Silahkan Mencari !!!

Info!!!

kelanjutan fan fiction & recap drama semua ada di blog q yang baru
fanfic : www.ff-lovers86.blogspot.com
recap : www.korea-recaps86.blogspot.com
terima kasih...

Jumat, 18 Juni 2010

Mr.Goodbye (Episode 14)

Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 14

Soo Jin, Kyle dan Young In naik elevator bersama-sama, menuju kamar Hyun Suh.

"Apa yang kalian berdua lakukan disini pagi-pagi?" tanya Young In.

"Apa yang kalian berdua lakukan disini pagi-pagi, Choi Young In?" Kyle bertanya balik, melihat ke tas besar yang dibawa Young In.

"Tas ini... itu... Aku diusir." jawabnya. Kyle dan Soo Jin melirik, terkejut.

"Diusir? Dari sini?" tanya Kyle. "Jadi, sebelum ini kau..."

"Itu... itu..."

Belum sempat Young In menemukan alasan,pintu elevator terbuka.

"Apa yang kalian semua lakukan disini?" tanya Hyun Suh, muncul di depan pintu elevator. "Apa orang yang ingin kalian temui adalah aku?"

"Ya." jawab Kyle dan Soo Jin.

Young In diam.

Hyun Suh mempersilahkan Soo Jin dan Kyle masuk ke kamat apartemennya. Young In sudah bersiap pergi, tapi Hyun Suh menyuruhnya masuk untuk membersihkan kacang. Young In senang setengah mati.

Hyun Suh juga membantu Young In mengangkat tasnya masuk.

Young In memungut kacang-lacang yang tertumpah di lantai. Hyun Suh menyuruhnya ikut berbincang dengannya, Kyle dan Soo Jin, namun Young In menolak. Ia tetap memunguti kacang. Akhirnya, Hyun Suh membantunya.

Mereka berdua ribut dan berunding mengenai kacang-kacang itu, melupakan bahwa Soo Jin dan Kyle ada di kamar.

Soo Jin dan Kyle hanya diam memandang mereka.

Soo Jin kesal. "Yoon Hyun Suh!" panggilnya.

"Maaf, tolong tunggu sebentar." kata Hyun Suh. Ia kemudian menyuruh Young In keluar membeli tahu.

Young In keluar.

Soo Jin hendak membuka mulut, namun Hyun Suh mendahului. "Soo Jin... dan Kepala Pengawas, kembalilah. Kalian berdua. Kembalilah sebelum tahu datang."

Soo Jin berdiri di depan Hyun Suh. "Kau... Kenapa tidak memberitahuku?!" serunya sedih.

"Apa yang ingin kau katakan... dan apa yang ingin kepala pengawas katakan... aku sudah tahu..." kata Hyun Suh. "Aku tidak ingin mendengar apapun. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua. Hari demi hari... hal yang paling kutakutkan selain kematian adalah... bahwa dia akan tahu. Lebih dari menyerahkan Nikko yang sangat kuinginkan, aku lebih takut ia akan tahu, kemudian meninggalkan aku. Aku takut ia akan terluka dan menderita, lalu pergi dan tidak menyukaiku lagi. Gadis yang kusukai akan meninggalkan aku. Sekali lagi aku akan ditinggalkan."

Kyle terlihat bingung.

Soo Jin menahan tangisnya.

"Aku tidak ingin dia tahu." kata Hyun Suh. "Hanya itulah keinginanku saat ini."

"Tetap lakukan perawatan denganku." kata Soo Jin.

"Kita bicara lagi nanti." ujar Kyle pengertian, kemudian mengajak Soo Jin pergi.

"Kenapa Direktur bersikap seperti itu?" tanya Kyle pada Soo Jin di elevator. "Apakah ia benar-benar sakit?"

"Aku tidak bisa membiarkannya seperti itu." kata Soo Jin sedih.

Kyle diam, berpikir.

Kyle dan Soo Jin berjalan keluar. Disana, mereka melihat Young In berlari kembali ke dalam apartemen.

Young In kembali ke kamar.

"Mereka sudah pergi?" tanya Young In. "Seharusnya mereka sarapan disini lebih dulu. Tapi, kenapa mereka datang pagi-pagi sekali?"

"Aku akan memberitahu kenapa mereka datang." kata Hyun Suh, memegang kacang yang dipungutnya. "Mereka datang untuk melihat apakah kau bisa menciumku sebanyak jumlah kacang ini. Apa kau mau menyimpan kacang ini di toples dan mengeluarkan satu per satu setiap kali kita berciuman sampai isi toples habis? Bagaimana?"

"Tadi pagi kau mengusirku." kata Young In. "Apa kau sakit?"

"Ya, aku sakit. Karenamu aku merasa sakit, disini." kata Hyun Suh seraya memegang dadanya.

Hyun.

Young In bangkit dan mengambil satu buah toples dari dapur, kemudian memasukkan semua kacang ke dalam toples tersebut.

Hyun Suh dan Young In berangkat ke kantor bersama. Sebelum keluar, Hyun Suh mencium Young In dan mengeluarkan satu kacang dari toples.

Young In keluar terlebih dulu.

Hyun Suh mengikutinya, kemudian kembali lagi ke kamar untuk mengambil obat-obatnya. Namun ada satu yang tertinggal di bawah ranjang, yakni cottonbud untuk membersihkan luka operasi.

Hyun Suh tiba di hotel. Di sana, orang-orang memandangnya dengan ekspresi aneh. Hyun Suh bingung.

Kyle menemui Hyun Suh. "Bisakah kau ikut denganku?" tanyanya.

Kyle mengajak Hyun Suh melihat papan pengumuman bagi para pegawai hotel. Kertas yang tertempel di papan pengumuman itu adalah mengenai urutan pegawai, yakni mengurutkan pegawai untuk melihat siapa yang mungkin dipecat atau tidak.

Kyle dan Hyun Suh memeriksa. Sekretaris Oh tidak ada. Direktur Kang Chul Goo juga tidak ada. Salah seorang pengawai mengatakan bahwa mereka sedang berlibur.

Hyun Suh diam di ruangannya dan berpikir. Young In datang untuk menghiburnya.

Di lain pihak, pengawas cctv mencabut kertas di papan pengumuman. "Tidak ada apa-apa yang akan terjadi." katanya. "Kembali bekerja."

Para pegawai tidak bisa tenang. Kyle berjalan tenang dan melihat kejadian itu. Ia bertukar pandang dengan pengawas cctv.

"Apa kau benar-benar berencana untuk memecat orang sejak kedatanganmu kemari?" tanya Young In.

"Ya." jawab Hyun Suh. "Itu pekerjaanku."

"Jangan lakukan pekerjaan itu lagi mulai sekarang." kata Young In. "Lakukan saja hal yang menyenangkan."

"Ya."

Ketika Soo Jin pulang ke rumah, Hyun Suh sudah ada disana bersama Yoon.

"Ayo kita pergi ke Amerika." kata Soo Jin, berbincang berdua dengan Hyun Suh. "Jika kau disana, akan ada lebih banyak donor prgan. Teknologi yang lebih baik, teknik, semuanya lebih baik dibandingkan disini..."

"Setiap hari aku selalu berpikir bagaimana caranya agar bisa hidup." kata Hyun Suh. "Sebelum operasi, dokter mengatakan bahwa beberapa orang tidak bisa bertahan sampai operasi selesai. Kemungkinan berhasil adalah 13%. Saat itu dikepalaku, 13 menjadi angka terbesar di dunia. Itu sudah cukup untukku."

Soo Jin menangis, kemudian bangkit dari duduknya. "Jika kau ingin hidup dengan Yoon... Ya, kau bisa hidup dengan Yoon. Kau bisa pergi dan hidup dengannya." katanya. "Kau boleh mengacuhkan dan melupakan aku, kau hanya harus... Hidup. Kau harus hidup."

Hyun Suh diam.

"Bersikaplah layaknya ayah yang baik." kata Soo Jin.

Young In menelepon ibunya, Mi Hee. Ia mengatakan bahwa ia sangat mencintai Hyun Suh. Mencintai Hyun Suh sebesar cintanya pada ibunya. Ibunya mengerti dan mengizinkan Young In tinggal bersama Hyun Suh.

Young In masuk ke kamar Hyun Suh untuki bersih-bersih. Ia menemukan cottonbud Hyun Suh, tapi tidak terlalu memedulikan dan meletakkannya di ranjang.

Sebelum pulang, Hyun Suh menemani Yoon tidur. Yoon memintanya agar tidak pergi sampai ia tertidur.

"Aku tidak bisa tidur karena takut kau pergi." kata Yoon dengan memejamkan matanya.

Keesokkan harinya, Young In bangun dan menengok ke kamar Hyun Suh. Hyun Suh tidak ada disana. Rupanya semalaman Hyun Suh tidak pulang dan menginap di kamar Yoon.

"Dimana kau tidur tadi malam?" tanya Young In ketika bertemu Hyun Suh di hotel.

"Di rumah Soo Jin."

"Sarapan?"

"Di rumah Soo Jin." jawab Hyun Suh.

Park Jung Moon menunggu Hyun Suh di ruangannya bersama Young Kyu. Ia marah-marah pada Hyun Suh karena Hyun Suh menempatkannya di posisi pertama di daftar orang yang akan dipecat.

"Pada saat seperti ini, Manajer malah berlibur!" katanya emosi. "Ha! Benar-benar kacau. Saat ini, hotel benar-benar hanya seperti lelucon!"

"Ketika Manager sudah kembali, aku akan menjelaskan semuanya padamu." kata Hyun Suh.

"Tidak perlu!" kata Jung Moon. "Aku ingin melihat bagaimana kau akan berakhir."

Hyun Suh menahan rasa sakit di dadanya karena emosi dan tertekan.

Kyle melihat Hyun Suh berdiri diam, dan ikut berdiri disampingnya, namun tetap diam. Ia tidak ingin mengganggu lamunan Hyun Suh.

"Aku ingin meminta tolong padamu." kata Kyle. "Apapun yang terjadi, kau harus tetap melindungi hotel ini dampai akhir."

"Akhir?"

"Melihatmu hari ini dan kemarin, kelihatannya kau telah melepaskan segalanya." ujar Kyle. "Aku tahu kau sangat mencintai hotel lebih dari orang lain. Kau tahu untuk siapa dan kenapa aku kemari. Kau tidak boleh menyerah seperti ini. Aku ingin mengalahkan dan melewatimu. Kau tidak boleh memberiku kesempatan."

"Kyle, aku..." Hyun Suh memandang Kyle. "Saat ini, aku mencoba hidup lebih keras daripada sebelumnya."

"Itulah yang ingin kudengar." kata Kyle.

Ketika Hyun Suh pulang, Young In sedang memasak.

"Biar aku yang melakukannya." kata Hyun Suh ketika ia melihat Young In kesulitan membuka kaleng.

Hyun Suh mencoba membuka kaleng itu, namun tanpa sengaja jarinya terluka dan berdarah. Young In cemas dan langsung mencari obat merah.

Young In menemukan sesuatu. "Apa ini bisa dipakai?" tanyanya. "Baunya seperti bau rumah sakit."

"Ah, bukan, bukan ini."

"Aku mengambilnya dari kamarmu. Kau tidak tahu?"

Hyun Suh mengambil tissue dan membersihkan tangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia bergegas keluar dari apartemen.

"Obat yang kau minum sekarang digunakan untuk mencegah darahmu dari penggumpalan." Hyun Suh teringat dokter berkata. "Jika kau berdarah, kau mungkin akan menjadi lemah."

Young In keluar dan menawarkan diri untuk mengantar Hyun Suh ke rumah sakit. Namun Hyun Suh menolak. "Aku menyuruhmu untuk tetap di rumah!" seru Hyun Suh keras.

Young In terdiam dan bingung.

Young In masuk kembali ke dalam apartemen. Mendadak ponsel Hyun Suh berdering. Hyun Suh lupa membawa ponselnya.

Young In mengangkat telepon dari Soo Jin. "Di sedang tidak ada." katanya. "Ia pergi ke rumah sakit."

"Apa?" tanya Soo Jin cemas. "Sendirian?"

"Dia tidak mengizinkan aku ikut jadi..."

Hyun Suh duduk diam di ruang UGD. Saat itu sedang banyak pasien terluka parah (sepertinya karena kecelakaan) sehingga mereka lebih di dahulukan. Belum lagi pasien-pasien lain yang makin banyak berdatangan.

Hyun Suh merasa pusing mendengar keributan itu. Kepalanya berputar-putar.

Hyun Suh berjalan keluar perlahan-lahan. Dari jauh, samar-samar ia melihat seorang wanita berjalan. Karena saat itu pandangannya buram.

Hyun Suh tersenyum, memperlihatkan tangannya yang terluka, lalu menangis. "Aku... Aku harus hidup." tangisnya. "Aku ingin terus hidup, Soo Jin. Selamatkan aku. Selamatkan aku..."

Hyun Suh bersandar di bahu Soo Jin. Soo Jin memeluknya.

Soo Jin mengantar Hyun Suh pulang. Young In melihat mereka dan merasa cemburu. Ia kembali ke kamar dan menunggu Hyun Suh disana.

Young In tidur di luar sementara Hyun Suh tidur di kamar.

Diam-diam, Hyun Suh mengambil obat dari lemari dan meminumnya.

Keesokkan harinya, Young In menawarkan diri untuk membantu Hyun Suh membersihkan badan karena tangannya sedang terluka. Tentu saja Hyun Suh menolak, karena di dadanya ada bekas operasi jantung.

"Kalau dipikir-pikir, kau tidak pernah mengenakan pakaian dengan kerah rendah." kata Young In. "Kau tidak punya dada sepertiku?"

Hyun Suh diam.

"Aku hanya bercanda." kata Young In, membuat Hyun Suh menarik napas lega.

Akhirnya, Young In membantu Hyun Suh keramas.

"Suatu saat nanti, jika aku kena penyakit ganas, jangan kabur." kata Young In. "Kau harus membantuku membersihkan diri. Bagaimana?"

"Itu menjijikkan."

Soo Jin datang ke ke ruangan Hyun Suh di hotel sambil membawa sebuah amplop putih. Namun Hyun Suh tidak ada di ruangannya.

"Kau tidak di kantor?" tanya Soo Jin, menelepon Hyun Suh.

"Ya, mungkin sebentar lagi." kata Hyun Suh.

"Kalau begitu, kutinggalkan dimeja." kata Soo Jin.

"Apa?"

"Kau akan tahu jika sudah melihat."

Tidak lama setelah Soo Jin pergi, Young In datang ke ruangan Hyun Suh sambil membawa dua gelas es. Karena Hyun Suh tidak datang-datang, Young In meletakkan es di meja dan tanpa sengaja melihat amplop putih yang diletakkan Soo Jin.

"Transplantasi..." Young In membaca tulisan di amplop, lalu membukanya. "Daftar pasien Transplantasi Jantung." Ia membuka dan membaca tulisan disana.

Young In shock.

Hyun Suh masuk ke ruangannya. Disana, ia melihat amplop dari Soo Jin dan uap air bekas es yang dibawa Young In (tapi Hyun Suh tidak tahu).

Young In sangat terpukul, shock berat dan sedih sekaligus. Ia menangis. Kyle melihatnya dari atas.

Malam itu, Young In mengajak Hyun Suh tidur bersama. Ia menatap Hyun Suh dengan ekspresi sedih dan takut.

"Tidurlah bersamaku." ajak Young In.

"Nanti." kata Hyun Suh. "Perlahan-lahan."

"Nanti kapan?" tanya Young In. "Tidurlah di sampingku. Aku tidak mau tidur sendirian."

Hyun Suh menolak dan Young In bisa memahami. Tadi ia hanya mengetes.

Young In berpura-pura tidur, lalu bangun di tengah malam. Perlahan-lahan, ia membuka pintu kamar Hyun Suh dan masuk ke dalamnya.

Ia tidur di samping Hyun Suh dan memandang wajahnya sedih. Dibukanya kancing kemeja Hyun Suh satu per satu dengan takut. Tepat di dada Hyun Suh, ada jahitan panjang bekas operasi. Young In menangis.

"Aku.. ingin hidup behagia bersama gadis ini sampai aku mati." Young in teringat Hyun Suh pernah berkata.

Young In berusaha agar tangisnya tidak membuat Hyun Suh terbangun.

Rupanya Hyun Suh tidak tidur. Ia mengulurkan tangannya memeluk Young In.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar