Author : Sweety Qliquers
Genre : Friendship, Romance 18+, Love In University
Production : www.rainlovers86.blogspot.com
Production Date : 19 Mei 2010 – 10.52 AM
Cast :
Gook Ji Yun as Choi Young In
* Sangat menyukai senyum Yoon Hyun Seo
* Sempat menaruh hati pada Yoon Hyun Seo
Zac Efron as Yoon Hyun Seo
* Pura-pura merasa tertarik pada Choi Young In
* Mendekati Choi Young In hanya untuk menyontek tugas dan ujian
Kim So Eun as Chu Ga Eul
* Sahabat Choi Young In
* Chu Ga Eul & So Yi Jung dikenal sebagai sepasang merpati yang dijodohkan secara paksa
Kim Bum as So Yi Jung
* Pria konyol yang senang sekali memanggil Chui Ga Eul dengan gaya sok mesra
* Chu Ga Eul & So Yi Jung dikenal sebagai sepasang merpati yang dijodohkan secara paksa
Ahn Jae Wook (Cameo)
* Dosen Sosiologi Choi Young In Cs
Son Dam Bi (Cameo)
* Kekasih Yoon Eun Hye
* Mencurigai Yoon Hyun Seo tertarik pada Choi Young In
Harapan Yang Pupus
(Sweety Qliquers)
Baru saja kakiku menginjak ruang 303, Yoon Hyun Seo sudah melambaikan tangan sambil tersenyum ramah. Aku balas tersenyum dan melangkah santai ke deretan bangku nomor dua. Chu Ga Eul, sahabatku sudah menyiapkan sebuah bangku untukku tepat di sampingnya. Dia menoleh ke belakang melihat Hyun Seo yang masih mengulas senyum padaku, lalu memutar kepalanya menatapku sambil tertawa geli.
“Aduh, Kalau seperti ini aku bisa cemburu.” Katanya, “Kenapa hanya si Choi Young In yang diberi senyum tapi aku tidak.”
Hyun Seo yang mendengar ucapannya senyum-senyum saja, sedangkan aku sibuk mencari kata-kata buat membalas ledekannya.
“Jangan begitu, Ga Eul!” Ujarku setelah menemukan kalimat yang pas. “Kau kan sudah punya So Yi Jung. Kalau Yi Jung cemburu bagaimana? Iya kan, Hyun Seo?” Aku menoleh ke arah Hyun Seo. Hyun Seo - seperti biasa - cuma tersenyum-senyum. Umm, aku suka pada senyumnya. Senyum yang biasa aja seperti juga wajah Hyun Seo yang biasa-biasa saja. Tidak jelek, juga tidak tampan.
“Kenapa kau diam saja, Ga Eul?”
Benar kan? Mendengar nama So Yi Jung disebut-sebut, Ga Eul langsung diam. Dia memang paling kesal dengan Yi Jung, si kocak yang hobi menganggu cewek-cewek cakep. Bukan berita baru lagi kalau Yi Jung dan Ga Eul dijodohkan oleh anak-anak. Yi Jung yang konyol paling semangat memanggil-manggil Ga Eul dengan gaya sok mesra. Sementara Ga Eul sendiri tidak suka diperlakukan begitu. Tapi dasar Yi Jung! Makin dicuekin makin gatal mulutnya memanggil Ga Eul. So, tidak heran kalau mereka dikenal sebagai ‘sepasang merpati yang dijodohkan secara paksa’.
“Wah..wah..kau benar-benar ingat Yi Jung, ya?” Godaku lagi ketika melihat Ga Eul masih juga diam. Malah kini dia asyik menekuni catatannya. “Sabar ya. Yi Jung kan selalu datang tepat pukul 7.30. Mana mau dia datang sepagi ini kecuali kau yang suruh.”
“Young In! Cukup, jangan bicarakan Yi Jung lagi! Aku kesal sekali mendengar namanya!!.” Akhirnya Ga Eul mau juga ngomong meski suranya hampir membuatku tuli.
“Bukannya kau yang memulainya,” Aku pura-pura cemberut.
“Ssst, jangan ribut! Dosen sudah datang.” Ga Eul menepuk lenganku pelan. Aku mengarahkan pandang ke depan. Pak Ahn Jae Wook, dosen Sosiologi melangkah gagah memasuki ruangan.
“Tidak seperti biasanya, baru jam tujuh lewat lima pak Ahn Jae Wook sudah datang. “Aku bergumam.“ Si Yi Jung bisa ketinggalan pelajaran kalau seperti ini. Dia kan suka telat. “
“Kau menyebalkan sekali, Young In. Sekali lagi kau menyebutkan nama Yi Jung, aku akan memusuhinmu seumur hidup,” Ga Eul menyikut lenganku. Aku tertawa. Puas rasanya melihat Ga Eul keki.
***
“Young In, boleh aku pinjam buku tugasmu?” Hyun Seo menghampiriku ketika aku baru saja datang pagi itu.
“Aku belum mengerjakan tugas yang diberikan pak Ahn Jae Wook. Kau sudah mengerjakannya, Hyun Seo?” Tanyaku sembari memberikan buku tugasku kepada Hyun Seo. Hyun Seo menggeleng.
“Belum semuanya,“ jawabnya. “Jawaban soal nomor terakhir belum aku temukan. Aku cari-cari di buku, tidak ada.”
“Siapa bilang tidak ada? Aku sudah menemukan jawabannya. Hanya belum aku tulis saja. “
“Di mana? Ketemu di buku karangan Kansil?” Hyun Seo bertanya seraya membolak balik buku tugasku. Aku mengangguk.
“Kalau begitu aku tidak jadi pinjam bukumu. Kau saja belum menulis jawabanmu.” Hyun Seo mengembalikan buku tugasku.
Esoknya, Hyun Seo kembali meminjam buku tugasku. Dan karena aku sudah menjawab soal-soal yang diberikan oleh pak Ahn Jae Wook, maka Hyun Seo memutuskan untuk membawa pulang bukuku.
***
Hari-hari selanjutnya, Hyun Seo semakin sering meminjam buku-bukuku, entah itu berupa buku tugas ataupun buku catatan. Apalagi menjelang mid test, dia seringkali menghampiriku yang sedang asyik membaca buku-buku wajib. And, tanpa kusadari hubungan kami makin akrab. Bahkan, Ga Eul pun ikut berteman karib dengan Hyun Seo. Bertiga, kami saling membahas pelajaran-pelajaran yang sulit. Tidak jarang pula, kami hanya berbincang-bincang saat jam istirahat tiba.
Semuanya itu kuanggap wajar tanpa dibaluri perasaan apapun terhadap Hyun Seo. Hingga mid test berakhir, mulailah timbul suatu perasaan aneh di hatiku. Entah mengapa, aku sering merasa sunyi bila Hyun Seo tidak menghampiri tempat dudukku untuk bertanya ini itu atau sekadar mengobrol sambil bergosip sedikit.
Di malam-malam sepi, aku kerap kali teringat pada Hyun Seo. Pada semua yang dimilikinya.
Sungguh, aku merasa tidak tentram dengan perasaan yang muncul tanpa diundang itu. Dalam setiap mata kuliah yang kuikuti, aku selalu merasa resah. Dudukku tak lagi tenang. Inginnya menoleh ke belakang melihat Hyun Seo dengan senyumnya yang biasa saja. Ah, inikah yang namanya cinta? Pertanyaan itu selalu muncul di benakku setiap kali aku merindukan Hyun Seo. Kalau benar itu yang disebut cinta, mungkinkah Hyun Seo memiliki perasaan yang sama?
***
Jantungku berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya. Darahku seolah-olah membeku dan sesuatu yang pedih menikam dada. Benarkah dua insan yang duduk berdampingan di perpustakaan itu Hyun Seo dan Son Dam Bi? Akh, benar. Aku tidak salah lihat. Mereka memang Hyun Seo dan Dam Bi. Oh, oh….mesranya satu bangku berdua seperti tidak ada bangku lain. Tanpa sadar, aku duduk di bangku lain yang letaknya tidak jauh dari mereka. Dan, rupanya mereka tidak menyadari kehadiranku karena terhalang oleh sebuah sekat.
“Aku tidak percaya. Kau pasti naksir Young In. Kalau tidak, mana mungkin kau akrab sekali dengannya. Atau, barangkali …kau mengincer Ga Eul? Kau juga akrab dengannya kan?” Telingaku langsung tegak mendengar kalimat itu. Ah, mereka sedang membicarakan aku.
“Tidak, Dam Bi. Aku hanya berteman biasa karena Young In dan Ga Eul itu anak pintar. Kalau tidak percaya, lihat saja buktinya. Akhir-akhir ini aku jarang bergaul dengan mereka. Tapi menjelang ujian akhir nanti, aku pasti mendekati mereka lagi, terutama Young In. Dia yang paling pintar kan?”
Kurang ajar! Geramku dalam hati setelah mendengar jawaban Hyun Seo. Jadi, dia tak sungguh-sungguh tulus berteman denganku. Dia cuma….hei ..hei….mengapa harus marah? Wajar toh kalau di jaman modern ini orang hanya mau berteman bila ada maunya, bila ada keuntungan yang bisa diperolehnya.
“Ok, sekarang aku percaya.” Lanjut Dam Bi manja
Uh, manja sekali suara Dam Bi. Aku buru-buru bangkit dengan hati terluka. Pantas, akhir-akhir ini Hyun Seo bersikap dingin terhadapku. Ternyata….akh, sudahlah….Aku mengedikkan kepala, mencoba untuk tetap tegar. Toh, dunia tidak selebar daun kangkung (bosan, daun kelor melulu.)
Baru saja kakiku menginjak ruang 303, Yoon Hyun Seo sudah melambaikan tangan sambil tersenyum ramah. Aku balas tersenyum dan melangkah santai ke deretan bangku nomor dua. Chu Ga Eul, sahabatku sudah menyiapkan sebuah bangku untukku tepat di sampingnya. Dia menoleh ke belakang melihat Hyun Seo yang masih mengulas senyum padaku, lalu memutar kepalanya menatapku sambil tertawa geli.
“Aduh, Kalau seperti ini aku bisa cemburu.” Katanya, “Kenapa hanya si Choi Young In yang diberi senyum tapi aku tidak.”
Hyun Seo yang mendengar ucapannya senyum-senyum saja, sedangkan aku sibuk mencari kata-kata buat membalas ledekannya.
“Jangan begitu, Ga Eul!” Ujarku setelah menemukan kalimat yang pas. “Kau kan sudah punya So Yi Jung. Kalau Yi Jung cemburu bagaimana? Iya kan, Hyun Seo?” Aku menoleh ke arah Hyun Seo. Hyun Seo - seperti biasa - cuma tersenyum-senyum. Umm, aku suka pada senyumnya. Senyum yang biasa aja seperti juga wajah Hyun Seo yang biasa-biasa saja. Tidak jelek, juga tidak tampan.
“Kenapa kau diam saja, Ga Eul?”
Benar kan? Mendengar nama So Yi Jung disebut-sebut, Ga Eul langsung diam. Dia memang paling kesal dengan Yi Jung, si kocak yang hobi menganggu cewek-cewek cakep. Bukan berita baru lagi kalau Yi Jung dan Ga Eul dijodohkan oleh anak-anak. Yi Jung yang konyol paling semangat memanggil-manggil Ga Eul dengan gaya sok mesra. Sementara Ga Eul sendiri tidak suka diperlakukan begitu. Tapi dasar Yi Jung! Makin dicuekin makin gatal mulutnya memanggil Ga Eul. So, tidak heran kalau mereka dikenal sebagai ‘sepasang merpati yang dijodohkan secara paksa’.
“Wah..wah..kau benar-benar ingat Yi Jung, ya?” Godaku lagi ketika melihat Ga Eul masih juga diam. Malah kini dia asyik menekuni catatannya. “Sabar ya. Yi Jung kan selalu datang tepat pukul 7.30. Mana mau dia datang sepagi ini kecuali kau yang suruh.”
“Young In! Cukup, jangan bicarakan Yi Jung lagi! Aku kesal sekali mendengar namanya!!.” Akhirnya Ga Eul mau juga ngomong meski suranya hampir membuatku tuli.
“Bukannya kau yang memulainya,” Aku pura-pura cemberut.
“Ssst, jangan ribut! Dosen sudah datang.” Ga Eul menepuk lenganku pelan. Aku mengarahkan pandang ke depan. Pak Ahn Jae Wook, dosen Sosiologi melangkah gagah memasuki ruangan.
“Tidak seperti biasanya, baru jam tujuh lewat lima pak Ahn Jae Wook sudah datang. “Aku bergumam.“ Si Yi Jung bisa ketinggalan pelajaran kalau seperti ini. Dia kan suka telat. “
“Kau menyebalkan sekali, Young In. Sekali lagi kau menyebutkan nama Yi Jung, aku akan memusuhinmu seumur hidup,” Ga Eul menyikut lenganku. Aku tertawa. Puas rasanya melihat Ga Eul keki.
***
“Young In, boleh aku pinjam buku tugasmu?” Hyun Seo menghampiriku ketika aku baru saja datang pagi itu.
“Aku belum mengerjakan tugas yang diberikan pak Ahn Jae Wook. Kau sudah mengerjakannya, Hyun Seo?” Tanyaku sembari memberikan buku tugasku kepada Hyun Seo. Hyun Seo menggeleng.
“Belum semuanya,“ jawabnya. “Jawaban soal nomor terakhir belum aku temukan. Aku cari-cari di buku, tidak ada.”
“Siapa bilang tidak ada? Aku sudah menemukan jawabannya. Hanya belum aku tulis saja. “
“Di mana? Ketemu di buku karangan Kansil?” Hyun Seo bertanya seraya membolak balik buku tugasku. Aku mengangguk.
“Kalau begitu aku tidak jadi pinjam bukumu. Kau saja belum menulis jawabanmu.” Hyun Seo mengembalikan buku tugasku.
Esoknya, Hyun Seo kembali meminjam buku tugasku. Dan karena aku sudah menjawab soal-soal yang diberikan oleh pak Ahn Jae Wook, maka Hyun Seo memutuskan untuk membawa pulang bukuku.
***
Hari-hari selanjutnya, Hyun Seo semakin sering meminjam buku-bukuku, entah itu berupa buku tugas ataupun buku catatan. Apalagi menjelang mid test, dia seringkali menghampiriku yang sedang asyik membaca buku-buku wajib. And, tanpa kusadari hubungan kami makin akrab. Bahkan, Ga Eul pun ikut berteman karib dengan Hyun Seo. Bertiga, kami saling membahas pelajaran-pelajaran yang sulit. Tidak jarang pula, kami hanya berbincang-bincang saat jam istirahat tiba.
Semuanya itu kuanggap wajar tanpa dibaluri perasaan apapun terhadap Hyun Seo. Hingga mid test berakhir, mulailah timbul suatu perasaan aneh di hatiku. Entah mengapa, aku sering merasa sunyi bila Hyun Seo tidak menghampiri tempat dudukku untuk bertanya ini itu atau sekadar mengobrol sambil bergosip sedikit.
Di malam-malam sepi, aku kerap kali teringat pada Hyun Seo. Pada semua yang dimilikinya.
Sungguh, aku merasa tidak tentram dengan perasaan yang muncul tanpa diundang itu. Dalam setiap mata kuliah yang kuikuti, aku selalu merasa resah. Dudukku tak lagi tenang. Inginnya menoleh ke belakang melihat Hyun Seo dengan senyumnya yang biasa saja. Ah, inikah yang namanya cinta? Pertanyaan itu selalu muncul di benakku setiap kali aku merindukan Hyun Seo. Kalau benar itu yang disebut cinta, mungkinkah Hyun Seo memiliki perasaan yang sama?
***
Jantungku berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya. Darahku seolah-olah membeku dan sesuatu yang pedih menikam dada. Benarkah dua insan yang duduk berdampingan di perpustakaan itu Hyun Seo dan Son Dam Bi? Akh, benar. Aku tidak salah lihat. Mereka memang Hyun Seo dan Dam Bi. Oh, oh….mesranya satu bangku berdua seperti tidak ada bangku lain. Tanpa sadar, aku duduk di bangku lain yang letaknya tidak jauh dari mereka. Dan, rupanya mereka tidak menyadari kehadiranku karena terhalang oleh sebuah sekat.
“Aku tidak percaya. Kau pasti naksir Young In. Kalau tidak, mana mungkin kau akrab sekali dengannya. Atau, barangkali …kau mengincer Ga Eul? Kau juga akrab dengannya kan?” Telingaku langsung tegak mendengar kalimat itu. Ah, mereka sedang membicarakan aku.
“Tidak, Dam Bi. Aku hanya berteman biasa karena Young In dan Ga Eul itu anak pintar. Kalau tidak percaya, lihat saja buktinya. Akhir-akhir ini aku jarang bergaul dengan mereka. Tapi menjelang ujian akhir nanti, aku pasti mendekati mereka lagi, terutama Young In. Dia yang paling pintar kan?”
Kurang ajar! Geramku dalam hati setelah mendengar jawaban Hyun Seo. Jadi, dia tak sungguh-sungguh tulus berteman denganku. Dia cuma….hei ..hei….mengapa harus marah? Wajar toh kalau di jaman modern ini orang hanya mau berteman bila ada maunya, bila ada keuntungan yang bisa diperolehnya.
“Ok, sekarang aku percaya.” Lanjut Dam Bi manja
Uh, manja sekali suara Dam Bi. Aku buru-buru bangkit dengan hati terluka. Pantas, akhir-akhir ini Hyun Seo bersikap dingin terhadapku. Ternyata….akh, sudahlah….Aku mengedikkan kepala, mencoba untuk tetap tegar. Toh, dunia tidak selebar daun kangkung (bosan, daun kelor melulu.)
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar