Hwang Jung dan Seok Ran bergegas menuju ke Jejoongwon. Sesampainya disana, ia segera berganti pakaian murid Jejoongwon.
"Beraninya kau menampakkan wajahmu disini!" bentak Kyu Hyun.
"Tuan Hwang datang untuk membantu." bela Seok Ran.
"Kau pikir Menteri dan putra kanselor akan setuju jika mereka tahu siapa dia?!" tanya Kyu Hyun pada Seok Ran.
"Bagaimana mereka akan tahu?" tanya Chung Hwang dari belakang mereka. "Kau hanya perlu menutup mulutmu, Pengelola Baek."
"Kenapa kau memojokkan aku terus?" tanya Kyu Hyun emosi.
"Memojokkanmu? Apa yang kukatakan benar!" seru Chung Hwan. "Jika Do Yang memang datang tepat waktu dan menyelamatkan gadis itu, itu bagus. Tapi bagaimana jika gadis itu mati dan kita tidak melakukan apapun? Mereka akan menyalahkan kita karena kematiannya!"
"Tuan Hwang hanya memberi instruksi. Aku yang akan melakukannya." kata Seok Ran.
Kyu Hyun melepaskan Do Yang. "Ingat, kau disini atas nama Do Yang. Walaupun kau yang memberi instruksi, kau harus mengatakan bahwa Do Yang yang melakukannya. Kau mengerti?!"
"Ya." jawab Hwang Jung datar.
Nang Rang datang berlari-lari panik. "Pasien kesulitan bernapas lagi!" serunya.
Hwang Jung dan Seok Ran bergegas menuju ruang operasi. Ketika Hwang Jung hendak masuk, putra kanselor melarangnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya putra kanselor. "Tetap diluar dan berikan instruksi pada perawat."
Menteri meminta jendela ditutup agar Hwang Jung tidak bisa melihat putrinya di dalam.
Hwang Jung memberi instruksi pada Seok Ran dari luar ruangan agar menepuk-nepuk punggung Young In.
"Kita harus melakukan thoracentesis sekarang!" seru Seok Ran dari dalam.
"Siapkan perlengkapan thoracentesis." perintah Hwang Jung.
Kyu Hyun meminta Menteri dan putra kanselor agar masuk ke ruangan lain untuk menunggu selama putrinya diobati. Kyu Hyun, Menteri dan putra kanselor berjalan pergi.
Seok Ran keluar. "Kita harus melakukan thoracentesis sekarang." ujarnya cemas.
"Tidak bisakah kita menunggu sebentar lagi?" tanya Chung Hwan.
"Pasien pasti sangat kesakitan." kata Hwang Jung.
"Pasien sudah sangat pucat!" seru Jang Geun panik, mengintip lewat jendela.
"Pengelola Oh, jika kita tidak melakukan thoracentesis sekarang, kita mungkin tidak akan pernah bisa melakukannya!" seru Hwang Jung.
"Dengarkan aku baik-baik." kata Chung Hwan. "Kau tidak boleh masuk ke ruang operasi. Kau mengerti?"
"Ya, aku mengerti." jawab Hwang Jung.
Hwang Jung memberi instruksi pada Seok Ran. Dengan tangan gemetar, Seok Ran memegang jarum suntik. Tiba-tiba Nang Rang berteriak, "Dia tidak bisa bernafas!"
Seok Ran melihat Young In. "Dia terkena cyanosis!" Seok Ran sangat panik.
"Apa yang terjadi?!" tanya Hwang Jung.
"Lendir pasti menyumbat pernafasannya!" seru Seok Ran.
"Apa yang terjadi?" tanya Chung Hwan.
"Pernafasannya tersumbat!" jawab Jang Geun ketakutan. "Ia akan mati!"
"Penghisapan!" teriak Hwang Jung. "Lakukan penghisapan!"
Seok Ran sangat ketakutan dan panik. Dengan tangan gemetar, ia mengambil sebuah alat, kemudian memasukkan selang ke dalam mulut Young In untuk melancarkan pernafasannya.
"Tidak berpengaruh!" seru Seok Ran. "Nona, buka matamu! Cobalah untuk mengeluarkan lendir!"
Namun Young Ik sudah tidak sadar.
"Tidak!" gumam Nang Rang ketakutan. "Dia akan segera mati. Dia tidak bernafas ataupun bergerak!"
"Nang Rang, tenanglah." kata Miryung.
Seok Ran menyentuh leher Young In. "Aku tidak bisa merasakan denyut nadinya! Tuan Hwang, apa yang harus kulakukan? Tuan Hwang, kurasa ia sudah mati!"
"Nona!" seru pelayan Young In.
"Tuan Hwang, tolong kami!" seru Seok Ran.
Hwang Jung terdiam sesaat, kemudian bangkit untuk masuk ke ruang operasi.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Chung Hwang melarang. "Tidak! Sudah kubilang tidak mungkin!"
"Dia akan mati!:
"Jika kau masuk, maka kita semua yang akan mati!" seru Chung Hwan. "Bahkan jika kau masuk, dia mungkin tetap tidak akan selamat!"
"Aku tidak akan diam saja dan melihat seseorang mati!" teriak Hwang Jung.
Chung Hwan terdiam.
"Pengelola Oh, aku akan menyelamatkan dia." kata Hwang Jung tegas.
Chung Hwan melepaskan Hwang Jung.
Hwang Jung masuk ke dalam ruang operasi. Pelayan Young In melarangnya masuk, namun Hwang Jung mendorongnya dan segera memeriksa kondisi pasien. "Bangun!" teriaknya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Seok Ran.
Hwang Jung berpikir dengan cepat. "Kita harus membuka saluran pernafasannya." katanya. Ia menunjuk ke leher Young In. "Disini. Kita harus memotongnya disini."
"Di tenggorokannya?" tanya Seok Ran.
"Scalpel," kata Hwang Jung. Nang Rang memberikan scalpel padanya.
"Tidak! Kalian tidak boleh melakukan itu padanya!" teriak pelayan.
"Kita harus menyelamatkannya!" seru Seok Ran menenangkan.
Hwang Jung membedah tenggorokan Young In dan memasukkan sebuah selang untuk melancarkan saluran pernafasannya. Young In terbatuk.
Hwang Jung menginginkan sebuah selang. Seok Ran dan Nang Rang membawakan sebuah lubang pena yang disterilkan dengan alkohol. Hwang Jung memasukkan selang tersebut ke lubang tenggorokan Young In.
"Kita harus cepat." ujar Hwang Jung.
Seok Ran membuka baju atas Young In hingga punggungnya terlihat.
Hwang Jung memegangi tubuh Young In agar Seok Ran bisa melakukan thoracentesis. Si pelayan melihat dan terkejut. Di Korea zaman dulu, seorang laki-laki yang memegang tubuh seorang wanita dianggap tidak senonoh.
Seok Ran memegang jarum suntik dengan tangan bergetar. Hwang Jung menatapnya.
"Jarumnya tidak mau masuk." kata Seok Ran takut.
"Kau harus mendorongnya masuk." ujar Hwang Jung.
Seok Ran mencoba melakukannya, tapi ia terlalu takut. "Aku tidak bisa!"
"Tidak apa-apa." kata Hwang Jung. "Kau pegangi dia, biar aku yang melakukannya."
Hwang Jung mengambil alih posisi Seok Ran. Ia memegang jarum suntik dengan mantap dan menusukkannya ke punggung Young In. Dengan jarum tersebut, disedotnya nanah dari paru-paru Young In.
"Aku sudah bisa mendengar nafasnya membaik." kata Seok Ran.
"Kau berhasil." kata Miryung lega. "Kau memang yang terbaik, Tuan Hwang!"
"Nona..." pelayan Young In berkata lega.
Jang Geun berteriak lega dari luar ruangan. "Tuan Hwang berhasil!"
Chung Hwan terjatuh lega.
Beberapa lama setelah Young In membaik, Do Yang tiba.
"Bagaimana kondisi pasien?" tanya Do Yang cemas pada Chung Hwan.
"Kita harus bicara." ujar Chung Hwan.
Do Yang dan Chung Hwan bicara di dalam sebuah ruangan.
"Apa?!" seru Do Yang. "Dia memotong tenggorokannya?!"
"Itu karena dia tidak punya pilihan." kata Chung Hwan membela. "Wajahnya membiru karena tidak bisa bernafas. Jika ia tidak melakukan itu, mungkin saat ini kita sedang menyiapkan pemakaman."
"Dia memotong tenggorokannya..." gumam Do Yang pada dirinya sendiri.
"
"Tidak apa-apa. Syukurlah dia selamat." kata Do Yang. "Tapi, jika mereka tahu bahwa dia masuk ke ruang operasi, mungkin akan membahayakan bagi Jejoongwon."
"Karena itulah aku dan Pengelola Oh meminta orang-orang yang terkait untuk menutup mulut." kata Kyu Hyun.
"Aku sedikit cemas mengenai pelayannya, May." ujar Chung Hwan cemas. "Dia ada disana saat semuanya terjadi dan ia setuju untuk tutup mulut."
Di Jaemulpo, Dr. Heron menerima sebuah telegram, kemudian membacanya.
"Bagaimana Tuan Hwang sebelum aku bergabung di Jejoongwon?"
"Maksudmu tukang jagal itu?" tanya Je Wook. "Ayahnya..."
"Apa kau mendengar pertanyaanku?!" potong Dr. Heron, sedikit kesal. "Aku bertanya mengenai Tuan Hwang sebelum kedatanganku."
"Dia masuk sebagai pengganti, walaupun ia gagal..." jawab Je Wook.
"Itu karena ada orang yang mencuri lembar jawabannya." potong Dr. Heron.
"Itu..."
"Kudengar ia membuat vaksin cacar." kata Dr. Heron.
"Itu? Dia tidak melakukannya sendiri!" seru Park So Sa.
"Benar!" seru Je Wook setuju.
"Tapi, mereka pergi ke desa tukang jagal." kat Dr. Heron.
"Ya, dia memakai masker untuk menutupi wajahnya." kata Park So Sa, berusaha terus menjelekkan Hwang Jung di depan Dr. Heron.
"Dia tetap pergi walaupun tahu resikonya." gumam Dr. Heron.
"Ya, tapi dia dikeluarkan ketika ketahuan." cela Je Wook.
"Dia tidak ketahuan!" bantah Dr. Heron, membela Hwang Jung. "Dia sendirilah yang membuka identitasnya untuk menyelamatkan nyawa ayahnya."
"Bukankah itu sama saja?" tanya Je Wook.
Dr. Horton dan Tuan Yoo tiba di Jaemulpo, kemudian langsung menemui Dr. Heron. Wajah Dr. Heron kelihatan cemas.
"
"Jika ada masalah dengan prosedur pengobatan, aku takut identitas Tuan Hwang akan terbuka." kata Dr. Heron.
Je Wook masuk dan membawakan sebuah telegram dari Jejoongwon. Ia mengatakan bahwa Do Yang telah berhasil dengan prosedur thoracentesis dan operasi berjalan dengan lancar. "Do Yang sangat hebat." puji Je Wook.
Dr. Heron melihat jam sakunya. "Kurasa, Tuan Baek tidak akan tiba di Jejoongwon secepat itu." katanya.
"Itu artinya, thoracentesis dilakukan oleh Tuan Hwang." kata Tuan Yoo.
"Dia membahayakan hidupnya lagi demi pasien." kata Dr. Heron.
"Ya, dia seperti kelewat peduli pada orang lain." ujar Tuan Yoo menanggapi.
Dr. Heron menarik napas cemas.
Di Jejoongwon, Hwang Jung dan Seok Ran berada di luar kamar Young In. "Aku harus pergi." katanya pada Seok Ran.
"Tinggallah sedikit lebih lama." pinta Seok Ran. "Aku belum bicara dengan pasien dan keluarganya."
Hwang Jung tersenyum tipis (akhirnya!). "Itu adalah tugas yang harus kau lakukan."
"Tapi, Direktur tidak disini.... Tolong, tinggallah lebih lama dan pastikan bahwa aku mengatakan hal yang benar pada mereka."
"Baiklah." ujar Hwang Jung setuju.
Seok Ran masuk ke dalam kamar dan menjelaskan segalanya pada Menteri dan putra kanselor. Hwang Jung menunggu di depan pintu kamar. Do Yang datang dan mengangguk pada Hwang Jung.
"Bagaimana kau bisa terpikir untuk memotong tenggorokannya?" tanya Do Yang.
"Aku hanya... berpikir bahwa pernafasannya tersumbat, jadi aku harus membuka sumbatannya." kata Hwang Jung.
"Dan kau memotong tenggorokannya?" gumam Do Yang. "Jika kau memotong arteri karotid, maka semuanya akan berakhir. Kerongkongan juga ada tepat dibelakang tenggorokan."
"Ya, karena itulah aku memotong dengan lebih hati-hati." ujar Hwang Jung.
Do Yang mengangguk. "Kau juga belum pernah melakukan prosedur itu sebelumnya."
"Aku tidak sempat memikirkan itu." kata Hwang Jung.
Do Yang tersenyum. "Bagus sekali. Jika bukan kau yang melakukannya. mungkin dia sudah jadi mayat."
"Ya."
"Karena kau sudah ada disini, bagaimana kalau kita..."
"Aku harus pergi." ujar Hwang Jung cepat. "Aku harus memasak makan malam untuk ayahku." Hwang Jung berjalan pergi.
"Tunggu!" panggil Do Yang. "Siapa yang menjemputmu kemari?"
Hwang Jung diam beberapa saat. "Itu..."
"Lupakan." potong Do Yang, tersenyum. Ia sudah tahu jawabannya. "Lupakan saja. Kami tidak akan meminta bantuanmu lagi. Terlalu berbahaya untukmu."
"Ya, terima kasih." kata Hwang Jung sopan, kemudian membungkuk untuk memberi hormat pada Do Yang.
Hwang Jung mengembalikan bajunya lagi ke kamarnya. Ia menyentuh bajunya, kemudian bukunya.
Jang Geun masuk.
Sikap Hwang Jung berbeda dari biasanya. Ia menganggap Jang Geun sebagai orang yang kedudukannya lebih tinggi.
"Aku akan pergi sekarang." kata Hwang Jung sopan.
"Tunggu sebentar!" panggil Jang Geun. "Ini." Jang Geun memberikan sebuah kotak pada Hang Jung.
"Apa ini?"
"Aku membawakan beberapa obat-obatan untukmu." kata Jang Geun, tertawa.
"Tidak, obat-obatan ini milik Jejoongwon." tolak Hwang Jung.
"Aku sudah meminta izin Dr. Horton untuk memberikan ini padamu." kata Jang Geun.
"Terima kasih." ujar Hwang Jung akhirnya.
"Aku melihat prosedur pengobatan yang kau lakukan." kata Jang Geun sedih. "Aku sangat menyesal karena seseorang yang sangat berbakat sepertimu tidak bisa berada ditempat seharusnya kau berada."
Hwang Jung tiba di rumahnya. Ia berkata pada ayahnya dan Gwak bahwa pasien telah berhasil diobati.
Ma Dang Gae lega sekaligus sedih. "Kemampuanmu sia-sia karena aku." katanya.
"Tidak ada yang sia-sia, Ayah." kata Hwang Jung menenangkan, kemudian pergi ke dapur memasakkan sesuatu untuk ayahnya.
Gwak mengikuti Hwang Jung ke dapur. "Lain kali, walaupun Raja yang memintamu ke Jejoongwon, kau tidak boleh pergi."
"Aku tahu. Mereka tidak akan meminta bantuanku lagi." kata Hwang Jung sedih. "Tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang hilang? Mulanya aku tidak sadar bahwa aku dikeluarkan dari Jejoongwon. Tapi ketika hari ini aku ada disana lagi... hatiku merasa hampa. Apa kau tahu sesuatu? Kadang aku tidak tahu tangan siapa ini. Aku tidak tahu apakah ini tangan So Geun Gae atau Hwang Jung."
"Aku juga tidak tahu apakah aku Gwak atau Jak Dae!" seru Gwak menanggapi.
"Apa yang harus aku lakukan dengan tangan ini?" Hwang Jung melihat tangannya baik-baik. "Aku tidak bisa memegang pisau ataupun memegang scalpel. Apa yang harus aku lakukan dengan tangan ini?"
Seok Ran murung karena Hwang Jung pergi tanpa mengatakan apa-apa padanya. Mak Saeng berusaha menghiburnya.
"Kenapa seorang dokter yang sangat berbakat tidak bisa bekerja disini?" tanya Seok Ran sedih.
"Kau sudah berkata itu ratusan kali dan tetap tidak akan ada perubahan." kata Mak Saeng. "Ayo kita pulang."
Young In akhirnya sadar. Ia bertanya pada pelayannya, "Apakah wanita itu yang melakukan operasi padaku?" tanyanya.
"Tentu saja." kata pelayannya berbohong. "Aku ada disana."
"Lalu siapa pria yang bicara dengan wanita itu?" tanya Young In lagi. "Aku tidak sadar, tapi aku ingat suaranya."
"Dialah pria yang mengajari wanita itu dari luar ruangan." kata pelayan, tersenyum. "Karena dialah Nona masih hidup sampai sekarang."
"Bagaimana pria diluar ruangan bisa menyelamatkan aku?" tanya Young In lagi, meminta penjelasan rinci.
"Apa? Maksudmu..." si pelayan kehabisan kata-kata untuk berbohong. Young In menjadi curiga.
Do Yang pergi ke perpustakaan untuk belajar dan mencari tahu sesuatu. Jang Geun masuk kedalam.
"Apakah kau tahu bahwa Tuan Hwang memotong tenggorokan?" tanyanya.
"Ya, aku melihatnya sendiri dengan mataku." jawab Jang Geun. "Pria yang aku lihat melakukan operasi hari ini adalah seseorang yang tidak akan pernah bisa kukejar. Aku bahkan tidak pernah melihat prosedur itu dibuku. Bagaimana denganmu?"
"Aku tidak yakin." jawab Do Yang menarik napas panjang.
"Tuan Hwang mengerjakan pemeriksaan medis dengan rinci. Mungkin karena itulah kemampuan medisnya melampaui teori dan logika. Melihatnya hari ini membuatku berpikir bahwa ia pasti seorang jenius."
Do Yang berpikir. Dengan kesal, ia menutup kembali buku mengenai tenggorokan yang sedang dipelajarinya.
Do Yang datang ke kamar Young In untuk melihat tenggorokannya.
Samar-samar Young In teringat bahwa ia disentuh oleh seorang pria. Ketika Hwang Jung membuka baju atasnya, memeganginya dan menyuntiknya. Young In kelihatan sangat terpukul. Seperti wanita yang kehormatannya telah direnggut oleh seorang pria.
Malamnya, Young In membersihkan diri di dekat sumur, kemudian gantung diri di aula utama Jejoongwon.
Di rumahnya, Seok Ran berbincang dengan ibunya dan Mak Saeng. Nyonya Yoo membelikan satu stel kemeja, jas dan dasi untuk Do Yang.
"Hari ini aku belajar mengenai thoracentesis." kata Seok Ran bercerita. Matanya berkilat-kilat kagum ketika menceritakan itu. "Aku hanya melihat hari ini, tapi aku akan melakukannya sendiri lain waktu. Hari ini, aku belajar dari seorang dokter yang sangat luar biasa."
"Sepertinya kau akan berakhir dengan menikahi obat-obatan!" seru Nyonya Yoo.
Keesokkan harinya, Nang Rang menemukan Young In mati bunuh diri di aula utama Jejoongwon.
Ia bergegas berlari untuk memanggil Do Yang. "Nona telah meninggal." kata Nang Rang shock. "Ia tewas bunuh diri."
Do Yang dan putra kanselor bergegas menurunkan mayat Young In.
"Aku takut." ujar Nang Rang dengan wajah pucat. Miryung menangkannya.
"Kenapa ini semua terjadi ketika Direktur tidak ada disini?" gumam Mong Chong.
"Mong Chong, laporkan hal ini ke kantor polisi." perintah Do Yang.
Do Yang kemudian mengirimkan telegram ke Jaemulpo yang berisi, 'Pasien wanita pleuritis. Bunuh diri. Butuh bantuan darurat'.
Polisi datang ke Jejoongwon untuk menyelidiki kejadian bunuh diri itu. Ia curiga bahwa Young In sengaja gantung diri di aula utama Jejoongwon untuk memberitahukan suatu hal mengenai Jejoongwon.
Seok Ran datang ke Jejoongwon. Ia sangat terkejut mengetahui kematian Young In.
"Apakah kau yang melakukan semua prosedur itu?" tanya polisi pada Seok Ran.
"Apa?"
"Aku bertanya, apakah kau yang melakukannya sendiri ataukah orang lain yang melakukannya untukmu?" tanya polisi.
"Tidak... Akulah yang melakukannya." jawab Seok Ran takut."Akulah yang melakukannya sendiri."
"Tapi aku yang memberi instruksi padanya." tambah Do Yang. "Di Jejoongwon, hanya dokter wanita yang diperbolehkan merawat pasien wanita. Tapi, karena hanya aku yang mengetahui bagaimana cara melakukan thoracentesis, maka ia melakukannya dengan instruksi dariku."
Pelayan Young In menangis dengan keras.
"Apakah ada yang melihatnya sebelum kematiannya?" tanya polisi.
"Aku melihatnya ketika ia membersihkan diri di dekat sumur." jawab Nang Rang.
"Dia membersihkan diri?" tanya putra kanselor.
"Nona... Nona yang
Putra kanselor sangat terkejut. "Apa?! Katakan lagi!"
"Biar aku jelaskan..." Do Yang mencoba bicara, tapi putra kanselor memotong ucapannya.
"Diam!" bentak putra kanselor pada Do Yang. "May, katakan padaku. Katakan padaku apa yang terjadi!"
"Kami tidak punya pilihan." kata Do Yang. "Saat itu kondisinya kritis!"
"Kau bilang kau yang melakukannya!" seru putra kanselor pada Seok Ran.
"Thoracentesis adalah prosedur yang sangat rumit." kata Seok Ran, mencoba menjelaskan. "Aku sendiri tidak yakin bahwa Dr. Heron bisa menyembuhkan dia. Saat itu kondisi benar-benar sedang darurat. Tapi Tuan Hwang bisa menyelamatkan nyawanya."
"Apakah itu benar?" tanya polisi pada Do Yang.
"Ya, itu benar." jawab Do Yang. "Aku sudah mencari dibuku dan prosedur itu sama sekali tidak ada."
"Lalu kenapa kau menyembunyikan hal ini?" tanya polisi.
"Kami takut keluarganya tidak bisa menerima bahwa seorang pria menyentuh putri mereka." jawab Seok Ran. "Saat itu dia tidak sadar jadi kami..."
"Nona ingat semuanya." potong pelayan.
"Apa yang dia ingat?" tanya putra kanselor.
"Mungkin ketika Tuan Hwang menyentuh lehernya dan membuka baju atasnya." jawab pelayan. "Juga saat Tuan Hwang menyentuh tubuhnya dan memasukkan jarum di punggungnya."
"Kurasa aku sudah tahu apa yang terjadi." kata polisi. "Dimana Tuan Hwang."
Seok Ran ketakutan. "Tuan Hwang tidak melakukan sesuatu yang salah!" Seok Ran menatap Do Yang, meminta dukungan.
"Ya, ada kesalahpahaman disini." bela Do Yang.
"Kau bilang dia tidak bersalah?!" tanya putra kanselor. "Pria itu melakukan pelecehan pada seorang wanita tidak berdosa dan berpura-pura mengobatinya! Kau bilang itu tidak bersalah?!"
"Dimana Tuan Hwang?" tanya polisi lagi.
"Ini bukan kantor polisi." kata Hwang Jung. "Dimana ini?"
Putra kanselor memasuki ruangan itu. Ia melihat Hwang Jung baik-baik, kemudian tertawa. "Kau adalah seorang tukang jagal?" tanyanya merendahkan. "Beraninya kau menyentuh tubuh wanita bangsawan! Hari ini, kau harus membayar atas kesalahanmu!"
Putra kanselor mengambil sebatang tongkat kayu dan memukuli Hwang Jung habis-habisan.
Hwang Jung pingsan.
Setelah dipukuli oleh putra kanselor, Hwang Jung dikurung dalam penjara.
Kepala polisi teman Do Yang memanggil Do Yang ke kantor polisi. Ia menunjukkan dua lembar sketsa wajah Gwak dan Hwang Jung pada Do Yang.
"Sketsa ini kepunyaan Polisi Jung." kata kepala polisi. "Aku tahu Polisi Jung dekat dengan keluargamu. Aku berpikir apakah hilangnya Polisi Jung berhubungan dengan So Geun Gae. Aku memanggilmu untuk bertanya jika kau tahu sesuatu mengenai ini."
Do Yang berpikir. "Itu... So Geun Gae.. ia pasti melakukan kejahatan lain." kata Do Yang, berusaha mengorek informasi.
"Ya. Penjagalan ilegal." jawab polisi.
"Aku tidak tahu bahwa ia melakukan kejahatan seperti itu!" kata Do Yang, berusaha menutupi rasa cemas dan terkejuutnya. "Apa yang akan terjadi padanya?"
"Hukuman untuk penjagalan ilegal adalah hukuman mati." jawab polisi. "Tapi karena ia juga melakukan pelecehan pada wanita bangsawan, hukuman itu tidaklah cukup."
Do Yang berjalan pulang sambil berpikir. Ia teringat seorang tukang jagal yang dulu ia perintahkan untuk membedah mayat Enam Jari. Do Yang mengingat-ingat kejadian dahulu dan mengurutkannya. Dimulai dari pembedahan mayat, penembakan oleh polisi Jung, dan yang lainnya.
Mengetahui kesimpulan yang didapatkannya membuat Do Yang sangat terpukul.
Do Yang kembali ke Jejoongwon dan termenung. Ia bahkan tidak menyadari ketika Seok Ran masuk ke ruangannya.
"Ah, kau." ujar Do Yang, tersadar Seok Ran sudah berada didepannya.
"Apakah kau bisa melakukan sesuatu?" tanya Seok Ran cemas. "Maafkan aku, tapi tidak ada orang lain yang bisa kutanyakan."
"Dia adalah Menteri Perang. Siapa yang bisa melawannya?" kata Do Yang, menjawab pertanyaan Seok Ran.
"Tapi kau tahu yang sebenarnya." bujuk Seok Ran, hampir menangis. "Kenapa ia harus mati karena menyelamatkan nyawa seseorang? Bukankah itu sangat kejam? Tidakkah kau tahu berapa banyak nyawa yang sudah ia selamatkan? Tapi kenapa tidak ada seorangpun yang membelanya ketika nyawanya berada dalam bahaya?"
"Seok Ran.. Ini
"Ya, benar." ujar Seok Ran. "Dan kau belum berubah. Kau memotong rambutmu untuk mendukung reformasi. Tapi hatimu tetap seorang bangsawan. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi."
Dr. Heron dan Tuan Yoo kembali ke Jejoongwon. Do Yang menceritakan segalanya pada mereka.
"Mereka akan menghukum mati dia karena membunuh sapi?"
"Di Korea, pertanian adalah pondasi negara." Do Yang menjelaskan. "Sapi adalah aspek penting dari pertanian."
"Jika mereka dengan seenaknya memotong sapi, maka sapi di negara ini akan habis." Kyu Hyun menambahkan.
"Tidak bisakah kita melakukan sesuatu untuk Tuan Hwang?" tanya Tuan Yoo.
Dr. Heron berpikir.
Di tempat lain, Young Ik bertemu dengan seorang Duta Besar Rusia. Duta tersebut mengalami masalah dengan matanya. Ia terkena katarak.
"Kenapa kau tidak berkunjung ke Jejoongwon?" saran Young Ik. "Direktur disana, Heron, adalah dokter yang sangat bagus."
Young Ik kemudian memanggil Dr. Heron untuk memeriksa Duta Rusia.
"Lensa matamu hampir saja terputus." kata Dr. Heron. "Akan sangat sulit jika dioperasi."
"Apakah dengan operasi aku akan bisa melihat lagi?" tanya Duta Rusia.
"Ya, tapi aku tidak menyarankan." kata Dr. Heron ragu. "
Young Ik mengantar Dr. Heron pulang.
"Apakah kau sudah mendengar mengenai Tuan Hwang?" tanya Young Ik. "Sepertinya ia melakukan..."
"Tidak!" bantah Dr. Heron. "Tuan Hwang menyelamatkan nyawanya disaat kritis. Pasien tersebut tidak mengeti mengenai kedokteran barat dan berpikir bahwa Tuan Hwang melakukan pelecehan pada tubuhnya."
"Ah! Benarkah?!" seru Young Ik terkejut.
"Kelihatannya hanya
"Kuharap kau tidak berpikir demikian." kata Young Ik.
Dr. Heron tidak mengatakan apapun.
Di penjara, Hwang Jung dikurung bersama seorang pria. Pria tersebut juga terluka karena dipukuli. Hwang Jung meminta pria itu duduk dibawah cahaya matahari.
"Kau butuh sinar matahari agar lukamu cepat sembuh dan tidak terinfeksi." kata Hwang Jung, masih saja mencemaskan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
"Terima kasih." kata pria itu. "Tapi kurasa, kau harus membantu dirimu sendiri daripada membantuku. Lukamu kelihatan lebih parah."
"Aku baik-baik saja." kata Hwang Jung.
Hwang Jung dibawa ke halaman depan kantor polisi untuk mendengarkan vonis hukumannya.
"Kau telah bersalah karena melakukan penjagalan ilegal dan melecehkan seorang bangsawan." kata polisi. "Kau juga bersalah karena masuk ke Jejoongwon."
Di saat yang sama, Do Yang tiba di kantor polisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar