"Aku tidak tahu semuanya akan berakhir seperti ini." kata Do Yang, bicara dengan Hwang Jung. Ia mengeluarkan sketsa wajah So Geun Gae. "Ini sketsa wajahmu, bukan? Kau kelihatan tidak terkejut. Tapi aku sangat terkejut."
"Kepala polisi sudah memperlihatkan padaku saat interogasi." jawab Hwang Jung.
"Apakah kau pernah membedah mayat tanpa kepala di gunung?" tanya Do Yang, ingin memastikan.
"Mayat itu adalah temanku, Enam Jari." jawab Hwang Jung.
"Sepertinya jalan kita memang sudah berpapasan sejak lama." kata Do Yang. "Kau pasti sudah membenciku sejak saat itu."
"Ya." jawab Hwang Jung jujur. "Aku memang seorang tukang jagal, tapi membedah mayat temanmu sendiri... sama sekali tidak masuk akal."
"Apa kau ingin membalas dendam?" tanya Do Yang.
"Ya."
"Kau pasti merasa senang ketika melihat ayahku mati." kata Do Yang dingin.
"Tidak." jawab Hwang Jung. "Aku teringat ibuku yang sudah meninggal."
"Apakah kau benar-benar ingin menyelamatkannya?" tanya Do Yang dengan mata berkaca-kaca.
Hwang Jung mengangguk dan tersenyum tipis. "Ya."
"Aku tidak mengerti." kata Do Yang. "Lalu bagaimana dengan balas dendammu?"
"Aku sudah melupakan itu. Aku terlalu terbenam dalam mempelajari kedokteran barat."
"Lalu bagaimana dengan Polisi Jung? Ia menghilang tiba-tiba." tanya Do Yang.
"Aku juga tidak yakin."
"Apakah itu caranya membalas budi padamu ketika ia mencoba membunuhmu?" tanya Do Yang. "Aku ingin kau tahu bahwa aku tidak pernah menyuruhnya untuk membunuhmu. Aku hanya ingin tahu tentangmu."
"Aku tahu." kata Hwang Jung tenang. "Jika kau sudah puas dengan keingintahuanmu, tolong pergi."
"Kurasa sekarang akhirnya aku bisa memahamimu." kata Do Yang. "Mungkin kau dan aku... bisa menjadi rekan yang baik. Selamat tinggal." Do Yang mengambil topi dan bangkit dari duduknya. Namun ia berhenti. "Bagaimana dengan Seok Ran? Siapa dia untukmu?"
"Dia... melihatku sebagai seorang manusia... dan bukan sebagai binatang kelas rendah." jawab Hwang Jung. "Tolong jaga Nona Seok Ran."
"Kapan eksekusinya dilakukan?"
"Tiga hari lagi." jawab Do Yang.
"Kenapa begitu cepat?"
"Orang yang melakukan kejahatan besar akan dieksekusi lebih cepat." kata Chung Hwan menjelaskan.
"Mereka akan memenggal dan menggantung kepalanya di depan umum untuk menunjukkan apa yang akan terjadi bila tukang jagal mencoba bertingkah laku diatas kelasnya." tambah Kyu Hyun, merasa senang.
Dr. Heron menggeleng-geleng cemas. "Sangat mengerikan." katanya.
"Direktur, tidakkah kau pikir kita harus melakukan sesuatu untuk menolongnya?" tanya Chung Hwan. "Dia mencoba untuk menyelamatkan pasien!"
"Itu tidak mungkin!" kata Kyu Hyun. "Ia melakukan lebih dari satu kejahatan! Sudah terlambat untuknya! Sudah terlambat!" Kyu Hyun benar-benar menyebalkan.
Chung Hwan melihat Kyu Hyun dengan pandangan kesal.
"Bagaimana menurutmu, Tuan Baek?"
"Dia tidak bersalah jika dilihat dari segi medis." ujar Do Yang. "Tapi dari segi kultural, dia melakukan kejahatan besar. Melihat kenyataan bahwa tanggal eksekusinya sudah ditetapkan, itu artinya Yang Mulia sudah menyetujui. Itu tidak bisa dibatalkan."
"Aku mengerti." kata Dr. Heron.
Murid-murid dan staff Jejoongwon di Jaemulpo sudah kembali ke Jejoongwon.
Nang Rang menangis terus.
"Tangisanmu membuatku kehilangan nafsu makan!" seru Park So Sa.
"Bagaimana kau bisa makan ketika seseorang akan segera mati?" tanya Nang Rang sedih.
"Kau pikir aku makan karena aku ingin?" tanya Miryung kesal. "Jika aku memikirkan Tuan Hwang..." Miryung ikut menangis bersama Nang Rang.
"Dia sudah hidup cukup baik untuk ukuran tukang jagal!"
Di lain pihak, Seok Ran sedang menangis seorang diri di perpustakaan. Mak Saeng berusaha menenangkannya.
"Menangis saja, Nona." kata Mak Saeng, menepuk pundak Seok Ran untuk menguatkannya. Seok Ran memeluk Mak Saeng dan menangis keras.
Min Young Ik menceritakan apa yang dikatakan Dr. Heron pada Raja mengenai mata Duta Besar Rusia. Setelah itu, Young Ik bercerita mengenai Hwang Jung. Young Ik mengatakan bahwa Hwang Jung mengobati pasien wanita karena mereka tidak punya pilihan lain. Ratu juga ikut membela Hwang Jung. Tapi Raja tidak mau mendengarkan pembelaan mereka.
"Aku sudah menetapkan tanggal eksekusinya." kata Raja. "Jangan sebut masalah itu lagi di depanku."
Seok Ran meminta bantuan ayahnya untuk menyelamatkan Hwang Jung. "Jika aku tidak pergi menjemputnya, semua ini tidak akan pernah terjadi!" katanya, menangis. "Ini semua salahku! Aku yang harus disalahkan untuk segalanya!"
"Dialah yang bodoh karena mau datang!" kata Nyonya Yoo menyalahkan.
"Ayah!" bujuk Seok Ran memelas.
Tuan Yoo hanya diam.
Keesokkan harinya Tuan Yoo datang ke rumah Ma Dang Gae dan bicara dengannya. Ma Dang Gae bertanya apakah ada suatu cara untuk menyelamatkan putranya. Tuan Yoo tidak bisa mengatakan apa-apa.
Di penjara, Hwang Jung duduk diam, tidak bergerak sedikitpun. Salah satu tahanan memegang tangan Hwang Jung, kemudian meletakkannya di bawah sinar matahari.
"Kau mengatakan padaku bahwa kau butuh sinar matahari agar belatung-belatung pergi." kata tahanan itu.
"Sekarang sudah tidak ada gunanya lagi." kata Hwang Jung putus asa.
Seorang tahanan lain memintanya melihat tumor dipunggungnya. Hwang Jung tetap tidak bergerak sedikitpun.
"Kenapa?" tanya tahanan pertama. "Kau seorang dokter. Kau bisa mengobati orang sakit!"
"Aku... aku hanya ingin menyelamatkannya." kata Hwang Jung lemah, menangis.
"Semua orang disini melakukan kesalahan. Kenapa kau menangis?" tanya tahanan pertama, cemas.
"Aku sungguh... ingin menyelamatkan nyawanya..." ujar Hwang Jung. "Ini sangat tidak adil... Ini tidak adil..." Hwang Jung mulai kelihatan tertekan. "Ini tidak adil!" teriak Hwang Jung keras. "Ini tidak adil! Aku tidak melakukan kesalahan! Apakah itu salahku jika aku lahir sebagai tukang jagal?! Ini tidak adil! Kenapa aku harus mati karena menyelamatkan nyawanya?! Ini tidak adil! Ini tidak adil!"
Hwang Jung terus berteriak-teriak. Pengawal penjara masuk dan memukulinya.
Seok Ran meminta bantuan Seung Yeon untuk menemui seorang misionaris. Misionaris tersebut menganggap semua orang sama, tidak ada kelas tertentu.
Beberapa saat setelah kedatangan Seok Ran, Tuan Yoo tiba. Seok Ran terkejut melihat ayahnnya. Rupanya, tujuan Tuan Yoo ketempat itu sama dengan Seok Ran, yakni mencoba mencari cara untuk menyelamatkan Hwang Jung.
Setelah Seok Ran menjelaskan mengenai Hwang Jung, misionaris itu berjanji bahwa ia akan berusaha membantu.
"Kita tidak bisa membiarkan seorang pria hebat mati begitu saja." kata misionaris. "Aku akan pergi untuk menemui Yang Mulia bersama Horton dan Underwood."
"Terima kasih." kata mereka. Seok Ran menatap ayahnya, terharu.
Karena Dr. Heron mengatakan bahwa ia tidak bisa mengobati matanya, maka Duta Rusia pergi ke tempat Watanabe.
Watanabe memeriksa Duta Rusia tersebut. "Dengan operasi, ia bisa kehilangan pengelihatannya." katanya pada Duta Jepang, yang sudah sesumbar pada Duta Rusia bahwa Watanabe adalah hipokrat Jepang. "Lensa matanya hampir terputus. Dia bisa buta jika operasi tidak berjalan lancar."
Watanabe tidak mau mengambil resiko melakukan operasi mata pada Duta Rusia.
Setelah Duta Rusia pulang, Duta Jepang membicarakan pembangunan rumah sakit mereka.
"Yang paling penting adalah.... satu dari dokter di rumah sakit kita harus orang
"Direktur Watanabe sudah memiliki calon." kata Suzuki.
Suzuki dan Watanabe melakukan pendekatan pada Hwang Jung. Mereka mengunjungi Hwang Jung di penjara dan hendak mengobati lukanya, namun Hwang Jung menolak dengan dingin.
"Jika kau menerima tawaranku beberapa hari yang lalu, maka semua ini tidak akan terjadi." kata Watanabe. "Kejadian ini sangat menyedihkan. Bagaimana jika kau menerima tawaran kami sekarang?"
"Tidak." jawab Hwang Jung cepat.
"Tuan Hwang, pikirkan dengan baik." bujuk Watanabe. "Apakah kau ingin lehermu dipenggal atau hidup dan menyelamatkan banyak nyawa?"
Hwang Jung diam.
Watanabe kemudian menjelaskan pada Hwang Jung mengenai rumah sakit yang akan dibangun oleh Pemerintah Jepang di Korea. Ia mengeluarkan sebuah dokumen yang menyatakan bahwa Hwang Jung bersedia mengubah kebangsaannya menjadi kebangsaan Jepang. "Jika mereka mengetahui bahwa kau berkebangsaan Jepang, maka kau tidak akan lagi bisa diberi hukuman dengan hukum
Hwang Jung menatap Watanabe dan berpikir.
Aksi penyelamatan Hwang Jung dilakukan oleh berbagai pihak. Dimulai dari Seok Ran dengan bantuan misionaris, sampai Jang Geun dengan usahanya membuat petisi dan meminta tanda tangan murid-murid Jejoongwon.
"Tidak!" teriak Han menolak. "Dia seharusnya diam saja jika sudah dikeluarkan dari Jejoongwon! Aku yakin dia melakukan semua untuk membuat Jejoongwon malu!"
"Tuan Byun?" tanya Jang Geun.
"Aku juga tidak mau!" kata Ui Saeng. "Aku tidak percaya bahwa aku makan dan belajar ditempat yang sama dengan seorang tukang jagal!"
Do Yang mengambil kertas petisi Jang Geun dan menandatangani kertas tersebut. "Tuan Byun, bukankah kau mengatakan bahwa Jejoongwon sukses karena Tuan Hwang? Tuan Han, bukankah kau pernah berkata bahwa Tuan Hwang adalah calon direktur?" tanya Do Yang, membuat mereka berdua malu. "Tuan Go, selesaikan petisi ini dan berikan pada Dr. Heron. Aku yakin ia ingin tahu siapa saja yang mau menandatangani petisi."
Je Wook terpaksa menandatangani petisi itu, diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Do Yang masuk ke ruang operasi dan duduk di ranjang operasi. Ia menyentuh scalpel. Suara Hwang Jung terngiang ditelinganya, "Aku... hanya ingin menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan orang yang sakit. Tapi perbedaan kelas membuat segalanya menjadi mustahil. Walaupun aku tidak bisa memilih di kelas mana aku dilahirkan."
Keesokkan harinya, Do Yang berjalan menuju kantor polisi. Di
"Tidak!" kata penjaga.
Seok Ran hampir menangis. Dengan kecewa, ia berjalan pergi.
Di Jejoongwon, Jang Geun meminta Seok Ran menandatangani petisi.
"Ini hadiah untukmu." Jang Geun memberikan sebuah kertas pada Seok Ran. Itu adalah kertas bergambar sketsa Hwang Jung yang sedang termenung, yang dulu pernah diguambar Jang Geun.
"Ini Tuan Hwang." kata Seok Ran, menyentuh gambar tersebut.
"Judul sketsa ini adalah Pikiran Hwang Jung. Saat itu ia pasti sedang memikirkanmu. Dia kelihatan sangat bingung. Aku menggambarnya."
Jang Geun keluar. Seok Ran menatap gambar itu dan menangis.
"Seok Ran.." Do Yang masuk ke dalam ruangan.
Do Yang mengajak Seok Ran ke penjara. Di
"Nona..." Hwang Jung bangkit dan mendekati Seok Ran. "Kenapa kau datang kemari?" Hwang Jung melihat Do Yang dan menunduk memberi hormat.
Hwang Jung dibawa ke sebuah ruangan. Ia dan Seok Ran berbincang berdua. Seok Ran membawakan makanan untuknya.
"Aku ingin memasak makanan untukmu dengan tanganku sendiri." kata Seok Ran dengan mata berkaca-kaca.
"Kau tidak perlu..."
"Tolong jangan tolak aku." potong Seok Ran. Ia membungkus nasi ke dalam daun dan menyuapi Hwang Jung.
Hwang Jung memakan makanan itu. "Lezat." katanya.
"Syukurlah." ujar Seok Ran pelan. "Ayahku sedang berusaha keras agar kau bisa dibebaskan. Dan Tuan Go membuat petisi. Semua orang di Jejoongwon menandatanganinya. Dr. Horton akan membawa petisi itu besok."
Hwang Jung tersenyum. "Katakan pada mereka bahwa aku sangat berterima kasih."
"Kau bisa mengatakannya sendiri pada mereka ketika kau dibebaskan dari sini."
Hwang Jung mendongak menatap Seok Ran. "Jika... aku menjadi warga negara lain... dan menjadi seorang dokter... apa yang akan kau pikirkan?"
"Apa maksudmu?"
"Jika.. jika kau tidak mati... Jika aku menjadi dokter disebuah negara yang tidak memiliki kelas tukang jagal.. Hanya sesuatu yang kubayangkan.." kata Hwang Jung hati-hati.
"Kalau begitu, kau harus melakukannya. Selama kau tidak mati." kata Seok Ran.
Young Ik berusaha membujuk Dr. Heron agar melakukan operasi pada Duta Besar Rusia, namun Dr. Heron tetap menolak. Menurutnya, Duta itu tidak akan bisa mendapatkan kembali pengelihatannya dan melakukan operasi terlalu riskan.
"Duta Rusia cemas jika matanya akan membatasi karirnya." kata Young Ik menjelaskan. "Dia tidak peduli jika ia kehilangan pengelihatan dimatanya itu karena saat ini ia juga tidak bisa melihat dengan jelas."
"Itulah alasan lain kenapa aku tidak mau melakukannya." ujar Dr. Heron bersikeras. "Jawabanku tidak." katanya tegas.
"
"Itu juga alasan kenapa aku tidak mau melakukannya." kata Dr. Heron dengan suara meninggi. "Aku tidak setuju jika medis digunakan sebagai alat untuk politik!"
Young Ik menyerah. Dr. Heron mengantarnya pulang.
Jang Geun datang dan menunjukkan petisi pada Dr. Heron.
"Sepertinya banyak sekali orang yang ingin Tuan Hwang dibebaskan." kata Dr. Heron. "Pena." Jang Geun memberikan pena dan Dr. Heron menandatangani petisi itu.
Besok adalah hari eksekusi Hwang Jung.
Seok Ran menangis dikamarnya.
Di penjara, Hwang Jung berkutat dengan pikirannya, apakah ia harus menerima tawaran Watanabe atau tidak.
Di desa tukang jagal. Seorang pria mengasah pisaunya. Pisau tersebut yang besok akan digunakan untuk memenggal kepala Hwang Jung.
Ma Dang Gae menemuinya dan memberinya sejumlah uang. "Ini semua uang yang kupunya." katanya. "Hanya inilah yang bisa kulakukan untuk putraku. Aku tahu ini jumlah yang sedikit. Tapi ketika.. ketika kau memenggal kepala putraku, So Geun Gae... Tolong lakukan dengan satu kali tebasan."
Pria itu kelihatan sedih. Ia menolak uang Ma Dang Gae. "Aku akan memenggalnya tanpa rasa sakit."
Keesokkan harinya, Tuan Underwood, misionaris, Tuan Yoo, Young Ik dan Dr. Horton menemui Raja untuk menyerahkan petisi mereka.
"Kami semua disini mendedikasikan hidup kami untuk negara ini." kata Dr. Horton. "Dan Tuan Hwang adalah salah satu sumber kekuatan terbesar bagi kami."
"Yang Mulia, tolong pertimbangkan kembali keputusan Anda." pinta Tuan Yoo.
"Benar, Yang Mulia." ujar Young Ik. "Kau akan membunuh seorang dokter yang hebat!"
"Aku tidak bisa menarik kembali keputusanku." kata Raja. "Kalian boleh pergi!"
"Ibuku mati ditanganmu walaupun ia punya kesempatan hidup." kata Hwang Jung pada Watanabe. "Kau adalah dokter yang buruk. Aku lebih baik mati dan diingat sebagai dokter yang baik, yang mati karena menyelamatkan seseorang, dibandingkan terus hidup dan bekerja untukmu."
"Bodoh!" seru Watanabe. "Kau sudah membuang sebuah kesempatan yang baik! Apa kau sudah gila!"
Hwang Jung diam. Polisi membawanya keluar.
"Bodoh!" teriak Watanabe.
Seok Ran menunggu kedatangan ayahnya di depan kantor polisi. Beberapa saat kemudian, Tuan Yoo datang dan mengatakan bahwa Raja menolak petisi mereka.
Seok Ran hampir terjatuh lemas, Mak Saeng membantunya berdiri.
Hwang Jung berjalan keluar dari kantor polisi dengan kaki dan tangan dirantai. Ia terdiam ketika menatap Seok Ran, dan mencoba tersenyum tipis padanya.
Seok Ran menangis, berusaha maju untuk menggapai Hwang Jung. Mak Saeng menahannya.
Warga yang datang menonton melempari Hwang Jung dengan batu.
"Hentikan!" teriak Seok Ran histeris. "Tuan Hwang!" Seok Ran hendak berlari melindungi Hwang Jung, tapi Do Yang dan Mak Saeng menahannya.
Hwang Jung terjatuh ke tanah.
"Hentikan!" teriak Jang Geun, maju untuk melindungi Hwang Jung. Ia menangis. "Kenapa kalian melakukan ini padanya?!"
"Dia adalah tukang jagal yang berpura-pura menjadi dokter!" kata salah seorang warga. "Dia seharusnya merawat binatang! Beraninya dia merawat orang!"
Nang Rang menangis dan maju di samping Jang Geun untuk melindungi Hwang Jung. "Tuan Hwang mengobati orang sakit dan orang miskin!" teriaknya.
"Benar!" teriak Jang Geun. "Apakah kalian tidak menerima vaksin cacar? Dia adalah orang yang membuat vaksin itu untuk kalian!"
Seok Ran berusaha keras melepaskan diri dari Do Yang dan Mak Saeng, kemudian berlari ke arah Hwang Jung. "Kau tidak apa-apa?" tanya cemas.
"Aku tidak apa-apa." jawab Hwang Jung. "Pergilah. Disini berbahaya."
Beberapa warga menangis.
"Aku membawakan morfin untukmu." kata Jang Geun. "Jika kau memakainya, kau tidak akan merasa sakit. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu. Maafkan aku..."
"Terima kasih." Hwang Jung tersenyum melihat sahabatnya itu. "Tapi tolong berikan itu untuk pasien."
Seok Ran tambah menangis mendengar ucapannya.
Di tempat lain, Ma Dang Gae dan Gwak juga pergi ke tempat eksekusi. Gwak menangis.
"Apa ada kata-kata terakhir?" tanya eksekutor.
Hwang Jung menoleh melihat ayahnya. "Ayah, maafkan aku." katanya dalam hati. Ia kemudian menatap Seok Ran. "Nona... Aku mencintaimu..."
Hwang Jung tersenyum tipis pada Seok Ran.
Seok Ran terjatuh ke tanah.
Hwang Jung menatap kayu tempat kepalanya akan di penggal. Di dekat kayu tersebut, tumbuh sekuntum bunga kuning. Hwang Jung tertawa.
Eksekutor menyiram Hwang Jung dengan air, kemudian melemparnya dengan bubuk putih. "Jangan khawatir." katanya. "Aku kenal ayahmu. Ini akan berakhir dengan cepat."
Seok Ran pucat, ketakutan. Semua orang menangis.
Eksekutor meletakkan kepala Hwang Jung ke atas batang kayu.
"Pisau bisa digunakan untuk membunuh." pikir Hwang Jung. "Dan pisau yang lain bisa digunakan untuk menyelamatkan."
Do Yang menutup mata. Seok Ran berteriak.
Eksekutor mengangkat pisaunya dan memenggal kepala Hwang Jung.
Hwang Jung tersadar. Ia berada di sebuah tandu. Setelah itu, seseorang memintanya mandi dan memberikan seragam Jejoongwon.
"Sebentar lagi kau akan bertemu dengan Yang Mulia." kata orang itu. "Ketika kau di salam, kau tidak boleh mengangkat kepalamu. Kau harus bicara dengan bahasa formal. Apa kau mengerti?"
Hwang Jung bingung, ia masih merasa terpukul dan shock.
Rupanya Dr. Heron datang menemui Raja dan mengatakan bahwa Hwang Jung bisa melakukan operasi katarak.
"Operasi Duta Rusia harus berhasil." kata Young Ik. "Kita harus menggunakan seseorang yang sangat berbakat dan teliti untuk melakukannya. Tidak ada orang lain yang lebih pantas selain Tuan Hwang."
Raja mengangguk.
Hwang Jung dibawa masuk ke ruangan untuk menemui Raja. Hwang Jung bersujud dan tidak mengangkat kepalanya.
"Kaukah yang bernama Hwang Jung?" tanya Raja.
"Ya, Yang Mulia!" jawab Hwang Jung.
"Heron, pastikan operasi ini sukses." kata Raja.
"Ya, Yang Mulia." jawab Dr. Heron. "Aku akan melakukan yang terbaik bersama Tuan Hwang.
"Tuan Hwang." panggil Young Ik.
"Ya Yang Mulia!"
Young Ik tertawa. "Ini aku, Min Young Ik."
"Ah, ya, Tuan."
"Aku harap operasi ini berhasil." kata Young Ik. "Yang Mulia berjanji akan mengampunimu jika operasi ini sukses."
"Mengampuni?" gumam Hwang Jung bingung.
Pihak Jejoongwon bertanya-tanya kenapa eksekutor tidak jadi memenggal kepala Hwang Jung.
"Mungkin mereka ingin memenggalnya di istana." kata Kyu Hyun.
Do Yang dipanggil ke sebuah ruangan. Duta Besar Rusia sudah berada di ruangan tersebut, siap dioperasi. Do Yang agak bingung.
Tiba-tiba terdengar keributan dari luar. "Tuan Hwang! Tuan Hwang ada disini!"
Do Yang bergegas keluar. Di
"Tolong buka ikatannya." pinta Dr. Heron pada pengawal.
"Tuan Hwang, kau masih hidup." ujar Nang Rang.
"Tuan Hwang, apa yang terjadi?" tanya Do Yang.
"Aku tidak tahu." jawab Hwang Jung, sama bingungnya dengan Do Yang.
"Tuan Hwang!" Seok Ran datang berlari, menangis lega melihat Hwang Jung.
"Dokter tidak membutuhkan aku untuk membantumu." kata Hwang Jung pada Dr. Heron setelah Dr. Heron menceritakan segalanya.
"Kau adalah murid terbaik disini." kata Dr. Heron. "Dan kau adalah dokter
"Tapi, sebelumnya aku hanya melihat operasi katarak." kata Hwang Jung ragu. "Ini sama saja dengan membohongi Yang Mulia."
"Jika kau dan aku berhasil dalam operasi ini, kau bisa kembali ke Jejoongwon sebagai dokter pelatihan." kata Dr. Heron. "Aku akan membiarkanmu membuka lensa mata. Aku tidak berbohong dan tidak akan pernah berbohong."
Hwang Jung. Dr. Heron dan Seok Ran bersiap melakukan operasi pada Duta Besar Rusia.
"Lakukan yang terbaik." kata Seok Ran. "Kau harus bisa!"
"Ya. Operasi ini akan berhasil." kata Hwang Jung yakin.
Hwang Jung mulai melakukan operasi. Dr. Heron memberi instruksi padanya.
Do Yang dan murid-murid yang lain menonton dari jendela.
Do Yang keluar dan berdiri ditengah taburan salju. Ekspresinya kelihatan lega (kayaknya).
Operasi selesai. Hwang Jung memerban mata Duta Rusia. Seok Ran tersenyum.
Di luar ruang operasi, murid-murid, Nang Rang,
"Dia berhasil!" seru Jang Geun. "Hwang akan hidup!"
Hwang Jung keluar.
Beberapa hari kemudian.
Operasi berhasil. Duta Besar Rusia bisa melihat lagi.
Raja memanggil Hwang Jung dan memintanya mengangkat kepala.
"Karena operasi berhasil, maka aku akan mengampunimu, seperti yang sudah dijanjikan." kata Raja.
Hwang Jung berseru senang, memuji Raja. Dr. Heron dan Young Ik tersenyum lega.
Raja tersenyum. "Siapa namamu?"
Hwang Jung ragu sesaat. Namanya terlalu buruk untuk disebutkan. Namun karena Raja memaksa, maka Hwang Jung terpaksa menjawab. "Namaku So Geun Gae." a.k.a anjing kecil.
"Bagaimana bisa nama itu diberikan untuk manusia?" tanya Raja. "Apa yang kau gunakan di Jejoongwon?"
"Hwang Jung." jawab Hwang Jung. "Tapi nama itu bukan namaku."
Raja akhirnya mengubah nama Hwang Jung menjadi Hwang Jung (namun dari kata yang berbeda). Jung yang diberikan Raja artinya adalah tegak atau jujur atau tulus. Raja berharap Hwang Jung akan menjadi seseorang yang selalu tegak dan tulus dalam hidupnya. Raja menaikkan status Hwang Jung dan ayahnya.
Pengawal istana mengantar Hwang Jung ke rumah dengan menggunakan tandu. Hwang Jung kelihatan tidak nyaman dengan perlakuan itu. Tapi pengawal bersikeras mengantarkannya sampai rumah sesuai dengan perintah raja.
Raja juga memberikan beberapa lembar kain mahal untuk Hwang Jung.
"Ayah, aku bukan lagi kelas tukang jagal." kata Hwang Jung. "Raja telah meningkatkan statusku."
"Apa?!" seru Gwak terkejut.
"Benarkah?" tanya Ma Dang Gae.
"Karena statusku meningkat, maka statusmu juga meningkat." kata Hwang Jung. "Yang Mulia bahkan memberiku nama! Hwang Jung."
Ma Dang Gae ingin punya nama juga. "Hwang Ma Dang Gae!" katanya. Gwak tidak setuju.
"Ayah, sekarang kita bukan lagi orang kelas rendah. Sekarang kita menjadi kelas bebas."
Hwang Jung dan Ma Dang Gae tertawa bersama.
Keesokkan harinya, murid-murid Jejoongwon, para perawat, Seok Ran, Mak Saeng dan Dr. Heron menunggu kedatangan Hwang Jung.
"Kenapa is belum tiba disini?" tanya Nang Rang. "Aku sangat gugup."
Seok Ran juga kelihatan sangat gugup.
"Apa itu artinya Gwak juga akan kembali?" tanya Miryung senang.
"Tentu saja." jawab Mak Saeng. "Benar bukan, Nona?"
Seok Ran terlalu tegang sehingga tidak memperhatikan. Ia hanya mengangguk.
Dr. Heron tersenyum tipis melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar