Swe Dol melempar patahan giginya ke atap. "Peri Gigi, aku berikan kau gigiku, tolong ganti dengan yang baru!"
"Gigimu tidak bisa tumbuh lagi." ujar Ryung.
Swe Dol tidak bisa menerima itu, lalu bergi ke atap, mencari giginya lagi.
"Jangan sedih." kata Swe Dol.
"Aku memang seharusnya dipukul oleh ibu." kata Ryung.
"Biasanya kau akan lari, tapi kenapa tadi kau hanya berdiri?" tanya Swe Dol.
"Tidak apa-apa, Ayah. Aku hanya ingin membiarkan ibu memukulku."
"Kenapa kau tiba-tiba jadi pengertian begitu? Aneh sekali." kata Swe Dol tertawa, membersihkan patahan giginya.
"Ayah... Terima kasih."
"Terima kasih untuk apa?"
"Terima kasih untuk segalanya." ujar Ryung dengan ekspresi sedih.
"Antara ayah dan anak, tidak perlu berkata seperti itu." kata Swe Dol, menoleh melihat Ryung. "Jika kau merasa berterima kasih pada orang tuamu, lulus dalam ujian."
"Ujian, ujian." Ryung berkata kesal. "Aku sudah capek mendengarnya."
Ryung berbaring dan memunggungi ayahnya, menangis, sementara Swe Dol terus-terusan menasehatinya tentang belajar.
Keesokkan paginya, Ryung sudah bangun pagi-pagi. Namun kondisi agar terlihat seperti biasanya, ia pura-pura masih tidur sampai Swe Dol membangunkannya. Walaupun hatinya penuh kesedihan karena teringan nasib ayah dan keluarganya, Ryung berusaha keras berpura-pura bersikap seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa.
"Shim Ki Yoon mungkin adalah pemberontak, namun dia adalah teman baik Yang Mulia." kata salah seorang pejabat.
Ryung berjalan di
"Kudengar tubuhnya akan ditarik oleh empat ekor kuda." kata seorang warga.
"Apa yang membuatnya menjadi seorang pemberontak?" tanya warga yang lain.
"Banyak orang yang bilang bahwa dia diberi tuduhan palsu." jawab warga pertama.
Ryung mencoba memastikan dengan mendekati kurungan Ki Yoon.
"Pergi!" kata seorang pengawal. Ki Yoon menoleh dan melihat Ryung.
Ryung bertemu dengan Kong He, yang hendak membeli arak bagus. Ketika hendak membayar, Kong He mengeluarkan kantung uang milik Ryung yang dulu ditemukannya. Ryung melihat kantung uang itu. "Sepertinya aku mengenal kantung itu!"
"Apa maksudmu?" tanya Kong He. "Ini milikku. Milikku! Apa kau bisa membuktikannya? Apa di kantung ini ada namamu?"
Ryung merebut kantung itu dan memperlihatkan bagian dalam kantung. "Lihat!" Ia menunjukkan sulaman bertuliskan nama Ryung.
Kong he terkejut. "Bagaimana nama itu bisa muncul tiba-tiba?"
"Aku terbiasa melakukan ini. Barang apapun milikku, aku selalu menulis namaku disana." ujar Ryung seraya menunjukkan baju, celana, kantung dompet, yang semuanya tertulis nama Ryung.
Hee Bong dan kroninya mendatangi Eun Bok, putra si Pemburu Jang, untuk menagih hutang. Si Pemburu memohon-mohon agar memberi mereka waktu lagi. Jika mereka tidak membayar hutangnya, maka Eun Bok harus ikut mereka untuk dijual sebagai budak.
"Aku akan segera mendapatkan uang banyak." kata Pemburu Jang. "Beri aku sedikit waktu lagi."
"Baik. Aku beri kau waktu 10 hari lagi." kata Hee Bong. "Jika kau tidak bisa membayar maka aku akan menjual putramu. Mengerti!"
Ryung meminta Hee Bong untuk menemuinya.
"Kudengar kalian bekerja di tim investigasi?" tanya Ryung. "Apa kau bisa membantuku menemukan seseorang?"
"Tentu saja. Itu tugas kami."
"Aku sedang mencari seorang pelayan." kata Ryung.
"Dimana dia?"
"Aku juga tidak tahu." jawab ryung. "Aku hanya tahu namanya."
"Ini akan membutuhkan waktu lama dan butuh banyak uang juga."
"Asal kau menemukan orang ini, jangan khawatir masalah uang."
"Aku punya jaringan nasional jadi aku pasti bisa menemukannya. Tapi kau harus menyiapkan uangnya." kata Hee Bong setuju.
Kong Hee mengatakan pada Bong Soon bahwa kantung uangnya diambil oleh Ryung. Bong Soon kemudian mencoba mendekati Ryung, Ryung kesal setengah mati.
"Apa kau mencari seseorang?" tanya Bong Soon. "Hee Bong menyebut soal jaringan nasional,
"Apa?" tanya Ryung ragu. Ryung bertanya soal kasus pemberontakan.
"Aku yakin istana punya nama-nama dalam kasus itu." kata Bong Soon. "Aku akan menyuruh orang untuk mesuk ke istana melihat dokumen itu. Tapi kau tidak boleh mengatakan ini pada Hee Bong. Mengerti?"
Bong Soon mengajak Ryung bertemu dengan seorang pengawal istana dan ia meminta bayaran dari Ryung 200 tael, namun ternyata pengawal itu hanya di bayar 20 tael. "Kenapa hanya satu lembar dokumen saja mahal sekali?" keluh Bong Soon.
Pemburu Jang terus mengorek informasi tentang Ryung dari berbagai pihak yang dekat dengan Ryung. "Kudengar, kau dan Ryung adalah teman dekat sejak kecil?" tanya Pemburu pada Dae Shi ketika ia makan di kedai milik ibu Dae Shi. "Kudengar, Ryung bukan anak kandung keluarganya."
"Apa?!" seru Dae Shi. "Apa yang kau bicarakan? Gosip itu merebak karena bibi memperlakukan Ryung dengan buruk. Mungkin saja itu benar. Kurasa bibi adalah ibu tiri Ryung."
Heung Kyun datang dengan ayahnya. "Beri kami makanan." kata mereka.
Dae Shi mendekati mereka. "Apa benar Ryung bukan anak kandung keluarganya?" tanya Dae Shi.
"Apa yang kau katakan?" tanya Heung Kyun.
"Paman yang disebelah
"Sejak kecil aku sering menggendong Ryung!" teriak Heung Kyun. "Ayah, apa kau ingat? Saat Ryung berumur 3 tahun, Ryung naik di punggungku dan terjatuh. Itu membuatnya kepalanya sakit." Heung Kyun menatap ayahnya dengan pandangan tertentu.
"O.. Benar. Sejak saat itu, dia menjadi anak yang bodoh." kata Ayahnya, terlihat sekali kalau dia berbohong.
"Itu tidak benar!" Dae Shi protes. "Otaknya sangat aktif!"
Heung Kyun memelototi Dae Shi dan memberi isyarat agar Dae Shi pergi.
"Itu dia! Itu dia orangnya!" Ayah Heung Kyun mengajak Swe Dol memata-matai si Pemburu.
"Dia! Dia orang yang mengamati rumahku!" kata Swe Dol. "Mati kau!"
Pemburu Jang bertanya pada warga tentang Ryung, namun tidak ada yang tahu. Swe Dol hendak mengancam Pemburu, namun tidak berhasil, malahan Swe Dol yang diancam.
"Kau bukan ayah kandung Ryung kan?" tanya Pemburu, menarik kerah baju Swe Dol.
"Apa maksudmu? Dia itu darah dagingku!" ujar Swe Dol berbohong.
"Dia anak pemberontak Lee Won Ho!" Pemburu itu bersikeras.
"Apa yang kau katakan?!" terdengar suara dari belakang. Dan Ee tiba-tiba muncul. "Ryung adalah anak yang kukandung selama 10 bulan." kata Dan Ee marah. "Kenapa kau bertanya-tanya tentang anak orang lain?!"
"Apa kalian tahu hukuman apa yang akan kalian terima jika menyembunyikan putra seorang pemberontak?" ancam Pemburu.
Dan Ee marah-marah pada pemburu itu, kemudian mengajak Swe Dol pergi. "Ayo!" katanya.
Pengawal istana mengembalikan uang yang diberikan Bong Soon.
"Kenapa?" tanya Bong Soon.
"Data pelayan yang kau cari ada di dalam ruang penyimpanan rahasia." kata Pengawal ketakutan. "Kau tidak akan diizinkan masuk ke sana. Bahkan orang yang jabatannya tinggi juga tidak diizinkan keluar masuk dengan bebas."
"Paman... Aku tambahkan 10 tael lagi..." bujuk Bong Soon.
"Walaupun kau memberiku 500 tael, hal itu tetap tidak mungkin!" tolak si Pengawal. "Aku ingin hidup lebih lama!"
Swe Dol memberi tahu semua orang bahwa jika ada yang menanyakan apakah Ryung adalah putra kandungnya atau bukan, mereka harus mengatakan bahwa Ryung adalah putra kandungnya.
Chun datang ke rumah Byun Shik. Di sana, ia bertemu dengan Shi Hoo, yang sedang berlatih memanah, namun meleset hingga nyaris mengenai Chun.
"Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya Shi Hoo.
Chun tersenyum, lalu menepuk pundak Shi Hoo. Shi Hoo keskitan. Rupanya ia masih terluka karena pertarungan dengan Ryung.
Chun menemui Byun Shik. "Kudengar kau memegang dua jabatan, sebagai Penasehat Stategis dan Pembicara Kerajaan." kata Chun.
Byun Shik tertawa bangga. "Karena itulah aku mengundang para pejabat untuk makan-makan di sini. Semuanya berkat kau. Hahaha.. Ah, bukan! Semuanya berkat Shim Ki Yoon. Hahaha.."
Ryung lari mencari-cari Bong Soon. "Kemana bajingan kecil itu pergi? Uangkuuuu!!!" teriaknya kesal.
Ia datang ke depan gerbang ruang penyimpanan dokumen (perpustakaan). "Baik!" tekadnya. "Aku akan menemukannya sendiri! Kakak! Ibu! Tunggu aku! Geom akan segera menyelamatkan kalian!"
Beberapa orang berpakaian pelajar, dipimpin oleh dua orang pejabat, masuk ke ruang penyimpanan. Ketika Ryung ingin ikut masuk, ia diusir oleh penjaga.
Di dalam, terjadi kericuhan. Para pelajar berusaha menyelamatkan buku dan membawa buku-buku itu keluar, namun pengawal istana mendorong mereka masuk ke ruangan lagi.
"Beraninya kalian!" teriak Byun Shik seraya memukuli para pelajar itu.
Kedua orang pejabat itu masuk ke dalam penjara untuk menemui Kwon Do Hyun, keponakan Shim Ki Yoon. Ia berkata pada kedua pajabat itu, "Besok, aku akan berdiri di depan Raja dan para pejabat untuk mengemukakan semua rahasia tentang konspirasi pemberontakan ini!" ujarnya.
Byun Shik masuk dan memerintahkan pengawal untuk membawa kedua pejabat itu keluar.
"Lepaskan aku!" seru mereka marah. "Kalian sangat kurang ajar!"
Kedua pejabat itu dibawa ke suatu ruangan, dan Byun Shik bicara dengan mereka.
"Kau tidak tahu apa-apa, namun berani menerobos masuk ke Kantor Penyimpanan Data Istana di tengah siang bolong." kata Byun Shik. "Meja hukum punya aturannya sendiri."
Salah satu pejabat hampir meledak marah, namun pejabat yang lain menenangkannya. "Beberapa hari yang lalu, kami memintamu untuk memberikan dokumen tentang konspirasi Shim Ki Yoon, tapi kau tidak juga memberikannya."
"Itu karena kau tidak membawa surat perintah." kata Byun Shik, meremehkan.
"Baik. Besok aku akan membawa surat perintah, dan kau harus menunjukkan dokumen konspirasi itu!" ujar Pejabat.
Pejabat yang lain berkata, "Kwon Do Hyun berkata bahwa besok dia ingin mengatakan segala kebenaran di balik konspirasi ini. Ia ingin mengatakan itu di depan Raja dan seluruh pejabat istana."
Byun Shik terkejut. "Kebenaran tentang konspirasi?"
Secara tidak sengaja, ibu Dae Shi berkata pada Pemburu Jang kalau waktu kecil Ryung pernah sakit parah. Ia melakukan itu untuk mencari-cari alasan ketika ditanya mengenai masa kecil Ryung. Pemburu Jang bergegas pergi untuk mencari Tabib Song, tabib yang mengobati Ryung kecil.
Heung Kyun dan ayahnya mengendap-ngendap membuntuti Pemburu itu. "Jika menemukan Tabib Song, semuanya akan terbongkar!"
Ayah Heung Kyun berpura-pura menabrak Pemburu Jang dan mencuri sebuah kertas yang digunakan si Pemburu untuk mencari tabib itu. Sementara Heung Kyun pergi entah kemana.
Akhirnya Pemburu Jang menemukan Tabib Song. "Apakah benar, Ryung dulu pernah sakit?"
"Ooo.. Benar!" kata tabib. "Dia pernah sakit parah hingga membuatnya seperti orang bodoh."
"Umur berapa dia saat itu?"
"Saat itu?" si tabib berpikir. "Umurnya... 2 tahun!"
"Apa?! Bukan saat ia berumur 9 tahun?" tanya Pemburu tidak percaya.
"Kau pikir aku tidak bisa membedakan anak umur 2 tahun dengan anak umur 9 tahun?" seru tabib marah. Pemburu Jang pergi, kemudian Heung Kyun keluar dari tempat persembunyiannya.
Ryung memotong sebuah bambu, yang akan digunakannya untuk melompot melewati tembok pagar Ruang Penyimpanan. Ia terus mencoba, namun selalu gagal. Ryung menunduk putus asa.
Byun Shik melaporkan pada Raja bahwa ia diminta kedua pejabat untuk menyerahkan dokumen konspirasi. Kwon Do Hyun juga ingin mengemukakan kebenaran tentang konspirasi itu di depan semua pejabat. Raja kemudian memerintahkan Byun Shik agar membuat Kwon Do Hyun dan dokumen-dokumen itu lenyap.
Byun Shik mengunjungi Kwon Do Hyun dan mengatakan padanya, "Kau ingin mengungkap kebenaran tentang konspirasi itu? Hahaha.. Terserah padamu!"
Ketika Byun Shik sudah pergi, Kwon Do Hyun meminta salah kepala penjara agar ia diperbolehkan berpakaian yang layak karena akan bertemu dengan raja.
"Aku sudah mempersiapkan pakaian untukmu." kata kepala penjara itu seraya berjalan keluar.
"Terima kasih." ujar Kwon Do Hyun. Ia lalu merobek baju yang sedang dipakainya saat itu.
Hari sudah malam. Ryung mencoba melompati tembok pagar agar bisa masuk ke Ruang Penyimpanan Dokumen. Sulit baginya untuk mencoba karena pengawal terus-terusan mondar-mandir tanpa henti. Tiba-tiba ia melihat seseorang berpakaian hitam melompati tembok dengan mudah. "Apa itu?!" pikirnya, terkejut.
Kwon Do Hyun menyerahkan baju lamanya yang penuh darah pada kepala penjara. "Terima kasih. Walaupun aku sudah ada di dunia lain, aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu." kata Kwon Do Hyun. Kepala penjara itu tersenyum.
Orang berbaju hitam yang sebelumnya dilihat oleh Ryung sedang melompati tembok, ternyata adalah Moo Yi. Moo Yi masuk ke ruangan itu untuk membakar semua dokumen yang tersimpan di dalamnya
"Ada apa?" tanya Ryung, melihat warga beramai-ramai menonton kebakaran itu.
"Dokumen data terbakar!" jawab seorang warga.
Ryung mengendap-ngendap masuk bersama para pemadam api, dan dengan nekad masuk ke ruangan penuh api untuk mencari dokumen, namun gagal menemukannya. Ia malah di kejar-kejar oleh para pengawal, lalu bersembunyi masuk ke dalam penjara.
Di penjara itu, Moo Yi sedang melakukan pembunuhan terhadap Kwon Do Hyun tanpa mendobrak pintu penjara. Ia membunuh dengan menggunakan kait panjang.
Ryung tanpa sengaja melihat kejadian itu dan terkejut. Namun tidak mengerti apa yang terjadi, ia bersembunyi. Moo Yi menyadari kedatangannya dan menoleh. Beruntung para pengawal yang tadi mengejar Ryung datang, dan mengejar Moo Yi. Ryung bergegas melarikan diri.
Setelah berhasil lolos dari kejaran, Ryung terjatuh di tanah. Usahanya untuk mencari tahu keberadaan kakak dan ibunya gagal. Ia menangis. "Ayah... Ibu... Kakak... Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Kedua pejabat yang sebelumnya meminta dokumen konspirasi melihat ruangan dokumen sudah hangus tak bersisa. Mereka kemudian meminta Byun Shik menyerahkan Kwon Do Hyun, namun Kwon Do Hyun sudah ditemukan tewas di dalam penjara. Saksi dan bukti-bukti konspirasi pemberontakan sudah lenyap.
Shi Hoo datang ke penjara untuk memberikan pakaian ayahnya. Saat itu Byun Shik dan kepala penjara sedang berdebat mengenai tewasnya Kwon Do Hyun. Shi Hoo berpendapat, "Kurasa kepala penjara benar. Pria ini tewas dibunuh. Coba lihat tiga titik darah dibajunya. Pembunuh itu menggunakan kait untuk menarik pria itu kemudian membunuhnya."
Byun Shik menatap putranya, marah. "Siapa kau? Memangnya kau Anggota Investigasi?"
"Tapi itu masuk akal." kata Kepala Penjara. Byun Shik memarahinya. Bagaimanapun logisnya pendapat yang diutarakan, Byun Shik tetap bersikeras bahwa Kwon Do Hyun tidak dibunuh.
Kepala penjara membawa mayat Kwon Do Hyun untuk dibuang di tengah hutan. Entah bagaimana, Ryung sudah berada di gerobak itu bersama mayat Kwon Do Hyun, berniat keluar dari istana. Samar-samar ia mendengar suara seseorang dipukul dan terjatuh.
Ryung melihat ada sebuah kain putih di balik rambut mayat dan mengambilnya. Belum sempat ia membaca, seorang pria berpakaian pengawal istana membuka tikar penutup mayat.
"Siapa kau?!" tanya Pengawal. Ia mencoba merebut potongan kain yang di pegang Ryung. Potongan kain itu sobek menjadi dua. Sebagian besar berhasil di ambil para pengawal dan sebagian kecil dipegang Ryung. Ryung segera melarikan diri. Ternyata pengawal istana itu menyerang para pengawal penjara yang membawa mayat Kwon Do Hyun.
Ryung berhasil kabur.
Kedua pengawal yang menyerang pengawal penjara membaca potongan kain itu, yang ditulis dengan darah.
"Tolong katakan pada Geom. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, karena itulah aku menulis ini dengan terburu-buru. Orang yang membunuh ayahmu tidak lain adalah..."
Ternyata kedua pengawal itu adalah pelayan Shim Ki Yoon, yang menyamar untuk mengambil mayat Kwon Do Hyun.
Ryung membaca secuil potongan kain itu, namun tidak bisa diartikan apa-apa karena hanya sedikit sekali tulisan.
Byun Shik bicara pada Chun. Ia mengatakan bahwa dokumen yang terbakar di Ruang Penyimpanan adalah dokumen palsu. Dokumen yang asli masih ada ditangannya. Ia tertawa licik dan penuh kemenangan. Byun Shik juga mengatakan bahwa semua trik mereka nyaris terbongkar karena Shi Hoo. Shi Hoo melihat tiga titik darah dipakaian Kwon Do Hyun dan menyimpulkan bagaimana pembunuhan terjadi.
Chun bertanya, "Bukankah pakaiannya penuh darah? Bagaimana ia bisa melihat tiga titik darah?"
Byun Shik menjawab bahwa Kwon Do Hyun telah mengganti bajunya dengan yang baru. Chun curiga ada sesuatu yang aneh.
Shi Hoo menatap rumah lamanya dari jauh. Ia melihat Dan Ee, ibunya, sedang menjahit.
Ryung pulang ke rumah. Ia menghapus air matanya dan kembali berakting. "Ibu, aku lapar!" serunya ceria. Ia mengambil makanan yang diletakkan di samping Dan Ee. "Ibu, bermain di tempat judi sekarang sulit sekali. Karena kehilangan banyak uang, aku jadi tidak bisa makan." kata Ryung berbohong.
"Ayahmu tidak bisa tidur karena memikirkanmu yang tidak pulang semalaman." kata Dan Ee.
"Ah, ayah terlalu protektif..." Dan Ee melihat ke belakang Ryung. Ryung menoleh. Ternyata ada ayahnya di sana.
Swe Dol mengamuk dan mengejar Ryung, memukulnya dengan sapu.
Shi Hoo melihat mereka dari kejauhan. "Kau ingin aku menjadi seorang bangsawan. Dengan penampilan yang seperti ini... Ini adalah harapanmu, bukan harapanku. Aku... sangat iri pada anak itu." pikirnya sedih.
Chun melihat pakaian lama Kwon Do Hyun yang penuh darah. Ternyata kecurigaannya benar, ada bagian di pakaian itu yang disobek. Ia lantas memerintahkan Moo Yi untuk mencari sobekan kain itu.
Dan Ee mengatakan pada Ryung bahwa ada seseorang yang mencarinya. "Mereka menunggumu di jembatan NamMun." kata Dan Ee.
Ryung bergegas berlari menuju jembatan. Di sana, ia melihat dua orang pria, yang diingatnya sebagai pelayan Shim Ki Yoon (dan juga merupakan orang berpakaian pengawal yang mengambil mayat Kwon Do Hyun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar