Seluruh rakyat sedih dan panik mengetahui kabar yang menyebar di seluruh
"Apakah negara kita sekarang milik Jepang?" tanya Gwak pada Hwang Jung, tidak mengerti karena ia tidak bisa membaca.
Hwang Jung menunduk sedih. "Mulanya kita adalah protektorat Jepang, tapi kini kita sekarang adalah negara jajahan." jawabnya.
"Bagaimana itu bisa terjadi padahal Raja kita masih hidup dan sehat?!" seru Gwak. "Dr. Baek, katakan sesuatu! Kau belajar di Jepang!"
"Gwak, tenanglah." ujar Seok Ran menenangkan.
"Gwak, aku akan bergabung dengan pasukan pembela negara!" kata Mong Chong. "Aku ingin menghancurkan Jepang!"
Seok Ran meminta Mong Chong tenang dan pulang untuk melihat keadaan Mak Saeng.
Hwang Jung, Do Yang dan Seok Ran masuk ke dalam Jejoongwon. Tidak seperti biasanya, hari itu suasana di Jejoongwon sangat suram. Chung Hwan, Jang Geun, Nang Rang dan Miryung menangisi negara mereka yang tercinta.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tangis Chung Hwan. "Dr. Hwang, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Do Yang pergi ke RS Hansung. Disana, orang-orang Jepang berseru dan bersorak, "Hidup Kekaisaran Jepang! Hidup! Hidup!"
Di dalam, Watanabe, Kim Don dan Duta Jepang berpesta untuk merayakan keberhasilan mereka. Duta Jepang menyerahkan gelas pada Do Yang untuk bersulang, seakan Do Yang ikut senang bersama mereka.
"Kerena kami memiliki perjanjian baru, maka situasi kami sudah berubah." kata Duta Jepang. "Kami tidak lagi membutuhkan seorang dokter Korea di Rumah Sakit Hansung. Kusarankan padamu, hentikan semua tindakan pemberontakanmu. Nikahi Naoko dan jadilah warga Jepang."
Tanpa mengatakan apa-apa, Do Yang meletakkan gelasnya dan pergi ke kamar Naoko.
Naoko terbangun karena suara ribut-ribut di luar. Ia kemudian bercerita pada Do Yang bahwa ia bermimpi. Di dalam mimpinya, Do Yang meninggalkan Naoko, lalu Naoko mati.
"Naoko, aku akan meninggalkan Hansung." kata Do Yang. "Maukah kau ikut denganku?"
Kesehatan Raja sedang buruk. Hwang Jung dan Dr. Avison memeriksanya di istana.
"Kelihatannya Anda tidak tidur semalaman, Yang Mulia." kata Dr. Avison.
"Bagaimana aku bisa tidur ketika negaraku dicuri dariku?" tanya Raja. Ia berpaling pada Hwang Jung. "Bagaimana situasi di luar?"
"Orang-orang pembela negara bunuh diri." jawab Hwang Jung. "Dan makin banyak orang yang bergabung dengan pasukan pembela negara."
"Rakyatku mengorbankan nyawa mereka demi negara." ujar Raja sedih. "Ya, aku akan mengumpulkan kekuatanku untuk memberitahu dunia mengenai perbuatan hina yang Jepang lakukan."
Watanabe datang ke istana untuk mengambil alih Lembaga Kesehatan Istana.
"Direktur Avison, kau bisa menyerahkan Lembaga Kesehatan pada kami." ujar Watanabe.
"Jika Lembaga Kesehatan ditutup, lalu bagaimana dengan pasien rabies?" tanya Hwang Jung. "Kami sedang bekerja membuat vaksin rabies dan menyebarkannya pada semua rumah sakit!" kata Hwang Jung tajam.
"Kami sudah tahu itu." ujar Watanabe. "Tapi Gubernur Jenderal sudah memutuskan untuk menghentikan semua itu."
Dr. Avison di kirim ke Jepang untuk menemukan vaksin rabies.
Do Yang duduk diam di ruangannya. Watanabe datang menemuinya.
"Jika kau masih memiliki rasa patriotisme yang tersisa, seharusnya kau membuangnya sekarang." kata Watanabe. "Kenapa? Karena saat ini kau tidak punya pilihan selain menikahi Naoko dan menjadi warga Jepang."
Do Yang tersenyum tipis. "Benarkah?" tanyanya.
"Ya." jawab Watanabe. "Jika kau menikahi Naoko, aku akan membuatmu menjadi Direktur Lembaga Kesehatan."
"Dan jika aku tidak bersedia, apa yang akan terjadi padaku?" tanya Do Yang.
"Tidak ada masa depan untukmu." ujar Watanabe. "
Tuan Yoo memotong rambutnya. Nyonya Yoo bertanya padanya, kenapa akhir-akhir ini Tuan Yoo kelihatan sibuk dan jarang terlihat. Tuan Yoo menjawab bahwa ia sedang memiliki banyak pekerjaan.
Beberapa saat kemudian, pelayan Tuan Yoo memanggilnya dan mengatakan kalau ada orang yang ingin bertemu. Tuan Yoo bergegas keluar.
Tamu yang datang tersebut mengantarkan beberapa kotak kayu berisi sesuatu. Mereka menyimpan kotak-kotak tersebut dalam ruang penyimpanan.
"Apa kau diikuti?" tanya Tuan Yoo.
"Tidak." jawab pria itu.
Tuan Yoo mengeluarkan sejumlah uang dan menyerahkannya pada pria tersebut, namun ia menolak. "Tidak perlu." tolaknya. "Aku tidak bisa menerimanya. Ini adalah tugasku sebagai pembela negara."
Tuan Yoo tersenyum dan mengangguk. "Berhati-hatilah."
"Ya. Kita bertemu lagi di gunung." ujar pria itu seraya pamit dan berjalan pergi.
Tuan Yoo membuka kotak kayu itu. Ternyata isinya adalah banyak senapan.
Mendadak Seok Ran masuk ke ruang penyimpanan. Ia sangat terkejut melihat senapan itu.
"Rahasiakan ini dari ibumu." ujar Tuan Yoo.
Seluruh pejabat dan rakyat menyumbang uang untuk pasukan pembela negara.
"Dengan uang ini, kita bisa membeli meriam." kata Tuan Yoo.
"Bagaimana jalannya proses hukuman 5 pengkhianat Eulsa yang menandatangani Perjanjian Eulsa seperti Lee Wan Yong dan Lee Geun Taek?" tanya pejabat penyumbang uang.
"Banyak orang yang mencari dan ingin membunuh mereka." jawab Tuan Yoo. "Kami mengusulkan seseorang dari kelompok sekutu."
"Siapa dia?"
"Ia adalah seorang kenalan lama yang tinggal di Manchu." jawab Tuan Yoo. "Setelah aku menghubunginya, ia bergegas kembali kemari." (Kenalan lama tersebut adalah... taraaaaa... Jung
"Siapa target dari 5 pengkhianat itu?"
"Menteri Pasukan, Lee Geun Taek. Mulanya ia adalah anggota Pro Rusia bersama Lee Yong Ik, tapi ia disuap oleh Jepang dan bergabung dalam fraksi Pro Jepang."
Tuan Yoo berjalan pulang seorang diri. Dengan sikap wajar, ia meninggalkan secarik kertas diantara genteng dinding rumah seseorang. Setelah itu, ia berjalan lagi dengan santai. Beberapa saat kemudian, seseorang berjalan dibelakangnya dan mengambil kertas tersebut. Jung
Dengan menggunakan sinar, ia membaca pesan di kertas tersebut. 'Bunuh' begitulah isi pesan. Dengan sinar tersebut, kertas juga langsung terbakar.
Chung Hwan, Mong Chong dan banyak rakyat Joseon lain berdemo di depan rumah Lee Geun Taek.
"Kau menjual negara kami pada Jepang!" seru Chung Hwan. "Keluar kau, Lee Geun Taek!"
"Keluar!" seru warga. "Keluar!"
Warga melempari rumah itu dengan batu.
"Keluar, Pengkhianat!" teriak Chung Hwan, diikuti sorakan setuju para warga.
"Kata-kata tidak akan mempan." kata Mong Chong. Ia mendekati gerbang rumah dan berteriak lantang. "Keluar, Pengkhianat! Keluar dan terima urinku!"
Jejoongwon kedatangan para pasien yang terluka parah.
"Tolong selamatkan aku." kata seseorang, sekarat. "Aku masih harus melakukan banyak hal untuk negaraku!"
"Biarkan dia mati!" teriak orang yang lain. "Dia mata-mata Jepang! Dokter, kau mengenalku bukan? Aku Chiru!"
"Ya!" ujar Hwang Jung. "Apa yang terjadi?"
"Biarkan dia mati." kata Chiru, kesakitan. "Dia pemimpin di pertambangan emas tempat aku bekerja. Ia lebih kejam daripada orang Jepang! Ia membunuh banyak dari kami karena ingin membuat atasannya terkesan. Di pertambangan emas... hari ini... mereka memaksa kami berteriak... 'Hidup Jepang'... Seseorang menolak dan ia memukulinya... Ia menusukku dengan pisau..."
"Jepang akan melindungi kita, Bodoh." seru orang pertama. "Dokter, tolong selamatkan aku."
"Kita hanya punya obat bius untuk satu orang." ujar Miryung. "Apa yang harus kita lakukan?"
Pasien pemberontak lebih sekarat dibanding dengan Chiru. Jang Geun dan Park So Sa setuju untuk mengobati Chiru sementara Miryung dan Seok Ran ingin mengobati orang yang lebih sekarat terlebih dahulu. Nang Rang abstein.
Hwang Jung diam dan berpikir. Ia kemudian meminta Jang Geun pergi ke RS Bogu untuk mengambil obat bius.
Pasien pemberontak pingsan. Hwang Jung ragu. Disatu sisi ia harus mengingat bahwa ia seorang dokter, disisi yang lain ia ingin juga memikirkan negaranya. Akhirnya statusnya sebagai dokterlah yang menang. Hwang Jung memutuskan untuk mengobati pasien pengkhianat terlebih dulu.
Ketiga orang pejabat pemberontak minum-minum bersama, termasuk Lee Geun Taek. Mereka tertawa, merasa menang karena dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut, maka mereka akan dilindungi oleh Jepang selama generasi mereka dan keturunan mereka.
"Begitukah?" terdengar suara seorang pria dari belakang mereka. Jung Po Gyo datang bersama dua orang temannya.
"Siapa kau?" tanya Lee Geun Taek.
Tanpa menjawab, Po Gyo mengeluarkan pistolnya dan menembak si pengkhianat. Po Gyo dan kedua rekannya mengeluarkan pisau dan membunuh pejabat. Mendadak, pasukan Jepan muncul dan menembak Po Gyo dengan senapan dari belakang.
Punggung Po Gyo tertembak. Ia bergegas pergi melarikan diri.
Watanabe menceritakan pada Naoko bahwa Do Yang kini tidak bisa berbuat apa-apa mengenai pernikahan mereka. Keluarga Do Yang juga tidak bisa lagi bersikeras meminta pernikahan ala
"Ayahku merencanakan itu?!" tanya Naoko, terkejut. "Membunuh Ratu dan membakar tubuhnya?!"
"Do Yang tidak memberitahukanmu?" tanya Watanabe. "Kupikir ia sudah bercerita padamu."
"Tidak, ia tidak cerita." ujar Naoko shock. "Benarkah ayah melakukannya?"
"Ayahmu melakukannya untuk Jepang." ujar Watanabe.
Di tempat lain, Do Yang mengetahui kenyataan bahwa Duta Jepang melarang menyebaran obat-obatan dengan bebas agar pasien datang ke Hansung. Do Yang menyatakan protesnya. Namun tanpa berkata apa-apa, ia memanggil Pengawalnya dan menyeret Do Yang pergi.
Di luar, Naoko ingin mengatakan sesuatu pada Do Yang. Namun belum sempat ia mengatakannya, muncul orang membawa pasien. Pasien tersebut adalah Lee Geun Taek, yang ditembak oleh Po Gyo.
Do Yang dan Naoko mengoperasi Lee Geun Taek.
"Dokter, aku sangat kesal." ujar Chiru lemah pada Hwang Jung. "Saat kalian diserang bandit, akulah yang menemukan sepeda kalian. Tapi kenapa kalian mengobati pengkhianat itu terlebih dulu?"
"Setelah obat bius tiba, kami akan segera mengobatimu." kata Hwang Jung.
"Bagus, kau telah menyelamatkan Menteri Lee Geun Taek." kata Watanabe pada Do Yang setelah operasi selesai.
"Siapa?" tanya Do Yang.
"Kita hampir saja kehilangan salah satu Menteri kunci yang menandatangani Perjanjian Protektorat Eulsa!"
Do Yang sangat terpukul mendengarnya.
Di Jejoongwon, Hwang Jung telah selesai mengobati pasien pengkhianat. Tidak lama kemudian Jang Geun datang dengan membawa obat bius.
"Bagus." ujar Hwang Jung. "Nang Rang, bius dia."
Park So Sa melihat Chiru. "Ia mati!" serunya terkejut.
Hwang Jung terkejut. Ia bergegas mencoba menyelamatkan Chiru, namun sudah terlambat. Chiru benar-benar sudah tewas.
Hwang Jung menangis.
Ia pergi kebelakang dengan perasaan menyesal. Kata-kata terakhir Chiru terus terngiang di telinganya. "Kenapa kau mengobati pengkhianat terlebih dulu?"
Hwang Jung mengepalkan tangannya erat.
Seok Ran memahami perasaan Hwang Jung dan memeluknya dari belakang.
"Jika Direktur Allen atau Direktur Heron ada disini, apa yang akan mereka lakukan?" tanya Hwang Jung lemah. "Mereka mengajarkan padaku agar mengobati pasien sekarat terlebih dulu, tapi kadang aku bingung. Orang yang mati itu adalah seseorang yang telah membantu kita saat dikejar bandit. Aku telah membunuh penyelamat kita."
"Jangan berkata begitu." ujar Seok Ran. "Jika guru-guru kita ada disini, mereka pasti akan melakukan hal yang sama."
Seok Ran berusaha menenangkan dan menghibur Hwang Jung. "Beberapa hari ini kau harus memimpin sebagai Direktur. Itu pasti sulit. Semua orang bekerja sangat keras karena mereka percaya padamu. Bertahanlah, Dr. Hwang."
Hwang Jung berbalik dan memeluk Seok Ran.
Di lain pihak, Do Yang pun sangat terpukul dan sedih setelah mengetahui kenyataan bahwa ia telah menyelamatkan seseorang yang menjadi musuh negaranya.
Keesokkan harinya, Jepang memberi medali penghargaan pada Do Yang karena telah menyelamatkan Lee Geun Taek.
"Aku tidak akan menerima medali itu." ujar Do Yang tajam. Ia berjalan mendekati Watanabe dan menyerahkan
Do Yang keluar dan pergi ke ruangannya untuk mengambil barang-barang.
"Maafkan aku." kata Naoko. "Untuk segalanya."
"Kau tidak perlu minta maaf." kata Do Yang. "Pasien itu sekarat, jadi aku menyelamatkannya. Naoko, kau harus tinggal disini. Aku berharap bisa membawamu bersamaku, tapi mungkin itu tidak akan baik untukmu."
"Kau mau pergi?" tanya Kim Don, melihat Do Yang berjalan keluar Hansung.
"Reporter Surat Kabar Hansung sudah menulis artikel." kata Suzuki. "Dokter Bedah pahlawan, Baek Do Yang alias Kobayashi menyelamatkan Lee Geun Taek."
"Siapa yang kami sebut pahlawan, mereka akan menyebutnya pemberontak, bukan?" tanya Kim Don tajam.
Do Yang tersenyum, kemudian menendang Kim Don sampai tersungkur ke lantai. Ia kemudian menatap Suzuki tajam. Suzuki ketakutan.
Do Yang berjalan pergi.
Do Yang datang ke Jejoongwon untuk mencari Hwang Jung dan Seok Ran. Ia meminta Gwak memanggilkan mereka.
Do Yang menatap papan nama Jejoongwon dengan sedih, kemudian hendak berjalan pergi.
"Dr. Baek!" panggil Hwang Jung, berlari.
"Aku mengundurkan diri." kata Do Yang.
Hwang Jung meraih tangan Do Yang dan menjabatnya. "Kami senang kau datang." katanya.
"Aku akan membawakan tasmu." kata Gwak.
Do Yang tersenyum, merasa lega karena ia disambut dengan sangat hangat. Do Yang menjabat erat tangan Hwang Jung.
Hwang Jung mengajak Do Yang menemui Tuan Yoo di sebuah pegunungan. Tuan Yoo terkejut melihat Do Yang datang.
"Ia sudah mengundurkan diri dari Hansung." kata Hwang Jung.
Tuan Yoo sangat senang dan menyambut Do Yang.
Tuan Yoo mengajak Hwang Jung dan Do Yang ke markas pembela
Dalam perjalanan ke Jejoongwon, seseorang mengikuti mereka.
Do Yang dan Hwang Jung bekerja sama mengoperasi Po Gyo. Seneng banget ngelihat mereka kerja sama lagi...
Dr. Avison kembali ke Jejoongwon. Selain Dr. Avison, mereka juga kedatangan seorang tamu, yakni Naoko. Naoko membawakan banyak obat-obatan untuk Jejoongwon.
"Apakah ini milik Hansung?" tanya Hwang Jung.
"Tidak." jawab Naoko. "Aku membelinya. Aku bisa membeli semua obat-obatan."
Do Yang sangat cemas dan mengajak Naoko bicara di ruang loker. Naoko menenangkannya.
"Tidak masalah." kata Naoko. "Aku seorang perawat. Sama seperti kau di Hansung, aku juga bisa melakukan hal yang sama di Jejoongwon."
Do Yang tertawa dan memeluk Naoko. Mendadak Jang Geun masuk. Ia terlonjak kaget melihat mereka. Ia tertawa dan keluar lagi. Sudah biasa.
Ketika Seok Ran berada di Rumah
Begitu selesai, Seok Ran pulang. Tiba-tiba Hwang Jung datang untuk menjemputnya. Ia menyiapkan angkong untuk Seok Ran. Dalam perjalanan, mereka tertidur.
Seok Ran dan Hwang Jung piknik di pinggir sungai. Hwang Jung meminta Seok Ran tidur di pangkuannya, kemudian membacakan sebuah novel. Ah, rupanya cuma mimpi.
Sampai di Jejoongwon, Seok Ran dan Hwang Jung tidak juga bangun. Penarik angkong lelah dan pergi. Gwak dan Mong Chong menggantikannya. Mereka memegangi angkong itu dan tertawa.
"Bangun!" teriak Mong Chong setelah ia dan Gwak merasa lelah. Seok Ran dan Hwang Jung tidak juga bangun.
Gwak dan Mong Chong menjatuhkan angkong itu, membuat Seok Ran dan Hwang Jung terbangun kaget. Mong Chong tertawa terbahak-bahak.
"Berapa lama kami tidur?" tanya Seok Ran.
"Sekitar 2 atau 3
"Kalian tidur bersama sebelum menikah!" ledek Mong Chong.
Naoko kabur dari rumah.
"Aku tidak akan membiarkannya kecuali Naoko yang mau pergi." kata Do Yang.
Naoko senang mendengarnya.
"Kalian tidak boleh tidur bersama sebelum menikah!" kata Kyu Hyun. Ia menyuruh Naoko tidur
Naoko kemudian menyerahkan virus rabies pada Do Yang. Ia mencurinya dari Hansung.
Do Yang menggunakan virus itu untuk penelitian vaksin rabies.
Ayah Naoko mengirim
"Ia ingin kita membunuhnya!" seru Watanabe. "Baek Do Yang bukan sembarang dokter! Dia adalah Dokter Bedah terbaik kita! Tapi... jika kita tidak bisa memanfaatkan kemampuannya yang hebat, maka kita harus memastikan tidak akan ada orang lain yang bisa memanfaatkannya juga."
"Kau yang akan mengurus masalah Naoko dan Baek Do Yang." perintah Duta Jepang pada Watanabe.
Kesehatan Lee Geun Taek sudah lebih baik. Duta Jepang berbohong padanya dengan mengatakan bahwa dokter yang menyelamatkannya adalah orang Jepang yang saat ini sudah kembali ke Jepang. Lee Geun Taek juga memberitahu Duta Jepang bahwa ia sudah tahu siapa orang yang menyeranganya. Ia menyerahkan foto Jung Po Gyo.
"Kau tahu dimana dia?" tanya Duta Jepang.
"Ia terluka dan sekarang sedang ada di Jejoongwon." jawab Lee Geun Taek.
Duta Jepang bangkit, ingin menangkap Po Gyo, tapi Lee Geun Taek menahannya.
"Apa kau hanya ingin menangkap ekornya?" tanya Lee Geun Taek. Ia menyerahkan foto Tuan Yoo. "Tangkap kepalanya."
Tuan dan Nyonya Yoo meminta Hwang Jung segera menikahi Seok Ran. Mereka sudah menyiapkan tanggal pernikahan.
"Bisakah kami meminta sesuatu?" tanya Hwang Jung.
"Kau boleh meminta apapun kecuali kau tidak mau menikahi Seok Ran." kata Nyonya Yoo.
Hwang Jung tertawa. "Kami ingin menikah di Jejoongwon." katanya.
Tuan dan Nyonya Yoo setuju.
Pasukan Jepang menerobos masuk ke Jejoongwon untuk mencari Po Gyo.
"Tunjukkan
"Kami tidak sempat membuat
"Aku akan melaporkan tindakan kalian pada Kedutaan Amerika!" ancam Dr. Avison.
"Silahkan saja." ujar prajurit Jepang, menerobos masuk.
Seok Ran dan Hwang Jung membicarakan persiapan pernikahan mereka di restoran.
"Aku akan membuat kue pernikahan kalian dengan gratis." kata Je Wook. "Selamat atas pernikahan kalian."
Seok Ran dan Hwang Jung kembali ke Jejoongwon. Keadaan disana hancur berantakan.
"Bukankah tempat ini dilindungi hukum konsuler yurisdiksi?!" omel Chung Hwan.
"Dimana Dr. Avison?" tanya Seok Ran.
"Dia menemui Jenderal Kanselor Allen." jawab Chung Hwan.
"Mereka datang untuk menangkap Tuan Jung." kata Gwak.
"Tapi mereka tidak menemukannya." tambah Mong Chong. "Tuan Jung sudah dibawa oleh rekannya tadi malam."
"Mereka harus digoreng dalam minyak!" omel Chung Hwan. "Mereka pikir Jejoongwon tempat bersembunyi para pembela negara."
"Mereka bilang Tuan Jung adalah ekor dan merekai ingin menangkap kepala dan badannya juga." kata Gwak.
"Kepala dan badan?" tanya Hwang Jung.
"Mereka bilang akan menangkap pemimpinnya juga." ujar Jang Geun menjelaskan.
Hwang Jung menjadi cemas. Ia menarik Seok Ran untuk mencari Tuan Yoo.
Sesampainya disana, pasukan Jepang sudah mengikat Tuan Yoo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar