terkenal itu.
"Namun jangan sampai dia tahu bahwa aku yang merekomendasikan. Anak itu harga dirinya lumayan tinggi", kata maestro Kang
Suatu hari seusai latihan, Karena orkestra mereka ini kekurangan dana, Rumi diajak teman-temannya sesama pemain biola untuk ikut bekerja paruh waktu. Rumi menyanggupi tetapi tidak bisa untuk hari ini karena dia sudah ada janji.
"Jadi mulai besok kau bisa ikut ya!"
Rumi mengangguk, dia lalu permisi pulang.
Rumi ternyata ada janji bertemu maestro Kang. Mereka bertemu di perpustakaan (janjian di perpus teringat masa kul dulu wkwkwkw). Rumi membawakan buku-buku titipan maestro Kang. Maestro Kang terlihat serius sekali.
Rumi cuma bisa memandanginya (hehe ini salah satu kisah cinta unik lainnya, kebalikan dari aku yg suka berondong wkwkwkwk)
"Guru, kita khan hanya seminggu sekali bertemu, masa kita hanya baca di sini"
"Kamu khan tahu kita sibuk, lagi pula aku juga sebenernya sibuk sekarang", kata maestro Kang jaim.
"Halaman bukumu sudah beberapa saat juga tidak dibalik-balik", goda Du Rumi (pura 2 sibuk nih maestro kang)
Rumi lalu membujuk Maestro Kang keluar, karena dia yakin bisa membuat Maestro Kang lebih nyaman. Dia mengajak maestro Kang jalan-jalan ke taman dan membeli minuman. Namun saat Rumi menggandeng lengan maestro Kang,
maestro Kang tidak suka karena tangan Rumi juga lengket kena minuman dan mengotori jasnya (duh ada nih orang kyk gini pengen ngegetok hehe)
Rumi masih ingin berjalan-jalan lagi tapi maestro Kang ingin kembali karena harus mempelajari lagu. Rumi lamlu berjalan-jalan sendirian. Ternyata maestro Kang mengikutinya, Rumi tersenyum geli.
Gun Woo dan para pemain stringnya (alat musik gesek) akan bermain di restoran kenalan Bae Yong Gi. Gun Woo minta maaf karena untuk string kuartet kurang pemain. Namun bae Yong Gi menyuruhnya diam karena pemiliknya sebenarnya tak tahu apapun tentang musik klasik dan orkestra (mumpung ga tahu mo ditipu-tipu dikit hehe).
Rumi dan Maestro Kang ternyata akhirnya berkencan sampai malam. Malamnya masing-masing harus berlatih dengan orkestranya masing-masing. Rumi mensupiri maesro Kang (repot juga kencan ma konduktor, cewe yg jadi supir, maestro kang di belakang). Maestro kang berkata sekertaris walikota sudah memesankan tempat untuknya di suatu restoran, dia mengajak Rumi juga makan malam. Maestro Kang masuk lebih dahulu. Di a mendengar ada live musik string di sana. Dan kaget bahwa anak-anak asuhan Gun Woo bermain di sana.
Gun Woo dan bae yong Gi juga kaget begitu juga para pemainnya yang langsung gugup melihat maestro Kang.
Rumi akhirnya muncul, gantian Gun Woo dan teman-temannya yang kaget melihat Rumi bersama maestro Kang.
"Ada apa mereka di sini?!" seru maestro Kang
Rumi merasa tidak enak pada teman-temannya dan mengajak maestro Kang pergi.
"Tidak, aku akan lihat seberapa bagus permainannya mereka!"
Maestro Kang pun duduk, Rumi juga duduk.
Bibi Jung Hee yun mulai curiga dan berbisik-bisik
"Ngapain Du Rumi itu, apa dia mengencani Maestro Kang?!", bisiknya sebal
Suasana jadi kaku apalagi Gun Woo yang pasti paling terpukul (poor Gun Woo, udah sama anak-anak RF aja pasti ngantri)
Ternyata Maestro Kang tidak puas dengan penampilan kuartet itu. Dia lalu maju ke depan panggung dengan kesal. Selain permainan mereka yang tidak bagus menurut Maestro Kang, dia juga marah karena asal memainkan "String Quartet"
"Mengapa violanya tidak ada malah digantikan double bass?!" protesnya.
Maestro Kang juga memarahi Gun Woo, bukannya menerima uang darinya malah menjadikan anggotanya untuk penghasil uang untuk orkestra. Dia lalu melemparkan beberapa chek ke udara dengan kesal.
Rumi mengantarkan Maestro Kang ke gedung kesenian. Dia berusaha menenangkan Maestro Kang agar idak salah berpikir tentang Gun Woo.
"Dia sangat baik, dialah yang bahkan berkata bahwa sebenarnya Anda menyukai saya dan memintaku untuk mengurus Anda", kata Rumi
Maestro Kang akhirnya sadar di sinilah letak permasalahannya, mengapa Gun Woo terlihat patuh tapi di belakangnya menentangnya. Bagaimana pun dia adalah seorang pria (yang cemburu).
Suasana di tempat latihan Gun Woo jadi serba tidak enak. Senior Park protes mengapa Gun Woo tidak menerima saja bantuan dana dari Maestro Kang. Dan di pemain lainnya gosip tentang Rumi berkencan dengan Maestro Kang tersebar cepat. Ketika Rumi datang, Rumi pun merasa kikuk. Ha Yi deun yang suka berkata erus terang, terang-terangan bertanya di depan banyak orang.
Maestro Kang juga sedang berlatih dengan grupnya di gedung kesenian. Dia lalu heran karena melihat Kakek Kim di sana. Kakek Kim mulai terserang penyakit pikunnya lagi. dia malah datang ke gedung kesenian bukan ke gudang latihan Gun Woo.
Ingatannya pun kembali ke jaman dahulu. Maestro Kang tidak mengkoreksi, dia membiarkan kakek Kim apa adanya.Dia ditemani sekertaris walikota mengantarnya ke tempat latihan Gun Woo. Yi Deun tak terima kakek melupakan mereka. Yi deun ingin memaksa kakek ingat, tapi Gun Woo mencegahnya
"Mungkin kakek Kim lebih bahagia dengan ingatannya yang ini", kata GUn Woo
Yi Deun, sekertaris dan Bae Yong Gi lalu mengantar Kakek Kim pulang ke rumah. mereka mencari info mengenai keluarga Kakek yang lain.
Maestro Kang tidak pulang dia ingin menyaksikan mereka latihan. Walau banyak yang kesal tapi mereka tidak bisa mengusirnya.
Sedikit demi sedikit Maestro Kang mulai iku t campur dan mengkritik lagi. Dia lalu maju dan melihat sendiri coretan yang telah dia buat unuk Gun Woo di partitur itu. Alangkah kagetnya karena coretannya sudah diganti oleh Gun Woo dengan persepsi Gun Woo sendiri. Maestro menyurh Gun Woo menghapus semua pikirannya dan ikuti arahannya. Tapi dengan tegas Gun Woo menolak.
Mereka lalu ribut di luar.
"Di balik itu semua amu berusaha menang dari ku khan?!", desak Maestro Kang.
Maestro Kang menyuruh lebih baik Gun Woo keluar dan ledakkankan saja semua emosi dan amarahnya sekalian.
"Ok saya akan bertarung. Mulai sekarang jangan datang ke sini lagi. Janganjuga ikut campur"
"Bukankah kamu ingin ikut fesival?!"
"Ini orkestraku. aku konduktornya!", kata Gun Woo tegas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar