Silahkan Mencari !!!

Info!!!

kelanjutan fan fiction & recap drama semua ada di blog q yang baru
fanfic : www.ff-lovers86.blogspot.com
recap : www.korea-recaps86.blogspot.com
terima kasih...

Jumat, 18 Juni 2010

Mr.Goodbye (Episode 2)

Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 2

Setelah pesawat U Turn, Young In membawa Hyun Suh ke UGD.

Kyle menghadiri pemakaman Tuan Nitoshi Sato, Presiden Hotel Nikko yang sebelumnya. Ia memandang Tuan Nitoshi dengan sedih.

Jenazah itu membuka matanya. "Kau memulai karirmu dari front desk, aku juga memulai karirku dari front desk." katanya.

"Presiden..." gumam Kyle.
"Bekerja di hotel dari bawah, lalu naiklah setahap demi setahap." pesan presiden.

Kyle menangis. Rupanya semua itu hanya ingatan Kyle akan pesan presiden ketika masih hidup. Kyle melepas cincin presiden, kemudian menyimpannya.

Ia pergi ke atap sebuah gedung, menangis dan berteriak dengan bahasa Jepang. "Nikko banzai! Sato sama Banzai!"

Ketika sedang di dalam apartemennya, ibu Young In, Mi Hee, merobek-robek foto seorang pria. Pria tersebut tidak lain adalah ayah Young In, Choi Young Kyu. "Sebelum Young In datang, aku harus membakar semua foto ini." ujarnya ngedumel.

Adik Young In, Choi Jae Dong datang. Ia bersembunyi di kamar mandi dan meminta pada ibunya agar diizinkan tinggal di tempat itu juga.

Tanpa mereka ketahui, Choi Young Kyu dan keluarganya tinggal di sebelah apartemennya, kamar no. 1002.

Hyun Suh sadar dan membuka matanya.

"Kau pernah melakukan operasi jantung, bukan?" tanya Dokter.

Hyun Suh mengangguk. "Ya." jawabnya.

"Aku tidak menemukan kelainan dan jantungmu juga dalam kondisi yang baik." kata Dokter. "Rasa sakit pada dadamu disebabkan oleh stress yang berat atau tekanan."

Hyun Suh keluar dari ruang UGD dan berjalan melewati Young In, tanpa menoleh sedikitpun. Young In kesal setengah mati.

Hyun Suh berjalan menuju pada para pramugari dan pilot, kemudian mengucapkan terima kasih pada mereka. Para pramugari mengatakan bahwa yang menyelamatkan nyawa Hyun Suh adalah seorang penumpang wanita.

Hyun Suh kembali di pesawat. Young In sudah duduk disana sambil cemberut. Ia memberikan tas Hyun Suh dengan kasar. Hyun Suh diam.

Mi Hee mengusir Jae Dong. "Keluar!" teriaknya seraya memukuli putranya. "Sifatmu sama dengan ayahmu! Selalu membuatku marah setiap saat!"

"Ibu, sangat sulit hidup sendirian!" seru Jae Dong. "Aku terlahir lemah, tidak punya cita-cita, tidak punya rasa keingintahuan pada sesuatu! Tolong biarkan aku tinggal disini agar aku bisa dilindungi oleh keluarga jadi aku bisa menyelesaikan kuliahku."

Mi Hee tidak mau mendengar alasan apapun yang dikatakan Jae Dong dan tetap mengusirnya pergi.

Young In makan siang di pesawat dengan rakus. Ia menjatuhkan makanannya, kemudian memakannya lagi.

"Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Young In kesal pada Hyun Suh.

Hyun Suh diam sesaat. "Jangan jatuhkan apapun lagi. Kau terlihat seperti orang barbar." katanya acuh.

Young In bertambah kesal. Ia mengambil makanan Hyun Suh dan memakannya.

Jae Dong mencoba membujuk ibunya. Ia sengaja membelikan ibunya tissue toilet untuk meluluhkan hatinya. Setelah itu, ia memberikan sebuah gembok.

"Kunci aku di dalam kamar." kata Jae Dong. "Aku akan terus belajar. Aku yakin kali ini akan lolos dalam ujian menjadi hakim."

Keesokkan harinya, Young In dan Hyun Suh tiba di Korea.

"Jangan sampai kita bertemu lagi." kata Young In sinis pada Hyun Suh. Ia berjalan, hendak pulang, namun tiba-tiba mantan kekasihnya, Gun Young, muncul dihadapannya.

Dengan cuek, Hyun Suh berjalan melewati mereka.

Young In berpikir sejenak, kemudian berteriak memanggil Hyun Suh, "Sayang!"

Hyun Suh bingung. Young In menggandeng tangan Hyun Suh keras hingga Hyun Suh tidak bisa melepaskan diri. Ia mendekati Gun Young.

"Berkat kau, aku bisa membawa seorang kekasih dari Las Vegas."kata Young In pada mantannya.

"Tidak, aku bukan... Aku bukan..."

Young In mencoba membuat Hyun Suh diam dengan mengecup pipinya. Hyun Suh terkejut. Akhirnya ia setuju bekerja sama.

"Ya, selain makan dan tidur, kami selalu bersama." kata Hyun Suh.

Young In kemudian mengajak Hyun Suh pergi.

"Lepaskan aku." kata Hyun Suh. Ia menoleh ke belakang. Gun Young masih melihat mereka dari jauh. "Ia sudah pergi. Jangan katakan kau ingin mengajakku naik ke bus bersama juga?"

Young In melepaskan tangan Hyun Suh. "Ayo pergi bersama, tolonglah." katanya.

Hyun Suh berpikir sejenak. Ia berjalan beberapa langkah, kemudian berbalik untuk naik ke bus bersama Young In.

"Ia mencampakkanmu?" tanya Hyun Suh di dalam bus. "Jika ia mencampakkanmu, lalu apa gunanya semua ini?"

"Tolong diam." kata Young In, hampir menangis.

Kau pikir dengan begitu ia akan kembali padamu?" tanya Hyun Suh, di dalam bus. "Seorang pria yang pergi kemudian kembali lagi bukan seorang pria yang baik. Lupakan saja dia. Ia pria gila yang jahat."

Young In menangis. Hyun Suh memandang ke belakang sekilas, kemudian diam.

Di tempat lain, seorang wanita sedang berbelanja. Mendadak, seorang anak yang sedang bermain-main sepatu roda di supermarket tertabrak troli dan terjatuh. Ibunya berpikir putranya hanya terjatuh biasa, namun mendadak anak itu pingsan dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Jae Min!" teriak ibunya panik.

Wanita tadi bergegas menolong dan membawanya ke dalam ambulans. Rupanya wanita itu adalah seorang dokter. Ia mengambil ponselnya. "Siapkan operasi secepatnya." katanya pada orang di telepon. "Kami akan tiba dalam 5 menit!"

Sesampainya di rumah sakit, dokter itu langsung melakukan operasi.

"Pendarahannya terlalu banyak!" kata seorang asisten pria. "Sebenarnya masalahnya ada dimana? Jika seperti ini terus, ia akan berada dalam bahaya!"

Setelah turun dari bus, Young In mendekati Hyun Suh. Ia mencari-cari sesuatu dalam saku celananya.

"Ada apa lagi?" tanya Hyun Suh dingin. "Ah, aku tahu! Sejak di pesawat kau ingin aku mengucapkan terima kasih, bukan?"

Young in belum sempat menjawab tapi Hyun Suh sudah nyerocos.

"Kau ingin aku memberikan uang sebagai ganti telah menyelamatkan nyawaku?" Hyun Suh mengeluarkan sesuatu dan menyerahkannya pada Young In. "Dengan ini, aku tidak berhutang apapun lagi padamu. Bolehkah aku pergi sekarang?"

Young In bingung sejenak tapi tetap menerima pemberian Hyun Suh. Ia menemukan apa yang ia cari di saku celananya. Sebuah surat. Ia menyerahkan surat tersebut pada Hyun Suh kemudian berjalan pergi.

Young In pulang ke rumahnya yang lama, tapi tidak bisa menemukan seorangpun disana. Ia menelepon ibunya. "Ibu, kenapa rumah kita dijual?!" seru Young In.

"Young In, dimana kau?" tanya Mi Hee, meletakkan sampah di depan elevator.

"Dimana lagi?! Di depan pintu rumah kita!" seru Young In mengamuk.

"Aku akan segera kesana!" kata Mi Hee, masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.

"Siapa yang meninggalkan sampah disini?!" seru Young Kyu.

Hyun Suh duduk di pinggir taman dan membuka surat yang diberikan Young In. Itu surat dari adiknya Ronny, dan dilipat dengan lipatan yang aneh.

"Kakak," ujar Ronny dalam suratnya. "Apa kau ingat saat kau mengajarkan aku bagaimana caranya melipat surat seperti ini? Aku lahir di Korea, tapi aku tidak memiliki kenangan sama sekali disana. Setiap kali aku melihatmu melipat surat, aku tahu, walau kau sangat membencinya, tapi kau ingat mengenai Korea.. mengenai ibumu. Tapi Kakak, jika aku melihat surat seperti ini, kaulah yang kuingat. Kau adalah Korea bagiku... Kau adalah ibu bagiku. Aku mengerti bahwa kau membuat keputusan yang sulit untuk pergi ke Korea. Aku menyayangimu, Kakak. -Ronny-"

Jae Dong dikurung dalam kamar. Ia meminta ibunya membelikan sesuatu, tapi karena Mi Hee harus menjemput Young In, ia membukakan pintu dan menyuruh Jae Dong keluar.

Trik Jae Dong berhasil. Ia malah pergi ke toko buku untuk membaca komik.

Ia melihat seorang anak kecil yang sedang membaca komik. Setelah puas membaca, anak itu memanggil ayahnya. Jae Dong terkejut melihat pria itu.

"Apakah kau.. A.. a.. ayah?!" tanya Jae Dong pelan.

Jae Dong dan Choi Young Kyu berjalan pulang bersama. Young Kyu memerintahkan putranya yang kecil untuk pergi terlebih dulu agar ia dan Jae Dong bisa bicara berdua.

Jae Dong bersujud di hadapan ayahnya.

"Kau sudah dewasa." kata Young Kyu. "Dimana kakakmu? Bagaimana ibumu?"

"Kau sudah kembali." kata Mi Hee pada Young In.

"Ya, ibu." jawab Young In dingin. "Kenapa kau melakukan ini dibelakangku?"

"Sup udah kesukaanmu sudah menunggu di rumah." kata Mi Hee. "Ayo pulang."

"Pulang kemana?" tanya Young In marah. "Rumah? Rumah apa?"

"Aku mengambil tabunganmu." kata Mi Hee. Young In sangat terkejut. "Masih ada sedikit deposit dan masih ada rekening yang lain."

"Jadi kau... ketika aku pergi... Kenapa kau melakukan ini?!" teriak Young In. "Kau tahu bagaimana aku mendapatkan uang itu?!"

Di tempat lain, Jae Dong menceritakan hal yang sama pada Young Kyu.

"Apa ibumu sudah gila?!" seru Young Kyu. "Bagaimana bisa dia melakukan itu pada kau dan kakakmu?!"

"Ayah, kau seperti tidak tahu ibu." ujar Jae Dong. "Ia tidak pernah berpikir sebelum bertindak!"

"Bagaimana denganmu?" tanya Young Kyu. "Kau membenciku, bukan?"

"Bagaimana bisa aku menyukaimu?" ujar Jae Dong jujur.

Di rumah sakit, dokter berhasil menyelamatkan nyawa si anak. Ia kembali ke kantornya untuk beres-beres.

"Kang Soo Jin." terdengar suara seorang pria. Dokter Kang Soo Jin menoleh dan melihat Hyun Suh datang. "Kau masih sangat cantik seperti dulu. Membuatku merasa pahit, sama seperti dulu."

Hyun Suh kelihatan sangat senang bertemu dengan Soo Jin, tapi sebaliknya, Soo Jin kelihatan sangat terkejut dan tidak senang.

"Dokter, jangan berpura-pura tidak mengenalku." kata Hyun Suh. "Seorang pasien sepertiku sangat senang bertemu denganmu."

Soo Jin tersenyum. "Siapa kau?"

Hyun Suh tertawa. "Mulai saat ini, hatiku milikmu."

Soo Jin mengantar Hyun Suh sampai ke depan rumah sakit.

"Kita baru bertemu sebentar tapi kau sudah mengusirku." kata Hyun Suh. Ia berkata bahwa Soo Jin adalah orang pertama yang diingatnya begitu tiba di Korea. "Teman, apa kau tahu seberapa besar aku merindukanmu?" tanyanya, lalu berjalan pergi.

Hyun Suh mencoba tersenyum ceria di depan Soo Jin, tapi begitu pergi senyumnya menghilang.

Hyun Suh menaiki sebuah taksi. Ia melihat sebuah kalung berbandul hati dengan sedih.

Soo Jin berlari-lari menjemput putranya. Ia melihat jam tangannya. Sudah sangat terlambat.

Putra kecil Soo Jin, Yoon, saat itu sedang makan di sebuah restoran bersama anak ayamnya. Begitu melihat ibunya, ia bergegas mengejar. "Ibu!" panggilnya.

Yoon mengajak ibunya ke restoran tempatnya tadi makan.

Soo Jin melihat putranya dengan sayang. Sekilas, ia teringat pada pertemuannya dengan Hyun Suh di rumah sakit.

Hyun Suh tiba di sebuah hotel mewah, Empire Hotel. Ia mendekati front desk untuk memesan kamar.

"Aku tidak ingin kamar perokok." kata Hyun Suh. "Aku tidak ingin kamar yang pernah dipakai oleh keluarga yang punya anak. Dan satu lagi. Aku tidak ingin langit-langit dengan motif garis-garis. Lukisan kecil membuatku tidak bisa tidur. Dan juga, aku tidak ingin lukisan yang kelihatan membingungkan. Aku lebih suka double bed."

Wanita itu kelihatan sangat kesal.

Mi Hee mengajak Young In ke apartemen baru mereka. Young In kelihatan tidak senang.

"Kenapa kau melakukannya?" tanya Young In dingin.

"Aku tidak ingin sendirian." kata Mi Hee. "Jika kau menikah dengan Gun Young, aku ingin tinggal beberapa tahun dengan menantuku. Kau tidak suka? Kau tidak ingin aku melakukan ini?"

"Kau harus mengeriting rambutmu besok." kata Young In. "Aku akan memberikan uangnya."

"Kenapa kau tidak marah?" tanya Mi Hee heran.

Young In berjalan menuju kamarnya. Ia heran melihat sebuah kamar yang digembok.

"Aku menyewakan kamar itu." kata Mi Hee.

"Pada siapa?" tanya Young In.

"Jae Dong."

Young In langsung meledak marah dan ingin mendobrak pintu. "Buka, Jae Dong! Kita harus menyelesaikan ini sampai salah satu dari kita mati!"

Jae Dong ketakutan. Ia menahan pintu agar Young In tidak bisa masuk.

Hyun Suh dan Young In punya satu kesamaan, yakni suka menghitung jika tidak bisa tidur. Hyun Suh suka menghitung jumlah gambar di langit-langit kamar sementara Young In suka menghitung perkalian matematika.

Keesokkan harinya, seorang pria tampan datang. Wanita front desk sangat senang dan terpana melihatnya.

"Dimana kantor Direktur?" tanya pria itu.

"Ada di lantai 15. Tolong tunggu sebentar." kata si wanita seraya meraih ponsel. "Sempurna!"

Pria itu menoleh. Ia tidak lain adalah Kyle.

Para wanita buru-buru berdandan dan mempercantik diri.

Wanita itu mengantar Kyle ke ruang Direktur. Tidak lama kemudian, Hyun Suh juga akan menuju ke tempat yang sama.

Semua ketua masing-masing bagian hotel menyambut kedatangan Kyle.

"Selamat datang, Presiden!" sapa Young Kyu pada Kyle, mendahului semua karyawan yang lain.

Hyun Suh muncul di belakangnya. Kyle menoleh. Hyun Suh terkejut melihatnya.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar