Title : Beri Aku Waktu
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Friendship,
Episode :
Part 1 "Dirimu Satu"
Part 2 "Rasa Ini"
Part 3 "Melupakanmu"
Part 4 "Belajar Mencintaimu"
Part 5 "Pesan Untukmu Kekasih"
Production : www.rainlovers86.blogspot.com
Production Date : 15 Mei 2010 – 08.58 AM
Cast :
Han Ga In
* Berusaha keras untuk bisa melupakan mantan kekasihnya-Rain Bi
* Mencoba membuka hati pada Eunhyuk-teman 1 kampus
Eunhyuk’Suju
* Teman 1 kampus Han Ga In
* Menaruh hati pada Han Ga In
* Ingin sekali menggantikan posisi Rain Bi di hati Han Ga In
Rain Bi
* Mantan kekasih Han Ga In
Sung Yu Ri
* Gadis cantik mahasiswi kedokteran
* Kekasih baru Rain Bi
Beri Aku Waktu
Created Sweety Qliquers
Part 1
Dirimu Satu
Baru saja aku memasuki gerbang kampus ketika mataku menangkap dua sosok tubuh yang berjalan beberapa meter di depanku. Rain Bi dan Sung Yu Ri. Wahai, betapa mesranya! Tangan mereka saling menggenggam. Langkah mereka begitu lambat seolah mereka sedang menikmati udara pagi yang segar. Duh! Mengapa pula hati ini harus merasa iri? Cemburukah aku? Pada siapa? Sung Yu Ri? Atau, pada kebahagiaan mereka? Entah. Kugelengkan kepala, mencoba tabah. Oh, kuatkan aku Tuhan…. Jangan biarkan aku dibelenggu perasaan ini. Aku yang membuat keputusan itu. Aku pula yang harus menanggung akibatnya.
Perlahan, aku terus melangkah. Adegan mesra di depanku tak lagi kuperhatikan. Aku harus bisa melupakannya, tekadku sambil mengalihkan pandang ke sebelah kanan. Beberapa mahasiswa tampak sedang bersenda gurau di pelataran parkir yang luas. Hmm, berapa lama hari-hariku tak lagi seceria mereka? Berapa lama aku berkubang dalam kolam kesepian?
“Han Ga In!” Aku menghentikan langkah dan menoleh. Eunhyuk. Pemuda itu tersenyum lembut. “Rajin sekali kau pagi-pagi sudah datang.”
“Kau juga,” Ujarku balas tersenyum.
“Iya, kita sama-sama rajin.”
“Baiklah!” Aku tertawa sambil melanjutkan langkah. Eunhyuk menjejeri langkahku.
“Han Ga In, pagi cerah seperti ini tapi tampangmu muram sekali. Sepertinya aku tak pernah melihatamu gembira. Ada apa? Masih memikirkan Rain Bi?” tanyanya.
“Entahlah, “ Aku angkat bahu. “Aku sendiri bingung. Kenapa aku masih saja mengingatnya?”
“Itu tandanya kau masih mencintainya.” Kata Eunhyuk.
“Maybe.” Aku berhenti di halaman gedung Fakultas Hukum. Duduk di bangku kayu yang terletak di depan ruang senat.
“Alangkah bahagianya lelaki yang dicintai oleh gadis selembut kau. Seandainya aku dapat merebut cintamu dari Rain Bi,” Ucap Eunhyuk sembari duduk di sampingku. “Apakah seluruh ruang di hatimu hanya untuk Rain Bi? Apakah untukku tak ada ruang yang tersisa?” Tanyanya lirih.
“Aku Tidak tahu, Eunhyuk.”
“Aku sungguh-sungguh, Han Ga In.”
“Sudahlah, Eunhyuk. Kita bersahabat saja dulu.” Elakku lalu bergegas bangkit memasuki gedung Fakultas Hukum.
Part 2
Rasa Ini
Perlahan, aku terus melangkah. Adegan mesra di depanku tak lagi kuperhatikan. Aku harus bisa melupakannya, tekadku sambil mengalihkan pandang ke sebelah kanan. Beberapa mahasiswa tampak sedang bersenda gurau di pelataran parkir yang luas. Hmm, berapa lama hari-hariku tak lagi seceria mereka? Berapa lama aku berkubang dalam kolam kesepian?
“Han Ga In!” Aku menghentikan langkah dan menoleh. Eunhyuk. Pemuda itu tersenyum lembut. “Rajin sekali kau pagi-pagi sudah datang.”
“Kau juga,” Ujarku balas tersenyum.
“Iya, kita sama-sama rajin.”
“Baiklah!” Aku tertawa sambil melanjutkan langkah. Eunhyuk menjejeri langkahku.
“Han Ga In, pagi cerah seperti ini tapi tampangmu muram sekali. Sepertinya aku tak pernah melihatamu gembira. Ada apa? Masih memikirkan Rain Bi?” tanyanya.
“Entahlah, “ Aku angkat bahu. “Aku sendiri bingung. Kenapa aku masih saja mengingatnya?”
“Itu tandanya kau masih mencintainya.” Kata Eunhyuk.
“Maybe.” Aku berhenti di halaman gedung Fakultas Hukum. Duduk di bangku kayu yang terletak di depan ruang senat.
“Alangkah bahagianya lelaki yang dicintai oleh gadis selembut kau. Seandainya aku dapat merebut cintamu dari Rain Bi,” Ucap Eunhyuk sembari duduk di sampingku. “Apakah seluruh ruang di hatimu hanya untuk Rain Bi? Apakah untukku tak ada ruang yang tersisa?” Tanyanya lirih.
“Aku Tidak tahu, Eunhyuk.”
“Aku sungguh-sungguh, Han Ga In.”
“Sudahlah, Eunhyuk. Kita bersahabat saja dulu.” Elakku lalu bergegas bangkit memasuki gedung Fakultas Hukum.
Part 2
Rasa Ini
Kuliah hari ini sama sekali tak dapat kuikuti dengan baik. Kata-kata Eunhyuk terngiang di telingaku. Eunhyuk yang baik dan penuh perhatian. Haruskah aku menerima cintanya? Haruskah dia menjadi tempat pelarianku? Oh, tidak…..Aku tidak mau bermain-main dengan perasaan orang lain. Aku tidak mau melukai hatinya. Eunhyuk terlalu baik.
“Han Ga In, jangan lupa nanti ada ‘Bedah Buku’.” Suara Eunhyuk mengejutkanku. Aku hanya mengangguk. Akh, Eunhyuk ….Pemuda itu memang seorang pria yang baik dan pintar. Tidak hanya itu, sikapnya, tingkah lakunya mencerminkan seorang yang taat pada agamanya.
Dalam setiap kegiatan di kampus dia tak pernah absen. Dia pula yang banyak membimbingku untuk lebih dekat pada Tuhan, terutama setelah hubunganku dengan Rain Bi berakhir. Yah, kadang aku berangan seandainya Rain Bi adalah Eunhyuk. Tentu aku masih menikmati masa-masa indah bersamanya. Tapi, rupanya Tuhan menghendaki lain. Rain Bi bukan lelaki yang dipilih-Nya untuk mendampingiku. Ada jurang pemisah di antara kami.
Rain Bi seorang penganut agama Budha yang fanatik, sedangkan aku begitu meyakini agama Islam. Tidak mungkin bagi kami untuk bersatu lebih lama lagi. Terlalu banyak resiko bila kami tetap ngotot menjalin hubungan kasih. Apalagi, masing-masing dari kami tak bersedia melepaskan kepercayaan yang kami anut untuk kemudian memeluk agama lain.
Maka, sebelum akar cinta melekat lebih dalam, aku memutuskan tali kasih itu. Kendati, aku masih sangat mencintainya. Dan, Rain Bi tampaknya mau mengerti. Kamipun berpisah baik-baik.
Tak lama setelah perpisahan itu, Rain Bi menemukan penggantiku. Sung Yu Ri, mahasiswi kedokteran yang cantik itu berhasil direbut hatinya. Begitu mudah Rain Bi melupakanku, tapi mengapa aku tidak bisa melupakannya? Apakah benar cinta seorang wanita lebih abadi daripada cinta seorang pria? Atau, aku yang terlalu mencintainya?
Part 3
Melupakanmu
“Han Ga In, jangan lupa nanti ada ‘Bedah Buku’.” Suara Eunhyuk mengejutkanku. Aku hanya mengangguk. Akh, Eunhyuk ….Pemuda itu memang seorang pria yang baik dan pintar. Tidak hanya itu, sikapnya, tingkah lakunya mencerminkan seorang yang taat pada agamanya.
Dalam setiap kegiatan di kampus dia tak pernah absen. Dia pula yang banyak membimbingku untuk lebih dekat pada Tuhan, terutama setelah hubunganku dengan Rain Bi berakhir. Yah, kadang aku berangan seandainya Rain Bi adalah Eunhyuk. Tentu aku masih menikmati masa-masa indah bersamanya. Tapi, rupanya Tuhan menghendaki lain. Rain Bi bukan lelaki yang dipilih-Nya untuk mendampingiku. Ada jurang pemisah di antara kami.
Rain Bi seorang penganut agama Budha yang fanatik, sedangkan aku begitu meyakini agama Islam. Tidak mungkin bagi kami untuk bersatu lebih lama lagi. Terlalu banyak resiko bila kami tetap ngotot menjalin hubungan kasih. Apalagi, masing-masing dari kami tak bersedia melepaskan kepercayaan yang kami anut untuk kemudian memeluk agama lain.
Maka, sebelum akar cinta melekat lebih dalam, aku memutuskan tali kasih itu. Kendati, aku masih sangat mencintainya. Dan, Rain Bi tampaknya mau mengerti. Kamipun berpisah baik-baik.
Tak lama setelah perpisahan itu, Rain Bi menemukan penggantiku. Sung Yu Ri, mahasiswi kedokteran yang cantik itu berhasil direbut hatinya. Begitu mudah Rain Bi melupakanku, tapi mengapa aku tidak bisa melupakannya? Apakah benar cinta seorang wanita lebih abadi daripada cinta seorang pria? Atau, aku yang terlalu mencintainya?
Part 3
Melupakanmu
“Han Ga In!” Ada yang menyentuh lenganku. Aku tergugu. Lamunanku buyar. Kulihat Eunhyuk sudah berdiri di hadapanku.
“Melamun, lagi?” Dia tersenyum. Aku ikut tersenyum lalu bangkit dari dudukku. Ternyata, kuliah sudah usai. Dosen Pengantar Sosiologi telah keluar dari ruangan.
“Ayo, kita ke kantin!” Ajak Eunhyuk. “Bedah Bukunya masih 1 jam lagi,” Lanjutnya. Aku hanya manggut.
Di kantin, aku melihat Rain Bi dan Sung Yu Ri. Akh, mengapa aku selalu merasa cemburu melihat mereka? Betapa sulit menepis cinta ini.
“Han Ga In, berapa lama kau akan bertahan dengan keadaan ini?” Tanya Eunhyuk. Dia ikut melihat ke arah Sung Yu Ri dan Rain Bi.
“Aku tidak tahu,” Ujarku merunduk, memperhatikan isi gelasku.
“Kau menyiksa dirimu sendiri, Han Ga In.” Ujar Eunhyuk. “Izinkanlah aku untuk memupus bayang Rain Bi dari hatimu. Aku ingin meniti hari bersamamu.” Lembut suara Eunhyuk.
Aku diam. Bagaimana mungkin, Eunhyuk? Batinku pilu. Aku tidak mencintaimu. Aku tak pernah merasakan getaran aneh saat kita berduaan seperti ini. Tapi, dengan Rain Bi…Oh, apa yang harus kulakukan, Tuhan? Apakah Pria ini memang pilihanMu?
“Han Ga In,“ Eunhyuk menggenggam tanganku. “Apakah aku tak punya harapan untuk mengisi ruang di hatimu?”
“Aku…..,” Kutatap Eunhyuk. Ada pijar cinta di sana. Penuh kelembutan dan kemesraan. Akh, aku harus mengusir bayang Rain Bi dari hatiku. “Eunhyuk, percayakah kau bahwa cinta akan tumbuh oleh kebersamaan? Oleh waktu yang cukup lama?” Tanyaku akhirnya. Eunhyuk mengangguk.
“Kalau begitu, beri aku waktu untuk belajar mencintaimu. Barangkali esok atau lusa sedikit demi sedikit aku bisa mencintaimu.” Ujarku datar.
“Akh, Han Ga In ….tentu saja aku akan sabar menantimu. Berapapun lama waktu itu, aku tak akan keberatan.“ Mata Eunhyuk berbinar bahagia. Genggamannya makin erat, sarat oleh cinta.
“Melamun, lagi?” Dia tersenyum. Aku ikut tersenyum lalu bangkit dari dudukku. Ternyata, kuliah sudah usai. Dosen Pengantar Sosiologi telah keluar dari ruangan.
“Ayo, kita ke kantin!” Ajak Eunhyuk. “Bedah Bukunya masih 1 jam lagi,” Lanjutnya. Aku hanya manggut.
Di kantin, aku melihat Rain Bi dan Sung Yu Ri. Akh, mengapa aku selalu merasa cemburu melihat mereka? Betapa sulit menepis cinta ini.
“Han Ga In, berapa lama kau akan bertahan dengan keadaan ini?” Tanya Eunhyuk. Dia ikut melihat ke arah Sung Yu Ri dan Rain Bi.
“Aku tidak tahu,” Ujarku merunduk, memperhatikan isi gelasku.
“Kau menyiksa dirimu sendiri, Han Ga In.” Ujar Eunhyuk. “Izinkanlah aku untuk memupus bayang Rain Bi dari hatimu. Aku ingin meniti hari bersamamu.” Lembut suara Eunhyuk.
Aku diam. Bagaimana mungkin, Eunhyuk? Batinku pilu. Aku tidak mencintaimu. Aku tak pernah merasakan getaran aneh saat kita berduaan seperti ini. Tapi, dengan Rain Bi…Oh, apa yang harus kulakukan, Tuhan? Apakah Pria ini memang pilihanMu?
“Han Ga In,“ Eunhyuk menggenggam tanganku. “Apakah aku tak punya harapan untuk mengisi ruang di hatimu?”
“Aku…..,” Kutatap Eunhyuk. Ada pijar cinta di sana. Penuh kelembutan dan kemesraan. Akh, aku harus mengusir bayang Rain Bi dari hatiku. “Eunhyuk, percayakah kau bahwa cinta akan tumbuh oleh kebersamaan? Oleh waktu yang cukup lama?” Tanyaku akhirnya. Eunhyuk mengangguk.
“Kalau begitu, beri aku waktu untuk belajar mencintaimu. Barangkali esok atau lusa sedikit demi sedikit aku bisa mencintaimu.” Ujarku datar.
“Akh, Han Ga In ….tentu saja aku akan sabar menantimu. Berapapun lama waktu itu, aku tak akan keberatan.“ Mata Eunhyuk berbinar bahagia. Genggamannya makin erat, sarat oleh cinta.
Part 4
Dirimu Satu ...
Ada denting nada luka
Yang mengalun sepi di relung hati
Bila ingatan akan dirimu hadir mengusik
Tlah kucoba melangkah menjauh darimu
Melupakan beningnya tatap bola matamu
Sayangnya ... aku tak pernah bisa
Akh ... andai kau mau mendengar
Alun kidung rindu yang kucipta
Semua tentang kamu, hanya kamu !
(Sweety Qliquers)
Dirimu Satu ...
Ada denting nada luka
Yang mengalun sepi di relung hati
Bila ingatan akan dirimu hadir mengusik
Tlah kucoba melangkah menjauh darimu
Melupakan beningnya tatap bola matamu
Sayangnya ... aku tak pernah bisa
Akh ... andai kau mau mendengar
Alun kidung rindu yang kucipta
Semua tentang kamu, hanya kamu !
(Sweety Qliquers)
Part 5
Pesan Untukmu Kekasih
Di sini telah ku tulis
Berjuta-juta kesaksian
Tentang kita dan sketsa perjalanan
Namun cerita selalu tak pernah sempurna
Karena jarak terlalu jauh
Tuk di tempuh oleh anganan kita
Dan angananku telah kutitipkan padamu
Agar rindu itu kan menyatu
Dalam kenyataan dan bukan khayalan
Serta angananku belaka
Nurani didinding hati hampir retak
Dekaplah aku yang erat
Agar kita tak terpisahkan
Hanya karena khayalan dan anganan Adakah Kau Rasakan
Setiap mataku terpana padamu
Saat itu pula rasaku tak menentu
Detak nadiku ...
Goncangan dadaku ...
Menghanyutkan ketenangan kalbuku
Kadang kusentak diriku
Kutarik pandangan yang terpaku
Kusadarkan jiwaku yang menggebu
Dan kukurung dalam terali hatiku
Karena bimbang dan ragu
Seribu tanya yang masih menghalau
Adakah kau seperti aku ... ?
(Sweety Qliquers)
TAMAT
Pesan Untukmu Kekasih
Di sini telah ku tulis
Berjuta-juta kesaksian
Tentang kita dan sketsa perjalanan
Namun cerita selalu tak pernah sempurna
Karena jarak terlalu jauh
Tuk di tempuh oleh anganan kita
Dan angananku telah kutitipkan padamu
Agar rindu itu kan menyatu
Dalam kenyataan dan bukan khayalan
Serta angananku belaka
Nurani didinding hati hampir retak
Dekaplah aku yang erat
Agar kita tak terpisahkan
Hanya karena khayalan dan anganan Adakah Kau Rasakan
Setiap mataku terpana padamu
Saat itu pula rasaku tak menentu
Detak nadiku ...
Goncangan dadaku ...
Menghanyutkan ketenangan kalbuku
Kadang kusentak diriku
Kutarik pandangan yang terpaku
Kusadarkan jiwaku yang menggebu
Dan kukurung dalam terali hatiku
Karena bimbang dan ragu
Seribu tanya yang masih menghalau
Adakah kau seperti aku ... ?
(Sweety Qliquers)
TAMAT