Shi Wan mengatakan pada temannya bahwa punya rencana yang menarik. "Aku akan membuat kedua anak bertarung sampai mati demi menyelamatkan ayah mereka. Hahahaha..."
Shi Hoo mengunjungi Swe Dol.
"Ibumu.. Kau pasti sangat merindukannya,
"Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan ibu." ujar Shi Hoo sedih. "Ibu mengatakan padaku, jika kami bertemu, aku tidak diizinkan menyapanya. Aku akan memenuhi keinginannya."
Swe Dol menggenggam tangan Shi Hoo.
Dae Shi dan Heung Kyun melatih Ryung bertarung. Belum juga menyerang, Ryung sudah tersandung dan jatuh.
"Hah, kau hanya bisa pamer!" ujar Dae Shi meremehkan.
Hee Bong menunjukkan lawan Ryung di arena nanti. Lawannya adalah seorang laki-laki guendut. Ryung ciut, namun ia menghibur diri. "Tidak apa-apa... tidak apa-apa." katanya, membohongi diri sendiri. "Dalam sebuah pertarungan, tidak bisa hanya bergantung pada kekuatan. Otak juga sangat diperlukan."
Di lain pihak, Shi Hoo juga berlatih bela diri. Dibanding Ryung, kemampuan bela diri Shi Hoo sangat tinggi. Shi Wan menemuinya.
"Aku ingin memberimu kesempatan." kata Shi Wan. "Nanti malam ada pertandingan Gedou. Pemenang akan mendapatkan hadiah 200 perak. Jika kau bisa memberi uang itu padaku, aku akan meminta ayah agar tidak menyentuh ayah angkatmu. Kau harus menang."
Diam-diam, Ryung mempersiapkan sebuah senjata rahasia. Senjata itu tidak lain adalah besi-besi tajam yang akan ia sembunyikan di balik baju dan perlengkapannya.
Chun mendapat laporan dari Moo Yi. Ia mengatakan bahwa anggota parlemen Ki Yoon ingin membuka lagi kasus Lee Won Ho 13 tahun yang lalu. Ia juga mengatakan kalau Ryung masih hidup. "Bunuh dia!" Chun memerintahkan.
Hari pertarungan di mulai. Kong He dan Bong Soon datang untuk bertaruh. Kong He melihat gambar Ryung memakai penutup wajah. "Tunggu dulu, laki-laki itu sepertinya tidak asing." pikir Kong He.
Bong Soon ikut melihat. "Benar. Dia seperti laki-laki putih yang tidak bisa bertarung." kata Bong Soon polos.
Eun Chae berkunjung ke kamar Shi Hoo, namun kakaknya tidak ada di
"Ini... sebenarnya... Nona..." Pelayan itu sepertinya mengatakan bahwa Shi Hoo ikut pertarungan Gedou.
Eun Chae bergegas menyusul kakaknya dengan menaiki kuda seorang diri. Pelayan itu berlari mengejar Eun Chae.
Deokba memenangkan pertarungan demi pertarungan dengan mudah. Semua orang yang bertarung melawannya babak belur. Ryung bersiap-siap maju, walau merasa sangat takut.
Eun Chae melihat Ryung yang memakai topeng, mengira Ryung adalah kakaknya Shi Hoo.
"Kakak!" seru Eun Chae pada Ryung. Ryung menoleh. Eun Chae langsung menggandeng tangan Ryung dan mengajaknya pergi. "Ayo!"
Ryung menahannya, bingung melihat seorang gadis tidak dikenal menggandengnya.
"Mereka penjudi profesional." kata Eun Chae. "Mereka akan melakukan segala macam cara agar menang. Kau akan helilangan nyawamu. Aku mengerti keinginanmu untuk menyelamatkan orang itu, tapi melakukan hal seperti ini tidak akan memperbaiki apapun. Aku mohon padamu, pulanglah."
Pelayan yang mengejar Eun Chae tiba. "Nona... Tuan Muda Shi Hoo ada di ruang pertarungan..." katanya sambil terengah-engah.
Eun Chae hendak melepas tangan Ryung, namun Ryung malah memegang tangan Eun Chae. Eun Chae kesal dan menampar Ryung. "Kurang ajar!" katanya.
Eun Chae bergegas menuju ke ruang pertarungan, namun Hee Bong tidak mengizinkannya masuk dan menyuruhnya pulang.
Akhirnya saat pertarungan terakhir, yaitu antara Deokba dan Ryung. Ryung ketakutan setengah mati. Ia memakai senjata paku tajamnya di tangan dan kepalanya, dan melapisinya dengan kain lain agar tidak terlihat.
Ryung bergaya lincah di atas ring. Ia memukulkan kepalanya sendiri ke kepala Deokba hingga berdarah.
"Kau harus mati!" seru Deokba marah. ia menghajar Ryung habis-habisan hingga Ryung terkapar di lantai tak berdaya. Ketika Deokba hendak melancarkan serangan terakhir untuk menghabisi Ryung, tiba-tiba.... Deokba memegangi pantatnya dan... BROOOTTT!! Suara buang anginnya sangat keras dan bau hingga membuat orang seisi ruangan tutup hidung. BROOOTT dan CRUUUTTT... Deokba buang air besar di celana (a.k.a mencret dicelana). OMG!!
Ternyata Ryung membeli obat pencahar dari Bong Soon dan Kong Hee. Obat itu ia campurkan ke dalam makanan dan diberikan pada Deokba.
BROOOTT dan CRUUUTTT... Karena malu, Deokba bersembunyi di pojokkan dan menyerah, lalu melarikan diri.
Ryung memenangkan pertandingan, namun Hee Bong memberikan kesempatan pada satu penantang untuk bertarung dengan Ryung. Ryung protes, namun ia tidak bisa berbuat apapun. Saat itulah Shi Hoo maju.
Ryung sedikit tenang melihat besar badan Shi Hoo yang hampir setara dengannya. Shi Hoo membuka baju atasnya dan Ryung menjadi sangat terkejut melihat badan Shi Hoo yang kekar. Dalam beberapa kali pukul saja, Ryung sudah terjatuh. Terlihat sekali kemampuan mereka yang jauh berbeda.
Shi Hoo memukuli Ryung habis-habisan. Kepala Ryung banyak mengeluarkan banyak darah. Secara samar-samar, muncul bayangan-bayangan masa lalunya. Ayahnya... Ibunya... Kakaknya... Rumahnya... Kebun bunga Mae Hwa milik keluarganya... Tawanya bersama keluarganya... Pembunuhan ayahnya... Mayat ayahnya yang hancur ditarik kuda... Semua kenangan itu muncul begitu saja.
Ryung benar-benar hancur dan babak belur. Dae Shi menangis melihatnya. Namun Ryung tidak mau menyerah, demi ayahnya.
Dan Ee dan Heung Kyun datang ke tempat pertandingan untuk bertemu Ryung. Penjaga tidak mengizinkan mereka masuk. Heung Kyun memegangi penjaga agar Dan Ee bisa masuk. Dan Ee masuk dan melihat putranya, Shi Hoo, memukuli Ryung habis-habisan.
Shi Hoo terkejut melihat ibunya hingga ia menjadi lengah. Ryung menyerangnya balik dan memukulinya.
Shi Hoo memandang ibunya sedih. "Ibu, kau menginginkan putramu menjadi seorang bangsawan. Tapi sekarang, melihat putramu seperti ini, kau melihatnya sendiri kan?" pikir Shi Hoo dalam hati.
"Jangan pukul lagi!" teriak Dan Ee. "Jangan pukul lagi!"
Ryung menoleh. "Ibu."
Dan Ee terkejut mengetahui bahwa pria bertopeng adalah Ryung. "Jangan seperti ini! Jangan bertarung lagi! Tolong jangan bertarung lagi!" teriaknya seraya menangis. Kini Shi Hoo menginjak-injak Ryung. "Hentikan! Jangan bertarung lagi!" Dan Ee menangis histeris.
Semakin dihajar habis-habisan, ingatan-ingatan masa lalu Ryung makin jelas. Kini ia bisa mengingat saat ia melempar ibu kandungnya dengan batu.
"Menyerahlah!" kata Shi Hoo pada Ryung.
"Tidak akan pernah!" seru Ryung.
"Jika kau tidak menyerah, aku akan membunuhmu!" teriak Shi Hoo.
"Bunuh saja aku!" kata Ryung.
"Aku mohon padamu untuk menyerah!" Shi Hoo masih terus memukuli Ryung.
"Tidak mungkin!" kata Ryung, menangis. "Aku tidak bisa melakukannya. Jika menyerah, aku tidak akan bisa melindungi tangan ayahku!"
"Apa?" Shi Hoo membuka penutup wajah Ryung. "Apa kau Ryung?"
"Apa kau mengenalku?" tanya Ryung.
Shi Hoo sangat shock. Ia berbaring di sisi Ryung sejenak, kemudian mengeluarkan papannya, tanda menyerah.
Ryung bangkit, melihat Shi Hoo dengan heran.
"Kenapa kau masih disini? Cepat pergi!" kata Shi Hoo.
Eun Chae menemui kakaknya di arena pertarungan. Shi Wan menolak bicara dengannya dan berjalan pergi.
Ryung mendapat uang hadiahnya dan mencari Shi Wan. Dae Shi menemui Ryung dan mengatakan kalau Shi Wan tiba-tiba menghilang. Ia bergegas menuju kantor polisi tempat tangan ayahnya akan dipotong. Namun ia tidak bisa berlari karena kepalanya terasa sangat pusing. "Ada apa? Apa yang terjadi padaku?" ujar Ryung pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Moo Yi dan anak buahnya muncul di hadapan Ryung.
"Kau sangat beruntung." ujar Moo Yi.
Ryung berlari kabur dari mereka. Moo Yi mengejarnya dan melemparkan tombak, berhasil mengenai lengan Ryung. Ia kemudian mengikat badan Ryung dengan tali. Ryung melemparkan tombak ke kaki kuda sehingga kuda menjadi kehilangan kendali dan berlari ke arah jurang. Moo Yi terjatuh ke jurang, namun selamat karena ia masih terikat dengan tali ke badan Ryung. Ryung melepas ikatan tali itu dan mengikatnya di pohon, berusaha menyelamatkan Moo Yi.
"Jika kau Geom, kau tidak akan menyelamatkan aku." kata Moo Yi.
"Kini aku menyesal menyelamatkanmu!" teriak Ryung. "Kembalikan uangku!"
Moo Yi memotong rambut Ryung. "Aku mengampuni nyawamu bukan karena kau menyelamatkan nyawaku, tapi karena aku tahu kau bukan Geom."
"Bisakah kau mengampuni nyawaku dengan cara yang lebih baik?" tanya Ryung, memegangi rambutnya. "Kau merusak image-ku."
Anak buah Moo Yi datang. Moo Yi memukul kepala Ryung hingga pingsan. "Ia sudah mati." kata Moo Yi pada anak buahnya. "Ayo kita pergi!"
Salah seorang anak buah Moo Yi menendang Ryung sehingga Ryung terjatuh berguling-guling di bukit. Kepala Ryung terbentur batu.
Shi Wan datang ke tempat eksekusi Swe Dol. Ia tersenyum dan memberi isyarat pada para polisi untuk melakukan sesuatu. Eksekusi di mulai.
Bong Soon dan Kong He berjalan pulang. Bong Soon menemukan kantung uang milik Ryung yang terjatuh. Mereka lalu berebutan kantung uang itu.
"Hah!" Bong Soon melihat Ryung jatuh pingsan dengan kepala berdarah-darah. Ia minum air dan menyemprotkan air dari mulutnya ke wajah Ryung. Ryung sadar dan berjalan pergi dengan linglung.
Ryung menemui Swe Dol. "Ayah..." Ryung berkata takut-takut.
Swe Dol tertawa, menunjukkan tangannya yang masih utuh. Ternyata Byun Shik mengampuni Swe Dol, walaupun Shi Wan merengek-rengek minta keadilan. Sebagai gantinya, Byun Shik memerintahkan Shi Wan untuk mencabut satu gigi depan Swe Dol. Jadilah si Swe Dol ompong.
Byun Shik mengampuni Swe Dol atas permintaan Eun Chae, yang mengancam ayahnya. Jika ayahnya tidak mengampuni Swe Dol, maka Eun Chae tidak akan membantu pendirian penginapan yang ingin dibangun Byun Shik.
Kepala Ryung terasa sangat pusing. "Ada apa padaku? Apa yang terjadi?" katanya seraya memegang kepalanya yang sakit. Ia teringat kata-kata Ki Yoon, "Aku ingin memberi tahu mengenai bagaimana ayahmu mati dengan tidak adil."
Ryung berlari menemui Ki Yoon.
"Siapa aku?" tanya Ryung. "Aku tidak bisa mengingat masa kecilku sama sekali. Tapi kejadian-kejadian aneh selalu muncul di kepalaku belakangan ini."
"Namamu adalah Lee Geom." kata Ki Yoon. "Ayahmu sudah dibunuh dengan tidak adil. Aku baru saja menemukan kebenaran ini."
"Dibunuh?" tanya Ryung. "Siapa yang membunuhnya?"
"Dilakukan oleh seseorang yang sangat ia percayai." kata Ki Yoon, berpikir. "Itulah hal penting yang bisa kuketahui. Hubungan kami sangat dekat..."
Tiba-tiba pelayan Ki Yoon berteriak dari luar. "Tuan, ada masalah besar!"
"Pengkhianat Shin Ki Yoon! Bersiap menerima hukumanmu!" teriak seseorang dari luar.
Ki Yoon memberikan perhiasan milik Won Ho pada Ryung dan menyuruhnya bersembunyi di belakang papan. Beberapa aparat kepolisian masuk ke ruangan itu.
"Bagaimana bisa aku terlibat dalam rencana pemberontakan?" seru Ki Yoon. "Aku tidak akan meninggalkan rumahku walau selangkah! Bawa orang yang menuduhku kemari!"
Aparat polisi hendak menyeret Ki Yoon, namun pelayannya melindungi. Aparat polisi memukul pelayan Ki Yoon.
Ryung mengintip mereka dari balik papan. Tiba-tiba terbesit ingatan tentang kematian ayahnya. Kejadian yang hampir sama pernah ia lalui sebelumnya. Rumahnya.. Keluarganya.. Kini semuanya terlihat jelas.
Ryung menangis dan berlari menuju rumah keluarganya.
"Aku bilang bahwa aku tidak akan pernah melupakan tempat ini." ujar Ryung menangis, menatap sebuah pohon Mae Hwa yang sedang berbunga. "Tapi aku tidak pernah kembali selama 13 tahun. Ayah... Ayah... Ayah..."
Tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka. "Nona, ini tempatnya." kata seorang wanita.
Ryung berlari dan bersembunyi di balik batang pohon Mae Hwa, tempat dulu ia dan Eun Chae naik untuk mendengar kicauan burung. Ia menutup mulutnya, menahan agar tangisnya tidak terdengar.
Ternyata yang datang adalah Eun Chae, bibi dan pelayannya.
Eun Chae tersenyum menatap pohon Mae Hwa yang berbunga. Ia berjalan ke pohon Mae Hwa tempat kenangannya bersama Geom kecil.
Ryung pulang ke rumah, menghapus air matanya dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Ibunya duduk di depan rumah, menunggunya datang. Ketika melihat Ryung, ia memukul Ryung dengan sapu. "Aku menyuruhmu belajar, tapi kau malah berkelahi. Ayahmu menjadi seperti ini, kau malah bermain-main dan tidak pulang sampai larut malam."
"Ibu, aku salah." ujar Ryung, tidak mengelak dari pukulan ibunya.
"Akhirnya kau tahu kalau kau salah?"
Swe Dol menahan Dan Ee dan menyuruh Ryung pergi. "Kenapa kau berdiri di sana? Lari! Cepat!"
Ryung berjalan pergi.
"Lukanya belum sembuh benar. Kenapa kau memukulinya?" tanya Swe Dol.
"Apa kau senang?" tanya Dan Ee. "Kau memiliki dua orang putra yang baik."
"Apa maksudmu?"
Dan Ee tidak menjawab dan berjalan pergi.
Ryung berjalan seorang diri di desa yang sudah sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar