Silahkan Mencari !!!

Info!!!

kelanjutan fan fiction & recap drama semua ada di blog q yang baru
fanfic : www.ff-lovers86.blogspot.com
recap : www.korea-recaps86.blogspot.com
terima kasih...

Rabu, 25 Agustus 2010

Cinta Yang Tak Terduga


Title : Cinta Yang Tak Terduga
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 25 Agustus 2010, 09.13 AM
Cast :
Son Ye Jin
Lee Min Ho
Peter Ho


Cinta Yang Tak Terduga
Created By Sweety Qliquers


Angin sore berhembus dengan lembut, membungkus diriku dalam hangatnya udara musim panas. Aku melepaskan sandalku dan menjinjingnya. Aku suka merasakan pasir-pasir lembut ini masuk ke sela-sela jariku, merasakan kakiku tertimbun olehnya. Deburan ombak yang berdesir mengikuti irama langkahku terdengar seperti musik di telingaku.

Di sebelahku, Lee Min Ho menghirup dalam-dalam udara pantai yang segar dan menentramkan jiwa. Rambutnya yang berwarna hitam ditiup angin dan menari-nari menutupi sebagian wajahnya. Ia tidak berubah sama sekali sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tidak dapat mengingat kapan terakhir kali aku merasa sedamai ini....

Aku pertama kali bertemu dengan Lee Min Ho di pantai ini. Hari itu, Lee Min Ho terlihat seperti mahasiswa Korea kebanyakan yang bersekolah di Jepang. Dalam balutan jeans yang digulung sampai lutut dan kaos putih, ia terlihat santai dan tanpa beban. Dan justru hal itulah yang menarik perhatianku kepadanya.

Perkenalan kami berlanjut ke barter nomor handphone dan alamat, dan tidak lama kemudian kami pun menjadi sahabat karib. Kepadanya yang santai dan easy-going, aku dapat mencurahkan semua masalahku, terutama mengenai pacarku yang sedang bekerja di Korea.

Segala kekhawatiranku, kekesalanku dan kecurigaanku pun dihapus Lee Min Ho dengan mudah melalui canda tawa dan saran-saran yang diberikannya. Kepadanya aku juga menceritakan bebanku sebagai anak tertua di keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki sama sekali—bagaimana aku harus sekolah tinggi demi meneruskan usaha Papa, dan pada saat bersamaan menjadi teladan bagi adik-adikku yang sudah tidak memiliki seorang Mama.

***


“Tahu tidak, Son Ye Jin, apa masalahmu?” tanya Lee Min Ho suatu saat dengan mimik yang lucu. Aku tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalaku.

“Kau ini terlalu bagaimana ya, tidak santai! Kau harus lebih terbuka pada orang lain, lebih easy-going.... Pernah tidak, semua yang kau ceritakan padaku ini, kau ceritakan pada kekasihmu? tidak pernah, kan? Kau harus lebih banyak share denganya. Wajar saja dia marah kalau kau tidak suka bercerita tentang semua unek-unek yang ada di dalam otakmu. Kalau begitu terus, dia akan jadi merasa tersisih, Son Ye Jin,” sambung Lee Min Ho panjang lebar.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Benar juga, Peter Ho memang suka marah jika aku menceritakan tentang Lee Min Ho, bagaimana dekatnya aku dengannya, dan bagaimana aku merasa bebas menceritakan masalah-masalahku. Atau, apa mungkin dia cemburu ya? Aku tertawa geli membayangkannya. Walaupun tampan dan banyak wanita yang naksir, Lee Min Ho itu cerewet sekali kepadaku, sampai-sampai terkadang aku menjulukinya 'my sister' – karena dia, seperti wanita! Namun, aku yakin dia bukan gay karena ia pernah menceritakan kisah cintanya yang dulu padaku.

Persahabatan kami pun berlanjut terus, sampai tiba waktunya kami berdua harus kembali ke Seoul karena kuliah kami sudah tuntas. Begitu sampai di Seoul, aku memperkenalkannya kepada Papaku, yang sangat menyukainya. Namun, ketika aku memperkenalkannya kepada Peter Ho, reaksi kekasihku selama lima tahun tersebut benar-benar tidak kusangka.

“Aku tidak suka dengannya, Son Ye Jin!” ujar Peter Ho datar, dengan ekspresi masam yang membuat wajah tampannya menjadi tidak enak dilihat.

“Aku ingin kau menjauhinya. Bukankah sekarang sudah ada aku, kau juga tidak perlu dia lagi, kan? Jika kau mau teman jalan-jalan, kan ada Lee Hyori, Song Hye Gyo, atau Son Dam Bi...." lanjutnya sembari menyebutkan nama teman-temanku saat SMA dulu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Peter Ho tidak mengerti arti persahabatan Lee Min Ho bagiku. Dia memang benar-benar cemburu. Namun saat itu, aku mengira kecemburuannya hanya akan berlangsung sementara saja. Mungkin saja, jika dia sudah mengenal Lee Min Ho lebih baik, pasti dia akan menyukainya.

Di sisi lain, walaupun Peter Ho sangat tidak ramah kepadanya, Lee Min Ho tetap ceria dan menganggap Peter Ho sebagai teman. Ia juga masih sering menghubungiku, dan kadang-kadang ia main ke rumahku untuk menemani adik-adik perempuanku yang masih kecil-kecil. Mereka suka sekali dengannya karena ia pandai bercerita dan masakannya sangat enak. Selain menemani si kecil Seo Shin Ae bermain dan membaca, Lee Min Ho juga sering membantu memberikan solusi-solusi masalah pria untuk Goo Hye Sun yang mulai beranjak remaja.

Tahun demi tahun terlewati, dan Lee Min Ho tetaplah teman yang terbaik untukku. Kami sering bertemu, sekedar hanya untuk berbincang-bincang. Kami bahkan mengajukan diri untuk menjadi guru Les privat Bahasa Jepang di ‘Ferindo Japan (Les Privat Bahasa Jepang di Jepang, yang buka cabang di Korea) bersama-sama.

Hubunganku dengan Peter Ho juga menjadi semakin serius. Kami telah berpacaran selama lebih dari tujuh tahun. Ia sudah bekerja untuk Papa, membuat pernikahan semakin berada di dekat mata. Bagiku, semua yang kami lewati bersama telah menjadi suatu masa depan pasti yang tak perlu diramalkan lagi. Ya, mengapa aku harus khawatir? Peter Ho Pria yang baik, dia supel dalam pergaulan dan akrab dengan semua saudara-saudaraku, mempunyai tabungan yang lebih dari cukup untuk memulai suatu rumah tangga dan kami tidak pernah berselisih lebih dari pertengkaran-pertengkaran kecil. Dan bukankah aku juga telah mengenakan cincin ‘janji’ dari Peter Ho?

Akan tetapi sore itu aku tidak mengenakan cincin tersebut. Aku tidak pernah mengenakannya apabila sedang bersama-sama Lee Min Ho. Peter Ho telah memberikan ultimatum kepadaku seminggu yang lalu, sebelum aku dan Lee Min Ho berangkat bersama-sama ke Jepang untuk menghadiri reuni angkatan kami saat kuliah dulu.

“Aku tidak ingin terlalu dekat dengan Lee Min Ho lagi. Kita sebentar lagi akan menikah Son Ye Jin, dan aku sering mendengar orang-orang mempergunjingkan kedekatanmu yang tidak wajar dengan Lee Min Ho. Bagaimanapun juga dia Pria dan kau Wanita. Aku percaya kepadamu, tapi kau harus memutuskan hubunganmu dengannya,” ultimatum Peter Ho. Tanpa ekspresi. Dingin sekali.

***


Aku menoleh ke sampingku dan melihat Lee Min Ho yang juga sedang menatapku dengan tatapan matanya yang lembut. Hari ini aku harus mengatakannya. Katakanlah! Jeritku dalam hati. Katakan kalau kau tidak dapat menemuinya lagi! Namun pada saat kata-kata yang telah aku persiapkan hendak meluncur dari bibirku, aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan sebaliknya merangkul pundak Lee Min Ho.

Pada saat itu, aku menyadari sesuatu yang telah aku sangkal selama bertahun-tahun. Aku tidak dapat mengakhiri persahabatanku dengan Lee Min Ho karena aku membutuhkannya setiap hari untuk seumur hidupku. Aku ingin selalu melihatnya tersenyum, mendengarkan canda tawanya dan merasakan kehadirannya di sisiku ketika aku sedang sedih dan gundah. Ternyata aku menyayanginya dan membutuhkannya lebih dari seorang sahabat.

Aku menatap ke dalam bola matanya yang berwarna hitam pekat bagaikan telaga. "Sejujurnya, aku... aku menyayangimu... aku tak bisa jika harus kehilanganmu...." Airmataku pun tumpah membasahi kemejanya.

Namun Lee Min Ho hanya diam memelukku dan mengusap rambutku. Setelah tangisku terhenti, barulah ia memegang kedua pundakku dan menatap lurus ke dalam mataku. "Tahukah kau Son Ye Jin, apa yang selalu kuminta di setiap hari di dalam doaku?” Ia tersenyum.


“Aku mendoakan kebahagiaanmu. Namun jika ia tidak bahagia bersama Peter Ho, Tuhan, maka izinkan aku yang membahagiakannya....”

Tangisku pun pecah kembali dan kami berpelukan lama sekali, seperti dua orang yang baru menyadari cinta mereka berdua. Angin bertiup dengan pelan, ombak berdesir dengan lembut... seakan menjadi saksi cinta kami berdua.

Sejak saat itu, aku dan Lee Min Ho tidak pernah lagi mengenal kata berpisah. Sore itu aku menyadari bahwa aku bertanggung jawab atas kebahagiaanku sendiri. Kata orang, cinta yang sejati tumbuh karena kebersamaan. Kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu, karena takut kau berpaling dan memberi jarak. Namun bila suatu saat ia pergi, barulah kau akan menyadari, bahwa ia adalah cinta yang tidak kau sadari. Tampaknya, aku tidak hanya sekedar membutuhkan Lee Min Ho.... Aku telah jatuh cinta, walau aku tidak pernah menyadarinya sampai detik aku hampir kehilangan dirinya.

Untuk yang tercinta
Lee Min Ho
...
Ternyata aku cinta dan kutakut…
Kehilangan dirimu yang kukasihi…
...
Dari yang Tercinta
Son Ye Jin


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar